Pendidikan Non Formal Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani dalam Penggunaan

95 Tabel 30. Pendidikan Non Formal terhadap Perilaku Penggunaan Perlengkapan Penyemprotan Pendidikan Non Formal Perilaku Petani dalam Menggunakan Perlengkapan Perlengkapan yang digunakan Tidak Menggunakan Menggunakan Sebagaian Lengkap ∑ ∑ ∑ Tidak mengikuti 1 3.23 1 33 Kadang mengikuti 9 29.03 Selalu mengikuti 13 100 21 67.74 2 67 Jumlah 13 100 31 100 3 100 Pendidikan Non Formal Jenis Sarung Tangan Tidak Menggunakan Tidak Sesuai Sesuai ∑ ∑ ∑ Tidak mengikuti 1 2.50 1 14.29 Kadang mengikuti 6 15.00 3 42.86 Selalu mengikuti 33 82.50 3 42.86 Jumlah 40 100 7 100 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 30, terdapat hubungan antara pendidikan non formal dengan perilaku patani dalam penggunaan perlengkapan penyemprotan meliputi perlengkapan yang digunakan, jenis sarung tangan dan waktu menggunakan perlengkapan. Pendidikan non formal menunjukkan kecenderung dalam menentukan perilaku petani dalam penggunaan perlengkapan penyemprotan. Perlengkapan yang digunakan. Petani yang tidak mengikuti pendidikan non formal baik pelatihan maupun penyuluhan, menggunakan semua perlengkapan dalam melakukan penyemprotan berupa masker, sarung tangan, 96 pakaian tertutup, penutup kepala dan sepatu. Petani yang tidak mengikuti tersebut merupakan petani yang memiliki perkerjaan sempingan sehingga tidak menghadiri kegiatan gapoktan maupun kelompok tani. Petani tersebut memiliki usia muda dan pendidikan yang cukup baik, sehingga memiliki Petani yang kadang-kadang mengikuti pendidikan non formal yang disediakan PLL, kebanyakan hanya menggunakan sebagian dari perlengkapan penyemprotan seperti pakaian tertutup, penutup kepala, masker atau sarung tangan saja. Namun yang banyak digunakan petani adalah masker. Petani mengaku bahwa tidak ada masalah gangguan kesehatan, jika tidak menggunakan perlengkapan yang lengkap. Petani tersebut cenderung berusia tua dan memiliki pengalaman yang lama dalam usahatani, sehingga telah terbiasa tidak menggunakan sarung tangan dalam melakukan penyemprotan. Petani yang selalu mengikuti pendidikan non formal, kebanyakan tidak menggunakan perlengkapan penyemprotan, yang digunakan hanya pakaian tertutup dan penutup kepala. Petani yang menunjukkan perilaku tersebut cenderung petani yang berusia tua dan memiliki pengalaman yang cukup lama serta telah terbiasa dan menjadi budaya dalam melakukan penyemprotan tidak menggunakan perlengkapan, sehigga petani akan merasa acuh terhadap diri dan menerima kosekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Jenis sarung tangan. Petani yang tidak mengikuti pendidikan non formal, menggunakan jenis sarung tangan yang kurang sesuai pada saat melakukan penyemprotan. Petani mengaku menggunakan ketika melakukan penyemprotan dengan herbisida. Kebanyakan petani menggunakan sarung tangan dengan jenis 97 kain dan karet. Petani tersebut memiliki pengalaman yang lama dalam usahatani sehingga petani akan menggunakan jenis sarung tangan yang biasa dipakai sesuai dengan kenyaman ketika digunakan saat penyemprotan. Petani memiliki pekerjaan sampingan sehingga pelatihan atau peenyuluhan yang diadakan siang hari tidak dapat dihadiri. Petani yang kadang-kadang mengikuti pendidikan non formal, menggunakan jenis sarung tangan yang kurang sesuai dalam melakukan penyemprotan dengan pestisida. Kebanyakan petani menggunakan sarung tangan dengan jenis kain dan karet. Petani tersebut memiliki pengalaman yang lama dalam usahatani sehingga petani tetap menggunakan sarung tangan yang biasa digunakan dan dianggap nyaman ketika melakukan penyemprotan. Petani yang selalu mengikuti pendidikan non formal, tidak menggunakan sarung tangan setiap melakukan penyemprotan. Petani tersebut termasuk dalam berbagai tingkat usia dan telah menjadi budaya untuk tidak menggunakan sarung tangan ketika melakukan penyemprotan. Petani yang dulunya pernah menggunakan sarung tangan menjadi terbiasa tidak menggunakan sarung tangan. Petani mengaku tidak terbiasa untuk menggunakan sarung tangan dalam melakukan penyemprotan karena merasa risih dan menyulitkan untuk melakukan gerakan penyemprotan, Kebiasaan tersebut menyebabkan petani mengalami iritasi kulit setelah melakukan penyemprotan. Penggunaan perlengkapan . Petani yang tidak mengikuti pendidikan non formal, selalu menggunakan perlengkapan penyemprotan sebelum melakukan pencampuran pestisida berupa masker, sarung tangan, pakaian tertutup, penutup 98 kepala dan sepatu. Petani tersebut cenderung berusia dewasa dan memiliki pendidikan yang baik, sehingga petani terbiasa melindugi dirinya dengan menggunakan kelengkapan dalam melakukan pencampuran untuk mengurangi damapak dari paparan pestisida. Petani yang kadang-kadang mengikuti pendidikan non formal, menggunakan semua perlengkapan sebelum melakukan pencampuran pestisida. Petani tersebut cenderung berusia dewasa dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai alat pelindung diri ketika melakukan pencampuran. Sehingga petani selalu mengenakan semua perlengkapan sebelum melakukan pencampuran. Petani yang selalu mengikuti pendidikan non formal, tidak menggunakan perlengkapan sebelum melakukan pencampuran pestisida. Dalam melakukan pencampuran pestisida petani hanya menggunakan pakaian tertutup dan penutup kepala saja. Petani tersebut cenderung berusia tua dan memiliki pengalaman yang lama dalam usahatani serta tidak terbiasa menggunakan perlengkan sebelum melakukan pencampuran maupun penyemprotan. Petani juga mengalami gejala keracunan setelah melakukan penyemprotan di lapangan.

3. Keterlibatan Sosial

Keterlibatan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia. Keterlibatan yang dimaksud adalah seberapa banyak atau sering petani mengikuti kegitan organisasi yang diadakan oleh gapoktan atau kelompok tani, misalnya kehadiran dalam setiap kegiatan kelompok, keaktifan dalam menyampaikan pendapat, keterlibatan dalam penyusunan rencana kegitan dan mengikuti pelaksanaan kegiatan kelompok. 99 Pada Tabel 28, dapat dilihat terdapat hubungan rendah tapi pasti bertanda negataif antara keterlibatan sosial dengan perlengkapan penyemprotan dengan nilai r s sebesar -0.328. Artinya semakin sering petani terlibat kegiatan sosial dalam gapoktan atau kelompok tani, maka perilaku penggunaan perlengkapaan penyemprotan semakin tidak baik Tabel 31. Tabel 31. Keterlibatan Sosial terhadap Perilaku Petani dalam Penggunaan

Dokumen yang terkait

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

5 44 184

TINGKAT PENGETAHUAN PETANI PADI TENTANG DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI LINGKUNGAN HIDUP DI DESA SUMBERAHAYU KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015

1 8 79

MANAJEMEN MARCHING BAND MI AL HUDA DESA KUTOANYAR, KEC. KEDU, KAB. TEMANGGUNG

0 38 92

Perilaku Komunikasi Petani Padi dalam Penerapan Usaha Tani Tanaman Pangan : Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang

0 10 166

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

2 12 84

PERILAKU PETANI SLPHT DAN NON-SLPHT DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA SINTETIS PADA TANAMAN SAYURAN DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK.

0 0 6

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 3 16

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 5

GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN PESTISIDA DAN GEJALA KERACUNAN YANG DITIMBULKAN PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

0 8 78