Perkembangan Inflasi di Indonesia

miskin meningkat dari 36,3 juta jiwa 16,6 persen pada akhir 2004 menjadi 70 juta jiwa 33 persen. Setelah terjadi tekanan yang cukup tinggi pada perekonomian Indonesia pada tahun 2005, upaya-upaya yang dilakukan pemerintahhh untuk menstabilkan perekonomian membuahkan hasil di tahun berikutnya. Walaupun pada tahun 2007 perekonomian Indonesia dibayangi oleh gejolak eksternal sebagai efek dari terjadinya krisis subprime mortage di Amerika Serikat yang memperngaruhi perekonomian Amerika Serikat sendiri. Untungnya, perekonomian Indonesia masih dapat mencatat prestasi yang cukup baik, hal ini tercermin pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat inflasi dan angka pengangguran dalam negeri dan apresiasi nilai tukkat rupiah terhadpa Dollar AS di Indonesia.

4.3 Perkembangan Inflasi di Indonesia

Perkembangan harga-harga barang maupun jasa masih relative dapat dikendalikan dari tahun 1985-1989, terlihat dari laju inflasi yang cukup stabil di mana tidak terlepas dari kebijakan pemerintah di bidang moneter yang berhati-hati dan kebijakan fiskal yang lebih ketat serta ditunjang oleh penyediaan barang- barang konsumsi pada jumlah yang cukup dan tingkat harga yang wajar. Sementara itu, walaupun laju inflasi pada tahun 1992 bisa turun di bawah 5 persen, akan tetapi akibat dilakukannya penyesuaian harga BBM dan tariff listrik pada Bulan Januari 1993 dan terganggunya pasokan beberapa barang kebutuhan karena bencana banjir membuat inflasi kembali melonjak ke tingkat Universitas Sumatera Utara yang bahkan lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya hingga mencapai 9,77 persen pada tahun 1993. Walaupun pada tahun-tahun berikutnya laju inflasi dapat ditekan, akan tetapi, pada tahun 1997, inflasi kembali mengalami peningkatan bahkan di atas 10 persen. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan alam yaitu musim kering yang berkepanjangan dan kebakaran hutan yang mengakibatkan gangguan asap yang menghambat penyaluran bahan makanan, disamping itu peningkatan inflasi juga diakibatkan kareana meningkatnya harga barang yang memiliki kandungan impor. Terus berlanjutnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan musim kering yang mengakibatkan pasokan barang, khususnya makanan, mulai mengalami penurunan dalam triwulan I pada tahun 1998. Pada saat itu juga terjadi krisis ekonomi yang sedang mengguncang dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia. Lebih lanjut, permintaan terhadap barang dan jasa mengalami lonjakan yang cukup tajam akibat meningkatnya kebutuhan untuk hari raya dan tahun baru juga adanya isu di masyrakat mengenai ketidakpastian pengadaan barang dan jasa membuat inflasi mengalami lonjakan yang sangat tajam hingga mencapai 77,63 persen. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 1980-2008 Tahun Inflasi persen 1980 17.7 1981 12.6 1982 9.3 1983 11.9 1984 10.4 1985 5.66 1986 8.84 1987 8.9 1988 5.47 1989 5.97 1990 9.53 1991 9.52 1992 4.94 1993 9.77 1994 9.24 1995 8.64 1996 6.47 1997 11.05 1998 77.63 1999 2.01 2000 9.53 2001 12.55 2002 10.03 Universitas Sumatera Utara 2003 5.06 2004 6.4 2005 17.11 2006 6.6 2007 6.59 2008 11.6 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia beberapa tahun Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Inflasi Indonesia Pada tahun-tahun berikutnya, inflasi berhasil ditekan akibat dari kebijjakan moneter yang ketat tahun 1998, menurunnya konsumsi masyarakat dan kegiatan investasi yang turun. Walaupun pada tahun 2001 dan 2002 inflasi kembali berada di atas 10 persen, masing-masing sebesar 12,55 persen dan 10,03 persen sebagai akibat dari berbagai kebijakan pemerintah meliputu kenaikan beberapa harga Universitas Sumatera Utara barang dan tarif jasa seperti BBM, angkutan, listrik, air minum, rokok, dan kenaikan upah minimum tenaga kerja swasta dan gaji pegawai negeri, serta meningkatnya biaya pada tingkat produsen sebagai dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah. Inflasi kembali dapat ditekan pada tahun-tahun berikutnya tetapi kembali mengalami kenaikan mencapai 17,11 persen tahun 2005 akibat kenaikan harga- harga barang yang terkkena dampak kenaikan harga BBM dan terganggunya pasokan BBM di berbagai daerah maupun kasus penimbunan yang mengakibatkan distribusi barang terganggu. Tetapi pada tahun 2006 dan 2007 inflasi sudah kembali terkendali di bawah 10 persen tidak terlepas dari perkembangan nilai tukar rupiah yang cukup stabil, ketersediaan pasokan bahan makanan yang cukup dari hasil dukungan pemerintah yang mengendalikan kenaikan harga-harga komoditas internasional. Namun, pada tahun 2008, inflasi kembali mengalami peningkatan menjadi 11,6 persen.

4.4 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Indonesia