Biodiesel Biji Karet TINJAUAN PUSTAKA

75 dibanding solar biasa, cetane number lebih tinggi 57 sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak solar. 2. Biodegradable dapat terurai, lebih dari 90 biodiesel dapat terurai dalam 21 hari. 3. Renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbarui. 4. Mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik dibanding solar sehingga mesin dapat bertahan lebih lama. 5. Titik bakar lebih tinggi dibandingkan solar sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan penanganan. 6. Biodiesel dapat dicampur dengan solar dengan berbagai perbandingan. 7. Secara relatif, bau dari gas buang biodiesel lebih baik dibanding solar. 8. Motor diesel tidak membutuhkan modifikasi khusus untuk menggunakan biodiesel. 9. Mengurangi gas emisi buang; particulate matter PM, total hydrocarbon THC, dan carbon monoxide CO, tetapi menambah nitrogen oxides NO. 10. Biodiesel mengandung sulfur yang lebih rendah dibanding solar sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan zat toksik.

2.2 Biodiesel Biji Karet

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas areal perkebunan karet terbesar di dunia yang mencapai 3,4 juta hektar. Disamping itu, Indonesia juga merupakan penghasil karet terbesar nomor 2 di dunia setelah Thailand, dengan total produksi sebesar 2,55 juta tontahun pada 2007. Hasil utama perkebunan karet adalah lateks dan sejauh ini biji karet masih terbuang Universitas Sumatera Utara percuma sebagai limbah Setyawardhani, DA, dkk 2010. Biji karet Hevea brasilliensis di Indonesia saat ini masih merupakan produk sampingan yang dapat di kategorikan belum bermanfaat karena baru sebagian kecil yang di gunakan sebagai bibit. Setiap pohon di perkirakan dapat menghasilkan 5.000 butir bijitahun atau satu hektar lahan dapat menghasilkan 2 sampai 3 juta bijitahun. Hal ini tentu saja sangat mendukung apabila kita dapat memanfaatkan buahbiji dari pohon karet tersebut yang saat ini belum dimanfaakan secara maksimal, dan hanya dibuang tanpa ada pengolahan sama sekali. Ini dikarenakan pada pemikiran masyarakat yang menganggap bahwa biji karet itu tidak bisa diolah terutama sebagai produk makanan karena racun yang terkandung di dalamnya. Hal ini tentu saja hanya anggapan masyarakat yang kurang paham dalam pengolahan terhadap biji karet ini. Jika kita melihat komposisi biji karet yang begitu banyak mengandung minyak, seharusnya ada suatu pemanfaatan lebih dalam pengolahan biji karet tersebut. Dengan luasnya lahan perkebunan karet di Indonesia, maka tentu dapat menjadi kemudahan tersendiri dalam mengatasi krisis energi yang semakin menghantui. Salah satu energi alternatif yang dihasilkan dari bahan dasar biji karet adalah Biodiesel. Gambar 2.1 Pohon, Biji, dan Getah Karet Santoso, H., dkk, 2013 Universitas Sumatera Utara Biji karet mengandung sekitar 40-50 minyak nabati dengan komposisi asam lemak yang dominan adalah asam oleat dan asam linoleat, sementara sisanya berupa asam palmitat, asam stearat, asam arachidat, dan asam lemak lainnya. Tabel 2.1 berikut merangkum komposisi asam lemak dalam minyak biji karet Setyawardhani, DA, dkk, 2010. Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Karet Komposisi Persentase -b Asam Palmitat 13,11 Asam Stearat 12,66 Asam Arachidat 0,54 Asam Oleat 39,45 Asam Linoleat 33,12 Asam lemak lainnya 1,12 Sumber : Setyawardhani, dkk 2010 Salah satu kendala dalam pemanfaatan minyak biji karet sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah kandungan asam lemak bebasnya yang tinggi. Dalam proses pembuatan biodiesel secara konvensional, minyak nabati direaksikan dengan alkohol rantai pendek melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa untuk menghasilkan biodiesel. Namun katalis basa hanya bekerja dengan baik pada bahan baku minyak dengan kadar asam lemak bebas rendah yaitu 0,5 dan dalam kondisi bebas dari air Lotero, dkk, 2005. Untuk itu, dalam proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku yang mengandung asam lemak bebas tinggi seperti minyak biji karet, perlu dilakukan proses esterifikasi terlebih dahulu untuk menurukan kandungan asam lemak bebas yang terdapat pada minyak biji karet. Universitas Sumatera Utara

2.3 Pembuatan Biodiesel