Jaringan Switching Analisis Jaringan Lokal Akses Tembaga Pada Performansi DSLAM Berbasis Teknologi ADSL

2.2. Jaringan Switching

Komunikasi voice ataupun data tidak terlepas dari teknik switching. Untuk transmisi data keluar wilayah lokal, komunikasi umumnya dicapai dengan memancarkan data dari sumber ke tujuan melalui jaringan simpul penyambungan penengah. Perkembangan pemakaian komputer menyebabkan sistem komunikasi bergeser ke sistem digital. Maka ditemukanlah time switch yang menggunakan elektronika digital. Sistem pengontrolannya tetap menggunakan komputer Stored Program Controlled. Selain itu, komunikasi juga tidak dibatasi untuk suara yang didigitalisasi, tetapi juga komunikasi data dan gambar multimedia sehingga perkembangan sentral digital tidak hanya melayani sistem circuit switching, tetapi juga packet switching.

2.2.1 Circuit Switching

Circuit Switching telah menjadi teknologi dominan baik untuk komunikasi suara dan data. Komunikasi melalui circuit switching secara tidak langsung menyatakan ada jalur komunikasi terdedikasi antara dua stasiun. Jalur tersebut adalah runtutan tautan – tautan terhubung antar simpul jaringan. Contoh paling umum dari circuit switching adalah jaringan telepon. Circuit Switching melibatkan tiga fase : Circuit Establishment, Signal Transfer mungkin analog voice, digitized voice, binary data, dan Circuit disconnect. Circuit Switching dapat menjadi kurang efisien. Kapasitas kanal didedikasikan selama durasi sebuah switching, bahkan bila tidak ada data yang berpindah. Walaupun pada awalnya dirancang dan diimplementasikan untuk melayani para pelanggan telepon analog, jaringan ini menangani cukup banyak lalu lintas data melalui modem dan sedang dalam usaha perubahan ke jaringan digital. Contoh umum terakhir aplikasi circuit switching adalah data switch. Data switch serupa dengan PBX tetapi dirancang untuk saling menghubungkan perangkat – perangkat pengolah data digital, seperti terminal dan komputer. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Routing Pelanggan terhubung langsung ke sentral ujung, yang menyambungkan lalu lintas antar pelanggan dan antara pelanggan dengan exchange lain. Exchange lain itu bertanggung jawab merutekan dan menyambungkan lalu lintas antar sentral ujung. Untuk menghubungkan dua pelanggan yang terhubung pada sentral ujung yang sama, sebuah sirkuit dibentuk di antara keduanya dengan cara yang sama. Bila dua pelanggan berhubungan dengan sentral ujung yang berbeda, sirkuit diantara keduanya terdiri dari serangkaian sirkuit melalui satu atau lebih sentral penengah. Dalam gambar 2.2, sambungan dibentuk antara jalur a dan b cukup dengan membentuk sambungan melalui sentral ujung. Sambungan antara c dan d lebih rumit. Pada sentral ujung c, sebuah sambungan dibentuk antara jalur c dan satu kanal pada trunk TDM ke sambungan menengah. Pada sambungan menengah, kanal tersebut disambungkan ke sebuah kanal pada sebuah trunk TDM ke sentral ujung d. Pada sentral ujung itu, kanal tadi disambungkan ke jalur d.

2.2.2 Packet Switching

Dalam Packet Switching, data yang ditransmisikan dibagi-bagi ke dalam paket-paket kecil. Jika source mempunyai message yang lebih panjang untuk dikirim, message itu akan dipecah ke dalam barisan-barisan paket. Tiap paket berisi data dari user dan info control. Sentral ujung Exchange penengah Sentral ujung Trunk Trunk a b c d Universitas Sumatera Utara Data dipancarkan dalam blok – blok yang disebut paket. Batas atas yang umum untuk panjang paket adalah 1000 oktet byte. Bila sebuah sumber mempunyai pesan panjang yang hendak dikirim, pesan tersebut dipecah menjadi serentetan paket. Tiap paket berisi sebagian data atau semua data bila pesan pendek yang ingin dipancarkan suatu stasiun, ditambah header paket yang berisi informasi kendali. Informasi kendali ini, setidaknya berisi informasi yang diperlukan jaringan untuk merutekan paket melalui jaringan dan mengantarkannya ke tujuan yang sesuai. Perbandingan antara Circuit Switching dengan Packet Switching : Propagation delay Call Request Signal Call Accept Signal Time MESSAGE Acknowledgment Signal line PKT 1 PKT 2 PKT 3 nodes Circuit Switching 1 2 3 4 Virtual Circuit Packet Switching Datagram Packet Switching Processing Delay line line 1 2 3 4 1 2 3 4 PKT 1 PKT 2 PKT 3 PKT 1 PKT 2 PKT 3 Call Request Signal Call Accept Signal Acknowledgment Signal PKT 1 PKT 2 PKT 3 PKT 1 PKT 2 PKT 3 PKT 1 PKT 2 PKT 3 Gambar 2.3 Perbedaan antara Circuit Switching dengan Packet Switching Pada Gambar 2.3 dimisalkan ada 4 node, node 1 sebagai source address dan node 4 sebagai destination address. Untuk circuit switching ada sejumlah delay sebelum message dikirim, yaitu untuk call request, lalu jika destination station tidak sibuk, sinyal accepted dikirim dari destination address. Proses ini tidak berlangsung setelah koneksi telah disetup. Virtual circuit switching hampir sama dengan circuit Universitas Sumatera Utara switching. Berbeda dengan circuit switching, call acceptance akan memakan waktu delay walaupun koneksi telah established. Hal itu karena paket itu mengalami antrian dan harus menunggu untuk retransmisi. Sekali virtual circuit established, message akan dikirim dalam bentuk paket-paket. Maka virtual circuit tidak akan lebih cepat dari circuit switching. Datagram packet switching tidak membutuhkan call setup. Jadi untuk message pendek akan lebih cepat dari virtual circuit packet switching dan mungkin juga circuit switching. Selama tiap datagram diroute secara bebas, proses untuk tiap datagram di tiap node mungkin lebih panjang dari paket-paket virtual circuit. Jadi untuk message yang panjang-panjang, teknik virtual circuit mungkin diutamakan.

2.3 Multiplexing