mendorong produsen untuk meningkatkan outputnya. Namun apabila tingkat inflasi sudah melampaui angka yang sewajarnya
≥ 10 per tahun, maka ada beberapa masalah sosial yang muncul, yaitu :
1. Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya dapat diukur melalui tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli
pendapatan masyarakat makin rendah, khususnya masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap kecil. Misalnya, A adalah seorang pegawai negeri
sipil dengan penghasilan total sebesar Rp. 700.000, per bulan. Tahun lalu harga beras per kilogram adalah sebesar Rp. 4.000,00. Karena itu gaji A setara dengan
175 kilogram beras setiap bulan. Apabila terjadi inflasi sebesar 20 pertahun cateris paribus, maka tahun ini gaji A per bulan setara dengan 145 kilogram
beras. Dengan demikian kesejahteraan A menurun dari kesejahteraan tahun lalu. Apabila tingkat inflasi tetap sebesar 20 per tahun, maka dalam jangka waktu 4
tahun cateris paribus kesejahteraan A hanya tinggal separuhnya. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka semakin cepat penurunan tingkat kesejateraan suatu
masyarakat.
2. Semakin Buruknya Distribusi Pendapatan
Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapatan dapat melebihi tingkat inflasi.
Apabila tingkat inflasi 20 per tahun, maka pertumbuhan tingkat pendapatan harus lebih besar dari 20 per tahun. Permaslahannya adalah jika inflasi
mencapai angka 20 per tahun, maka hanya sedikit saja orang yang dapat
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pendapatannya ≥ 20 per tahun. Akibatnya, ada sekelompok
masyarakat yang mampu meningkatkan pendapatan riil pertumbuhan pendapatan nominal dikurangi laju inflasi 0 per tahun. Akan tetapi sebagian besar
masyarakat mengalami penurunan pendapatan riil. Menurunnya pendapatan riil menggambarkan bahwa distribusi pendapatan semakin buruk.
3. Terganggunya Stabilitas Ekonomi.
Pengertian yang paling sederhana dari stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam perekonomian. Produsen berproduksi pada
kapasitas penuh optimal. Konsumen juga memakai barang dan jasa optimal dengan kebutuhan. Kondisi nyaman ini akan mulai terganggu apabila inflasi
relatif tinggi telah menjadi kronis. Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang
masa depan ekspektasi para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis menumbuhkan perkiraan bahwa harga akan terus-menerus naik. Bagi konsumen, perkiraan ini
mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak dari yang seharusnyabiasanya dengan tujuan untuk menghemat pengeluaran konsumsi.
Akibatnya, permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat. Bagi para produsen, perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka
menunda penjualan, untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Penawaran barang dan jasa berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan
mempercepat laju inflasi yang pada akhirnya kondisi perekonomian menjadi semakin buruk.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kebijakan Pengendalian Inflasi