Identifikasi Faktor-Faktor Resiko yang Mempengaruhi Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek Pembangunan Gedung di Kota Medan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Husein. 2008. Manajemen Proyek , perencanaan, penjadwalan & pengendalian proyek. Yogyakarta : Andi.

Amalia R, Arif Rohman M, Bintang C, 2012, Analisa Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Sidoarjo Town Square Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)(Studi Kasus Di Wilayah Sidoarjo)Vol. 1, No.1. September 2012

Asiyanto, (2005).Construction Project Cost Manajemen, Jakarta : Pradnya Paramita.

Bakhtiar A, Soehardjono A, Hasyim Hamzah M, 2012, Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung di Kota Lamongan (Studi Kasus Di Wilayah Lamongan)Vol. 6, No.1 -2012

Bramantyo Djohanputro, (2008), Manajemen Resiko Korporat, (Jakarta : Penerbit PPM

Darmawi, Herman. 2005. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, Jakarta.

Effendi Sofian. 1987.Metode Penelitian Survai. Kota : PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Ervianto, Wulfram I. 2004. Teori–Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Andi.

I Gede Putu joni. 2012. Resiko Manajemen Proyek. Jurnal Teknik Sipil. 16 : 48-55.


(2)

Ismael Idzurnida, 2013, Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan Pencegahannya. Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang14 : 46-55.

Levis dan Atherley. (1996). “Delay Construction”. Langford

Project Management Institute A Guide to the Project Management Body ofKnowledge (PMBOK) United States: PMI Polications, 1996

Santosa, Budi. 2009. Manajemen Proyek: Konsep & Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soeharto, Imam Ir. 1995. Menajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jakarta : Erlangga.

Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jilid I. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jilid II. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.


(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 UMUM

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Berawalkan dari minat untuk memecahkan suatu permasalahan yang yang muncul selanjutnya berkambang menjadi sebuah gagasan, teori, penentuan metode penelitian yang sesuai dan seterusnya. Sehingga hasil akhir menjadi sebuah gagasan atau pemikiran baru yang tiada hentinya.

Jadi hal yang sangat penting bagi peneliti ialah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial atau fenomena sosial tertentu. Minat tersebut dapat timbul dan berkembang karena rangsangan bacaan, diskusi, seminar atau pengamatan, atau campuran semuanya itu. Titik tolak yang sesungguhnya bukanlah metode penelitian, tetapi kepekaan dan minat, ditopang oleh akal sehat (common sense). Berbagai tahap harus ditempuh hingga tercapai hasil penelitian yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah dan tiap tahap perlu dilaksanakan dengan kritis, cermat dan sistematis.

Setelah disederhanakan, langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan survei ini adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey.

2. Menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan. Adakalanya hipotesis tidak diperlukan, misalnya pada penelitian

operasional.

3. Mengambil sampel. 4. Membuat kuesioner


(4)

5. Melakukan pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih wawancara.

6. Mengolah data.

7. Menganalisis dan melaporkan. 3.2 TAHAPAN PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey melalui pengisian kuesioner dan wawancara kepada responden. Data yang akan diteliti dan dianalisa secara rinci terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan studi lapangan. Data primer didapat melalui survey dengan teknik wawancara kepada pakar yang bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakanyang dianggap mengetahui tentang faktor-faktor keterlambatan proyek pada kota Medan.

b. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yaitu, dinas PU, konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen terkait dengan pengembangan gedung.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada responden. Dengan kriteria dan persyaratan sebagai berikut :

a. Penelitian akan dilakukan terhadap proyek konstruksi gedung yang berada di Kota Medan.

b. Difokuskan pada pelaksanaanpengadaan proyek jasa konstruksi pemerintah dengan menerapkan Keppres 80 Tahun 2003.


(5)

d. Populasi penelitian ini melibatkan owner, kontraktor, konsultan perencana dan konsultan supervisi.

Sedangkan sampel responden yang digunakanadalah yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berdasarkan dari reputasi, pengalaman dan kerjasama sebagai berikut :

a. Responden penelitian adalah owner dankonsultan Supervisi dan kontraktor. b. Owner adalah Kepala satker dan penjabat pembuat komitmen serta

pengendali teknis.

c. Bagi konsultan supervisi dan kontraktor memiliki pengalaman memimpin perusahaan jasa konstruksi.

d. Memiliki pendidikan yang menunjang dibidangnya dan reputasi yang baik.

3.3. PROSES PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

3.3.1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan bahan-bahan referensi yang membahas tentang masalah keterlambatan, faktor-faktor keterlambatan, kependukung keputusan untuk menunjang penulisan tugas akhir

3.3.2. Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilokasi proyek dan dalam bentuk dokumentasi di lapangan terhadap proyek yang sedang berjalan.


(6)

3.3.3. Metode Kuesioner

Metode ini dilakukan dengan pengumpulan data dalam bentuk pembagian kuesioner yang diberikan kepada pemilik (Owner), konsultan pengawas, kontraktor. Dan pengolahan data kuesioner tersebut menggunakan program software SPSS (Statistical Product and Service Solutions)

3.3.4. Rancangan Kuesioner

Kuesioner akan dirancang dalam tiga kelompok yaitu:

1. Data responden, (jabatan responden,pengalaman, nilai rata-rata proyek, dll).

2. Data proyek, (jenis proyek, pengaruh keterlambatan terhadap waktu pelaksanaan, dll.)

3. Data persepsi responden terhadap faktor penyebab keterlambatan proyek.

3.3.5. Variabel Penelitian

Objek penelitian ini yaitu menganalisis faktor penyebab resikoketerlambatan pekerjaan proyek gedung di Kota Medan. Responden dalam penelitian ini adalah individu yang berpengalaman pada proyek tersebut.

3.4. TAHAPAN PENGOLAHAN DATA

Hasil tabulasi data digunakan sebagai data input kedalam SPSS, input data merupakan hasil dari sampel variabel faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi gedung.


(7)

Mean ini didapat dengan cara menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan rumus berikut :

Me = ---

Dimana :

Me = Nilai rata-rata (mean) N = Jumlah responden

X = Frekuensi pada (i) yang diberikan responden terhadap masing-masing faktor keterlambatan

I= Kategori indeks responden

Adapun untuk variabel bebas, jawaban terdiri dari kategori sebagai berikut : X1 = Frekuensi jawaban “Sangat Rendah”

X2 = Frekuensi jawaban “Rendah” X3 = Frekuensi jawaban “Sedang” X4 = Frekuensi jawaban “Tinggi”


(8)

Judul

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI

KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Proyek pembangunan di Kota Medan

Pengolahan Data Program SPSS

Hasil, Kesimpulan, dan Saran

Selesai Data Primer

Data yang didapat langsung oleh peneliti:

1. Wawancara

2. Pengisian kuisioner

3. Pengamatan

Data Sekunder

Data di dapat dari data lokasi proyek :

1. Data kurva S

2. Data pelaksanaan


(9)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. DATA PROYEK

Analisa mengenai pengolahan data yang digunakan untuk memberikan gambaran dari hasil jawaban responden terhadap poin-poin pertanyaan pada kuisioner.

Data responden dalam penelitian ini adalah analisa mengenai pengolahan data yang digunakan untuk memberikan gambaran dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan kuisioner. Banyaknya kuisioner yang disebarkan dan yang menjawab sebanyak dan tidak menjawab

4.2. ANALISA DATA

Penelitian ini membahas tentang analisa statistik deskritif, yaitu data yang diolah menggunakan aplikasi SPSS. Rata-rata hitung untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data.


(10)

4.2.1. Faktor Lingkup dan Kontrak Pekerjaan (Contract Document)

Padadokumen perjanjian kontrak kerja konstruksi antara kontraktor dan owner sebaiknya berisi penjelasan tentang lingkup pekerjaannya yang penulisannya bisa dibuat dengan pasal tersendiri, hal ini untuk memberikan kejelasan pada kedua belah pihak tentang ruang lingkup pekerjaan ini akan menjelaskan tentang proyek yang menjadi tanggung jawab kontraktor,nama proyeknya,dimana alamat proyeknya, kapan tahun anggarannya, dan bagaimana sifat harga kontraknya

LKP1 : Perencanaan (gambar/spesifikas) yang salah atau tidak lengkap LKP2 : Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan

LKP3 : Keterlambatan pemilik dalam membuat keputusan LKP4 : Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan

LKP5 : Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai LKP6 : Ketidaksepahaman antara pembuatan gambar kerja antara perencanaan dan kontraktor.

Tabel 4.1. Nilai mean faktor lingkup dan kontrak pekerjaan

No Faktor lingkup dan kontrak pekerjaan Mean Skor 1 Perencanaan (gambar/spesifikas) yang salah atau tidak lengkap 4,575 1 2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3,575 2 3 Keterlambatan pemilik dalam membuat keputusan 3,375 3

4 Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan 3,300 4

5 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai

3,375 3


(11)

perencanaan dan kontraktor.

4.2.2. Faktor Perencanaan dan Penjadwalan (Planing and scheduling)

Penjadwalan atau schedulingadalah pengalokasian waktu yang tersedia melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada.

PP1 : Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan

PP2 : Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik / terpadu PP3 : Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama

PP4 : Rencana kerja pemilik yang selalu berubah-ubah Tabel 4.2. Nilai mean faktor perencanaan dan penjadwalan

No Faktor Perencanaan dan Penjadwalan Mean Skor 1 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan 2,575 2 2 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik /

terpadu

2,300 4

3 Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama 2,425 3 4 Rencana kerja pemilik yang selalu berubah-ubah 2,600 1

4.2.3. Faktor Manajerial(Managerial)

Manajer proyek perlu mengawasi dan mengendalikan para pegawainya yang bertanggung jawab menimbulkan pengeluaran-pengeluaran. Pengawasan dan pengendalian bukan hanya melalui prosedur dan metode serta kebijaksanaan, namun perlu diperhatikan pula bagaimana jalannya koordinasi untuk memecahkan


(12)

hambatan-hambatan dan perbedaan pendapat diantara mereka dan perbedaan pendapat dalam unit kerjanya sendiri, kecepatan mereka mengambil keputusan terhadap masalah yang dibawahnya, bagaimana mereka memberi petunjuk kepada bawahan dalam memecahkan masalah, apakah mereka menyarankan cara kerja yang lebih baik, dan apakah mereka berusaha menciptakan iklim atau lingkungan pengawasan dan pengendalian menghargai pelaksanaan tugas yang baik dan memberikan kritik terhadap pelaksanaan tugas yang tidak memuaskan.

Deskripsi pekerjaan manajer proyek:

1. Melapor kepada direktur perusahaan dan pemilik proyek

2. Mengawasi atau mengarahkan site manager, site engginer, pelaksana, logistik, administrasi dan keuangan

3. Fungsi pokok :

• Memimpin dan mengarahkan segala sumber daya yang akan ada dalam proyek untuk mencapai sasaran proyek

• Kewajiban dan tanggung jawab

• Menjamin terselenggaranya kegiatan proyek serta tersedianya fasilitas pendukung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

• Menjamin terselenggaranya adminstrasi kegiatan penanganan proyek bedasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati • Menjamin ketersedian material, tenaga kerja, dan peralatan

sesuai dengan jadwal yang telah dibuat

• Menjamin terlaksananya pengendalian biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja


(13)

4. Wewenang

• Mengarahkan dan memimpin seluruh kegiatan proyek

• Mengarahkan, memimpin kegiatan penilai hasil progres pekerjaan

• Mengawasi, mengendalikan persedian alat, material dan tenaga kerja

• Membuat penjadwalan material, alat dan tenaga kerja • Mengawasi dan mengendalikan cashflow proyek • Mengarahkan tindakan perbaikan pekerjaan

• Memimpin dan mengambil keputusan dalam rapat-rapat internal proyek

5. Hubungan kerja

Bekerja sama dengan pihak internal perusahaaan seperti site manajer, site engginer, manajer logistik, manajer administrasi dan keuangan

• Bekerja sama dengan seluruh eksternal perusahaan seperti pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas, sub kontraktor serta pemasok

M1 : Pengalaman manajer lapangan

M2 : Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor M3 : Komunikasi antara perencanaan dan kontraktor


(14)

Tabel 4.3. Nilai mean faktor manajerial

No Faktor Manajerial Mean Skor

1 Pengalaman manajer lapangan 2,950 1

2 Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor 2,925 2 3 Komunikasi antara perencanaan dan kontraktor 2,725 3

4.2.4. Faktor Situasi (Environment)

Pada faktor keterlambatan situasi biasanya terjadi pada setiap proyek konstruksi gedung dimana saja, namun hanya lokasi daerahnya saja yang membedakan kejadiannya pada lokasi proyek gedung tersebut. Namun juga pada intensitas geografisnya juga dibedakan oleh lokasi daerahnya juga. Dan ini memang sangat banyak sekali pengaruh keterlambatan proyek gedung. Dan juga biasanya pada foktor ini juga biasanya faktor masyarakat sekitar juga dapat menjadi faktor kendala pada pelaksanaan proyek gedung dimana saja.

S1 : Intensitas curah hujan. S2 : Faktor sosial dan budaya.

S3 : Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca amat buruk,badai/angin ribut,gempa bumi dan tanah longsor.


(15)

Tabel 4.4. Nilai mean faktor situasi

No Faktor Situasi Mean Skor

1 Intensitas curah hujan. 4,550 1

2 Faktor sosial dan budaya. 3,025 2

3 Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca amat buruk,badai/angin ribut,gempa bumi dan tanah longsor.

2,275 3

4.2.5. Faktor Bahan (Material)

Pelaksanaan setiap proyek konstruksi, pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai persentase cukup besar dari total biaya proyek. Dari penelitian menyatakan bahwa biaya material menyerap 50-75% dari biaya proyek, biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material.Oleh karena itu, penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, menyimpan, mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi.

Manajeman material didefinisikan sebagai suatu pendekatan organisasional untuk menyelesaikan permasalahan material yang memerlukan kombinasi ke mampuan manajerial dan teknis. Kegagalan dalam menjalankan proses atau lebih akan menyebabkan kegagalan menyeluruh dari manajemen material dan akan menghasilkan sebuah proyek konstruksi yang mahal.

B1 : Keterlambatan pengiriman barang B2 : Kekurangan bahan konstruksi B3 : Kualitas bahan yang kurang baik

B4 : Kerusakan bahan di tempat penyimpanan


(16)

B6 : Kelangkaan karena kekhususan B7 : Ketidaktepatan waktu pemesanan Tabel 4.5. Nilai mean faktor bahan

No Faktor Bahan Mean Skor

1 Keterlambatan pengiriman barang 3,800 1

2 Kekurangan bahan konstruksi 3,600 2

3 Kualitas bahan yang kurang baik 3,075 4

4 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan 2,825 7

5 Perubahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi 2,975 6

6 Kelangkaan karena kekhususan 3,325 3

7 Ketidaktepatan waktu pemesanan 3,025 5

4.2.6. Faktor Peralatan (Equipment)

Pada beberapa proyek, penggunaan dan jenis peralatan dapat dibagi atas tingkat beratnya pekerjaan serta lokasi yang digunakan, berupa mesin, perkakas, instalasi serta perlengkapan lainnya yang dapat berupa:

1. Alat-alat berat seperti bulldozer, dumptruck, motor grader, scraper atau bachoe biasa digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat, seperti pembukaan lahan, peralatan lahan, penggalian tanah dengan volume besar, pengangkutan tanah serta penimbunan tanah. Tower cranedigunakan pada bangunan bertingkat untuk mengangkut material secara vertikal dan horizontal. Bactching plant dan truckmixer adalah tempat fabrikasi beton dan alat angkut menuju proyek.


(17)

2. Peralatan ringan seperti mixer pengaduk beton di lokasi proyek atau bar bender dan bar cutter digunakan untuk pembengkokan dan pemotongan besi beton, dan perancah untuk penopang bekisting beton.

Pada proyek manufaktur dikenal pula peralatan foeklift dan crane pengangkut barang/material di seputar lokasi. Peralatan lain adalah peralatan ringan yang sifatnya statis seperti peralatan las, peralatan mesin pembentukan/cetakan model produk, pengecatan, dan lain sebagainya.

P1 : Keterlambatan pengiriman/penyediaan peralatan. P2 : Kerusakan peralatan

P3 : Ketersediaan peralatn yang memadai/sesuai kebutuhan P4 : Produktifitas peralatan

P5 : Kemampuan mandor atau operator yang kurang dalam mengoperasika peralatan

Tabel 4.6. Nilai mean faktor peralatan

No Faktor Peralatan Mean Skor

1 Keterlambatan pengiriman/penyediaan peralatan. 3,275 2

2 Kerusakan peralatan 3,300 1

3 Ketersediaan peralatn yang memadai/sesuai kebutuhan 3,200 3

4 Produktifitas peralatan 2,800 4

5 Kemampuan mandor atau operator yang kurang dalam mengoperasika peralatan


(18)

4.2.7. Faktor Tenaga Kerja (Labors)

Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini dimaksudkan agar efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat maksimal dengan beban ekonomis yang memadai. Tenaga kerja/karyawan yang berstatus tetap biasanya dikelola perusahaan dengan pembayaran gaji tetap setiap bulannya dan diberi fasilitas lain dalam rangka memelihara produktifitas kerja karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaaan. Hal ini dilakukan agar karyawan tetap sebagai aset perusahaan dapat memberikan karya terbaiknya serta memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan keahlian yang dimilikinya. Adanya tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak terbebani oleh pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah tenaga kerja pada saat tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan dengan jumlah yang seharusnya. Biasanya tenaga kerja tidak tetap ini dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan jumlah tenaga kerja tetap dengan tingkat keahlian sedang. Informasi tentang jenis serta deskripsi pekerjaan pada proyek perlu diidentifikasi sedemikian hingga tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing pihak dapat dijalankan sesuai rencana dan aturan-aturan perusahaan.

TK1 : Keahlian tenaga kerja TK2 : Kedisiplinan tenaga kerja

TK3 : Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan aktifitas pekerjaan yang ada.


(19)

Tabel 4.7. Nilai mean faktor tenaga kerja

No Faktor Tenaga Kerja Mean Skor

1 Keahlian tenaga kerja 3,400 2

2 Kedisiplinan tenaga kerja 3,325 4

3 Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan aktifitas pekerjaan yang ada.

3,375 3

4 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang /mandor 3,875 1

4.2.8. Faktor Keuangan(Financing)

Pada bagian ini faktor-faktor yang disebutkan lebih cendrung mempengaruhi profit kontraktor pembanguanan proyek dari sisi pemilik dan juga faktor keuangan ini sangat berpengaruh juga terhadap keterlambatan proyek gedung. Proyek bangunan yang pemiliknya lebihdari satu orang dibandingkan dengan pemilikproyek bangunan pribadi yang sama telah berkali-kali membangun proyek akan mengalami keterlambatan pembayaran yang lebih buruk.

K1 : Harga meterial

K2 : Kesulitan pendanaan di kontraktor K3 : Kesulitan pembayaran oleh pemilik Tabel 4.8. Nilai mean faktor keuangan

No Faktor Keuangan Mean Skor

1 Harga material 3,050 2

2 Kesulitan pendanaan di kontraktor 3,175 1


(20)

4.2.9. Faktor Perubahan (Change)

Perubahan desain pada konstruksi bisa terjadi akibat perubahan rencana oleh owner dan kesalahan yang dilakukan oleh konsultan perencana. Terjadinya perubahan desain akan berpengaruh biaya, mutu dan waktu proyek konstruksi. Tentu saja gambaran keseluruhan dari segi ekonomi dan finansial akan menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan. Proses ini merupakan masalah kritis pada kegiatan desain engineering.

PR1 : Terjadi perubahan desain oleh owner

PR2 : Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana PR3 : Keselahan dalam penyelidikan tanah

Tabel 4.9. Nilai mean faktor perubahan

No Faktor Perubahan Mean Skor

1 Terjadi perubahan desain oleh owner 3,200 1

2 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana 3,175 2

3 Keselahan dalam penyelidikan tanah 2,975 3

4.2.10. Faktor Karakteristik Tempat (Site characteristic)

Pada faktor ini juga termasuk faktor yang sangat penting pada pelaksanaan konstruksi gedung dan juga berpengaruh terhadap faktor keterlambatan pekerjaan proyek gedung, dimana apabila kontraktor salah meletakkan bahan material, lokasi pekerja lain juga akan terganggu pada bahan material yang mengganggu pada pekerjaan mereka. Lokasi proyek itu sendiri juga sangat berpengaruh terhadap pelakaksanaan pekerjaan, karena setiap lokasi proyek selalu memiliki


(21)

lokasi yang berbeda-beda maka tingkatan lokasi tempat juga tidak pasti yaitu sesuai dengan lokasi proyek itu sendiri.

KT1 : Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah KT2 : Tempat penyimpanan bahan/material

KT3 : Akses ke lokasi proyek KT4 : Kebutuhan ruang kerja

Tabel 4.10. Nilai mean faktor karakteristik tempat

No Faktor Karakteristik Tempat Mean Skor

1 Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah 2,825 1

2 Tempat penyimpanan bahan/material 2,700 2

3 Akses ke lokasi proyek 2,475 3

4 Kebutuhan ruang kerja 2,350 4

4.2.11. Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol Dan Evaluasi Pekerjaan

Pada faktor pekerjaan sistem inspeksi, kontrol pada pekerjaan ini juga termasuk dalam faktor keterlambatan pekerjaan yaitu dikarenakan pada pekerjaan pengontrolan ini juga sangat penting untuk di ketahui sebagai contoh pada pekerjaan inspeksi ini banyak juga penyebabnya yaitu antara lain perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek, pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal, keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan, dan juga banyaknya hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena cacat/ tidak benar pada pelaksanaannya di lapangan.

IK1 : Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek IK2 : Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal


(22)

IK3 : Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan

IK4 : Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena cacat/ tidak benar.

Tabel 4.11. Nilai mean faktor sistem inspeksi, kontrol dan evaluasi pekerjaan

No Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol dan Evaluasi Pekerjaan Mean Skor 1 Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek 2,275 3 2 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal 2,350 2 3 Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan 2,275 3 4 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena

cacat/ tidak benar

2,475 1

Tabel 4.12. deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi

Tingkat Resiko

Variabel Faktor Penyebab Keterlambatan Mean Median X1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap 4,575 5 X2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3,575 4 X3 Keterlambatan pemilik dalam pembuatan keputusan 3,375 3

X4 Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan 3,300 3

X5 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 3,375 3

X6

Ketidak sepahaman antara pembuatan gambar kerja antara


(23)

X7 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan 2,575 3 X8 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu 2,300 2 X9 Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama 2,425 2 X10 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah 2,600 3

X11 Pengalaman manajer lapangan 2,950 3

X12 Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor 2,925 3

X13 Komunikasi antara perencana dan kontraktor 2,725 3

X14 Intensitas curah hujan 4,550 5

X15 Faktor sosial dan budaya 3,025 3

X16

Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca amat buruk,badai,angin ribut,gempa bumi dan tanah longsor

2,275

2

X17 Keterlambatan pengiriman barang 3,800 4

X18 Kekurangan bahan konstruksi 3,600 4

X19 Kualitas bahan yang kurang baik 3,075 3

X20 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan 2,825 3

X21 Perubahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi 2,975 3

X22 Kelangkaan karena kekhususan 3,325 3

X23 Ketidaktepatan waktu pemesanan 3,025 3

X24 Keterlambatan pengiriman / penyediaan peralatan 3,275 3

X25 Kerusakan peralatan 3,300 3

X26 Ketersediaan peralatan yang memadai/ sesuai kebutuhan 3,200 3

X27 Produktifitas peralatan 2,800 3


(24)

mengoperasikan peralatan

X29 Keahlian tenaga kerja 3,400 3

X30 Kedisiplinan tenaga kerja 3,325 3

X31

Jumlah pekerja yang kurang memadai/ sesuai dengan aktifitas pekerjaan yang ada

3,375

3 X32 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor 3,875 4

X33 Harga material 3,050 3

X34 Kesulitan pendanaan di kontraktor 3,175 3

X35 Kesulitan pembayaran oleh pemilik 2,975 3

X36 Terjadi perubahan desain oleh owner 3,200 3

X37 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana 3,175 3

X38 Kesalahan dalam penyelidikan tanah 2,975 3

X39 Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah 2,825 3

X40 Tempat penyimpanan bahan/ material 2,700 3

X41 Akses ke lokasi proyek 2,475 2

X42 Kebutuhan ruang kerja 2,350 2

X43 Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek 2,275 2 X44 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal 2,350 2

X45 Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan 2,275 2

X46

Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena cacat/ tidak benar

2,475


(25)

Tabel 4.13. Analisa statistik deskriptif melalui program SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 4.5750 .54948 40

VAR00002 3.5750 .50064 40

VAR00003 3.3750 .62788 40

VAR00004 3.3000 .64847 40

VAR00005 3.3750 .83781 40

VAR00006 2.5250 .67889 40

VAR00007 2.5750 .71208 40

VAR00008 2.3000 .46410 40

VAR00009 2.4250 .50064 40

VAR00010 2.6000 .49614 40

VAR00011 2.9500 .84580 40

VAR00012 2.9250 .72986 40

VAR00013 2.7250 .67889 40

VAR00014 4.5500 .59700 40

VAR00015 3.0250 .89120 40

VAR00016 2.2750 .64001 40

VAR00017 3.8000 .82275 40

VAR00018 3.6000 .87119 40

VAR00019 3.0750 .76418 40

VAR00020 2.8250 .50064 40

VAR00021 2.9750 .76753 40

VAR00022 3.3250 .97106 40

VAR00023 3.0250 .80024 40

VAR00024 3.2750 .71567 40

VAR00025 3.3000 .72324 40

VAR00026 3.2000 .75786 40


(26)

VAR00028 2.7750 .57679 40

VAR00029 3.4000 .81019 40

VAR00030 3.3250 .79703 40

VAR00031 3.3750 .89693 40

VAR00032 3.8750 1.22344 40

VAR00033 3.0500 .87560 40

VAR00034 3.1750 .74722 40

VAR00035 2.9750 .94699 40

VAR00036 3.2000 .72324 40

VAR00037 3.1750 .84391 40

VAR00038 2.9750 .83166 40

VAR00039 2.8250 .81296 40

VAR00040 2.7000 .56387 40

VAR00041 2.4750 .64001 40

VAR00042 2.3500 .48305 40

VAR00043 2.2750 .45220 40

VAR00044 2.3500 .48305 40

VAR00045 2.2750 .45220 40

VAR00046 2.4750 .55412 40

Tabel 4.14. Nilai summary item statistic

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum /

Minimum

Variance N of Items

Item Means 3.028 2.275 4.575 2.300 2.011 .285 46

4.3. TEMUAN DAN BAHASAN

Vaktor dominan yang berpengruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan pembangunan pada proyek gedung di kota Medan.


(27)

Tabel 4.15. variabel yang dominan

No Kelompok Faktor Variabel Variabel Dominan yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu 1 Faktor lingkup dan kontrak/

dokumen pekerjaan

X1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap

2 Faktor lingkup dan kontrak/ dokumen pekerjaan

X2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan

3 Faktor situasi X14 Intensitas curah hujan

4 Faktor bahan X17 Keterlambatan pengiriman barang

5 Faktor bahan X18 Kekurangan bahan konstruksi

6 Faktor tenaga kerja X32 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor

Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu pelaksanaan proyek, diperoleh nilai modus (mode) sebesar 3 yang berarti kinerja waktunya rata-rata mengalami keterlambatan 0% s/d -8%

Bedasarkan hasil pengolahan data, ditemui 46 peringkat faktor risiko dari (sebelas) sumber risiko yang ada pada pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil statistik variabel-variabel yang dominan mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi, dan ada enam variabel yang dominan dari faktor risiko yang paling berdampak dengan keterlambatan proyek konstruksi yaitu:


(28)

Tabel 4.16. variabel yang dominandan tindakan koreksi

No Faktor Resiko Tindakan Koreksi

1 Perencanaan

(gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap. (X1)

- Membentuk tim perencana yang profesional sesuai dengan latar belakang keahlian.

- Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas dari lingkup proyek terdahulu dengan proyek yang akan dikerjakan. - Pendidikan tim perencana minimal S1 teknik

sesuai jurusan yang dibuktikandengan ijazah. - Membentuk tim perencana yang propesional

sesuai dengan latar belakang keahlian. 2 Perubahan lingkup

pekerjaan pada waktu pelaksanaan. (X2)

- Pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan, mengubah metode atau cara kerja bagi pekerja dan memperketat disiplin kerja. - Seringnya melakukan pengontrolan tiap-tiap

pekerjaan yang dilakukan khususnya pada pekerjaan yang berada pada jalur-jalur kritis. 3 Intensitas curah hujan

(X14)

- Membuat saluran drainase kecil di sekitar area proyek yang sering di genangi oleh air.

- Menambah peralatan pompa air untuk mempercepat pekerjaan di area-area yang tergenangi air.


(29)

4 Keterlambatan

pengiriman barang (X17)

- Melakukan komunikasi terus menerus kepada pihak pengiriman barang dan sekaligus mengkoordinasikan pekerjaan yang bisa dikerjakan terlebih dahulu oleh pekerja.

- Melakukan kesepakatan terlebih dahulu kepada pihak pengiriman barang sebelum memulai proyek.

5 Kekurangan bahan konstruksi (X18)

- Melakukan pengontrolan bahan-bahan konstruksi bangunan sesering mungkin , terkhusus dengan material yang sulit di dapat. 6 Komunikasi antara

tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor (X32)

- Seringnya melakukan rapat antara kontraktor dan konsultan perencana dan pihak owner mengenai permasalahan penyelesaian proyek. - Selalu melakukan pendekatan terhadap tukang.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisa data menunjukan ada enam faktor resiko utama yang sangat berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung di kota Medan, penilaiannya di lihat dari 46 faktor resiko yang terdiri dari 11 pengelompokan faktor yaitu: Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap(X1), rangking 1 (4,575); Intensitas curah hujan(X14), rangking 2 (4,550); Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor (X32), rangking 3 (3,875); Keterlambatan pengiriman barang (X17), rangking 4 (3,800); Kekurangan bahan konstruksi(X18), rangking 5 (3,600); dan Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan (X2), rangking 6 (3,575).

2. Untuk mengatasi keterlambatan ini, pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan konstruksi gedung harus melakukan beberapa cara atau strategi diantaranya: pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan, mengubah metode atau cara kerja bagi pekerja dan memperketat disiplin kerja, melakukan pendekatan terhadap tukang yang bekerja di lapangan, dan seringnya melakukan rapat-rapat antara pekerja yang terkait.

3. Perusahaan konstruksi yang akan melaksanakan proyek hendaknya memperhatikan metode pelaksanaan, kebutuhan tenaga kerja dan


(31)

peralatan, dan dengan mengetahui faktor resiko yang dominan dapat menbantu untuk mengambil keputusan dalam menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai.

5.2. SARAN

Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan serta evaluasi terhadap kuesioner, ada beberapa saran yang perlu dikemukakan yaitu:

1. Agar tidak terjadi penundaan dalam melaksanakan proyek, maka pekerjaan-pekerjaan di jalur kritis perlu diawasi dan kontrol dengan ketat agar tidak terlambat dan juga mengakibatkan pekerjaan yang tidak dalam jalur kritis terganggu.

2. Dalam pembangunan suatu proyek konstruksi, sebaiknya metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan proyek dapat diperhatikan yang lebih karena peranan metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan sangat penting mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan proyek gedung.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan membuat suatu bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan teknik arsitektur. Didalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan, kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara dan berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu untuk melaksanakan tugas dengan sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Soeharto (1998), banyak kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat didalam pelaksanan proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahn yang bersifat kompleks.Kompleksitas proyek tergantung dari:

1. Jumlah macam kegiatan didalam proyek.

2. Macam dan jumlah dan hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek itu sendiri.

3. Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek dengan pihak luar.

Kompleksitas ini tergantung pada besar kecilnya suatu proyek. Proyek kecil dapat saja bersifat lebih kompleks dari pda proyek dengan ukuran yang lebih besar. Kompleksitas memerlukan pengaturan dan pengendalian yang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam pelaksanaan proyek, maka diperlukan adanya manajemen proyek yang handal dan tangguh untuk menompang pelaksanaan proyek.


(33)

Gambaran proses pekerjaan konstruksi menurut Hillebrandt (1988) sebagai suatu yang panjang, rumit dan melibatkan banyak pihak. Keberhasilan proses pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari saling keterkaitan antara pihak yang terlibat dalam proses konstruksi. Dalam proses konstruksi pihak-pihak yang terlibat dapat dari perorangan / perubahan sebagai pelaku utama, dimana pemilik, bisa swasta / swasta perorangan / pemerintah dan bertanggung jawab atas konsepsi proyek, dan pemilik adalah pihak yang paling menentukan. Pemilik dibantu dari pihak engineering. Untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh kontraktor umum atau kontraktor spesiali.

2.2 MANAJEMEN POYEK KONSTRUKSI GEDUNG

Manajemen proyek konstruksi mempunyai karakteristik, unik, melibatkan banyak sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam proses penyelesaian harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule dan sesuai biaya yang ditetapkan (Wulfram, 2004) selanjutnya Wulfram mengatakan tujuan dari manajemen proyek adalah untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komperhesif.

Menurut Soeharto (1998), adapun tujuan dari proses manajemen proyek adalah sebagai berikut :

a. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek.

b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi diluar dari perencanaan biaya yang telah direncanaka.


(34)

c. Kualitas sesuai dengan persyaratan. d. Proses kegiatan sesuai persyaratan.

2.3 DEFENISI PROYEK

Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan jelas waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber daya (manusia, uang, peralatan, dsb.), serta multifungsional dimana anggota proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Karakteristik ini yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin operasional. Aktivitas rutin operasional cenderung bersifat terus menerus dan berulang-ulang sedangkan proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuan, proyek akan berhenti jika tujuan telah tercapai, sedangkan aktivitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan.

Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu. Aktivitas atau kegiatan-kegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai, yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula. Hingga


(35)

pada akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk saling ketergantungan dan secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri. 2.3.1 Macam Macam Proyek

Sedangkan dilihat (Soeharto, 1995) dari segi komponen kegiatan utama maka macam proyek dapat dikelompokkan menjadi:

Proyek Engineering-konstruksi komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi.

Proyek Engineering-Manufaktur dimaksukan untuk menghasilkan produk baru.

Proyek penelitian dan pengembangan Proyek pelayanan manajemen

Sedangkan proyek konstruksi sendiri dibedakan lagi atas dua jenis kelompok bangunan yaitu:

 Proyek konstruksi gedung seperti rumah tempat tinggal, villa, pabrik, hotel dan lain sebagainya.

 Proyek bangunan sipil seperti jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnnya.

2.3.2 Unsur Unsur Manajemen Proyek

Menurut Abrar (2010) adapun kegiatan yang meliputi dari unsurunsur kegiatan manajemen adalah :


(36)

Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.

2. Pengorganisasian (organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki organisasi. Semua ini dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan diperoleh hasil yang positif bagi organisasi.

3. Pelaksanaan (aktuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau non fisik sehingga prosedur akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subjetif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.


(37)

4. Pengendalian (controlling)

Kegiatan ini untuk memastikan program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpanan paling minimal dan hasil paling memuaskan.

2.3.3 Manajemen Biaya

Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua proses yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:

1. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi biaya.

2. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai kontrak merupakan keputusan dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi merupakan salah satu pertimbangan dari keputusan yang diambil.

3. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masingmasing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses


(38)

estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.

4. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkahlangkah perbaikan dapat dilakukan.

2.3.4. Manajemen Waktu

Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management) memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu penyelesaian proyek (PMI, 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu proyek, yaitu:

1. Pendefinisian Aktivitas merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).

2. Urutan aktivitas proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk


(39)

proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.

3. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.

4. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.

5. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:

a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan memastikan perubahan yang terjadi disetujui.

b. Menentukan perubahan dari jadwal.

c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal proyek.

2.4. KETERLAMBATAN PROYEK

Menurut Ervianto (2004) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan


(40)

fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor

Menurut Ervianto (2004) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor.

Keterlambatan proyek dapat dilihat dalam dua hal yaitu aspek yang terpengaruh dan faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Adapun faktor yang terpengaruh yang menyebabkan proyek terlambat adalah:

• Keterlambatan terkait material

• Keterlambatan terkait tenaga kerja

• Keterlambatan terkait peralatan

• Perencanaan yang tidak sesuai

• Lemahnya kontrol waktu proyek

• Keterlambatan Sub-kontraktor


(41)

• Pengawasan yang tidak memadai

• Metode pelaksanaan yang tidak sesuai

• Kurangnya personil secara teknikal

• Komunikasi yang lemah

Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata lain bahwa adanya waktu tambahan yang diberikan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan akan terjadi pemutusan kontrak kerja. Tambahan waktu untuk menyelesaikan proyek adalah solusi penyelesaian.

2.4.1. Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan

Berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, maka penyebab keterlambatan proyek dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Non Excusable Delays.

Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah: a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan

tidak tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan jadwal proyek.Identifikasi yang tidak lengkap akan


(42)

mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.

b. Ketidak tepatan perencanaan tenaga kerja jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali harganya.

c. Kualitas tenaga kerja yang buruk

Kurangnya ketrampilan dan ke ahlian pekerja dapat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek.

d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor. Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung adalah tersediannya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri. Penyediaaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.

e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek. Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus


(43)

disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.

f. Mobilisasi sumber daya yang lambat

Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.

g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena cacat/salah Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu

2. Excusable Delays

a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.


(44)

Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan. c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek

Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.

3. Compensable Delays

Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah: a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat

Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan. Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.

b. Persetujuan ijin kerja yang lama

Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.Proses persetujuan ijin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil keputusan.


(45)

c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi

Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian.

d. Sering terjadi penundaan pekerjaan

Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek.

e. Keterlambatan penyediaan meterial

Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan. Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek. f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi dan proyek dapat berhenti dan

mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik proyek yang tidak cukup.

g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak. Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua


(46)

sistim pendanaan proyek tersebut dan menpengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.

h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik

Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat

2.4.2. Dampak Keterlambatan Proyek Konstruksi

Menurut Lewis dan Atherley (1996), keterlambatan proyek seringkali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik (Owner) dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun owner. Keterlambatan pelaksanaan pada proyek juga memberikan dampak berupa kerugian bagi semua pihak yang terlibat dalam proyek tersebut. Adapun dampak kerugian yang dapat dialami oleh pihak yang terlibat didalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Pihak Kontraktor

Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan naiknya overhead yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena bertambahnya waktu pelaksanaan. Overhead meliputi biaya untuk perusahaan secara keseluruhan, terlepas ada atau tidaknya kontrak yang sedang ditangani. b. Pihak Konsultan

Konsultan akan mengalami kerugian waktu serta akan terlambat dalam mengerjakan proyek yang lainnya, jika pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan penyelesaian.


(47)

c. Pihak Owner / Pemilik

Keterlambatan pelaksanaan proyek berarti kehilangan penghasilan dari hasil proyek yang seharusnya dapat digunakan dan terjadi permasalahan pada investasi tersebut. Jika proyek jalan toll Medan-Kualanamu terjadi keterlambatan dalam penggunaan fasilitas dan pengoprasian tersebut dan akan merugikan nilai investasi yang di targetkan.

2.4.3. Pembuktian Keterlambatan Proyek

Adanya permasalahan keterlambatan pelaksanaan proyek yang terjadi, maka dapat menyebabkan perubahan pelaksanaan penyelesaian progress yang sudah dijadwalkan. Meningkatnya biaya dan kemungkinan putusnya kontrak (contract termination) (Arditi & Pattanakitchamrron dalam Wei, 2010). Oleh karena itu diperlukan pembuktian keterlambatan proyek sesuai kriteria penilaian terhadap kondisi keterlambatan pekerjaan, karena hal ini berhubungan dengan faktor-faktor apa penyebab keterlambatan proyek. Seperti diketahui bahwa pada saat progress pekerjaan dinyatakan kritis. Maka, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 07/PRT/M/2011 pasal 39.1 bahwa apabila penyedia terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal maka PPK harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis. Pada pasal kritis 39.2 apabila:

a. Dalam periode I rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana.

b. Dalam periode II rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari rencana.


(48)

c. Rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.

Kondisi keterlambatan pekerjaan berdasarkan Permen PU No.43/PRT/M/2007. Langkah selanjutnya adalah:

1. Berita acara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji coba I. Kontraktor melakukan uji coba I untuk dievaluasi.

2. Dan bila uji coba I gagal, maka diingkatkan dengan SCM tahap II dan dibuat berita cara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji coba II.

3. Namun, jika uji coba II gagal, maka ditingkatkan dengan SCM tahap III dan dibuat berita acara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji coba III.

4. Pada akhirnya bila uji coba III gagal, maka akan dilakukan putus kontrak (contract termination by employer).

Proses contract termination harus sesuai dengan Dokumen Kontrak (General Conditions pasal 15) antara lain, harus ada Surat Pemberitahuan (notice) dengan waktu yang telah ditentukan.

Dijelaskan urutan Permen PU No. 43/PRT/M/2007 menurut Pusjatan-Balitbang PU bahwa perlu adanya pembuktian keterlambatan proyek. Untuk itu diadakan pertemuan dalam hal terjadinya keterlambatan progress pisik oleh penyedia jasa berdasarkan jadwal kontrak (Contract schedule). Dalam hal terjadinya keterlambatan progress fisik oleh penyedia jasa, maka harus diikuti dalam pengambilan keputusan yakni:


(49)

a. Jika terjadinya keterlambatan progress fisik antara 5% ─ 10 %, maka rapat pembuktian keterlambatan akan diadakan antara Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis (SE/supervision engineer ) dan penyedia jasa. b. Jika terjadinya keterlambatan progress fisik antara 10% ─ 15%, maka

rapat pembuktian keterlambatan akan dilaksanakan antara Pejabat Eselon II pada pemerintah pusat atau daerah yang memiliki kewenangan pembinaan jalan, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis, dan Penyedia Jasa.

c. Jika terjadinya keterlambatan progres fisik pada periode I (rencana fisik

0% ─ 70 %) lebih besar dari 15% dan pada periode II ( rencana fisik

70% ─ 100%) lebih dari 10% mengacu pada syarat -syarat umum

kontrak pasal 33 (kontrak kritis).

d. Selanjutnya kegiatan rapat pembuktian keterlambatan harus dibuat dalam Berita Acara Rapat pembuktian keterlambatan yang ditandatangani oleh pimpinan dari masing-masing pihak sebagai catatan untuk membuat persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan berikutnya.

Dengan diketahuinya faktor penyebab keterlambatan proyek maka akan dapat ditentukan langkah selanjutnya jenis keterlambatan proyek.


(50)

Tabel 2.1 Kriteria Keterlambatan Proyek Proyek Periode Rencana Fisik Kriteria Keterlambatan Keterangan Wajar Terlambat Kritis

I II

0% ─ 70%

70% ─ 100%

0% ─ 7%

0% ─ 4%

>7% ─ 10% > 4% ─ 5%

>10% > 5%

Apabila sampai dengan Rapat Pembuktian Ketiga, Kontraktor gagal, maka dapat diusulkan:

1. Kesepakatan tiga pihak, atau

2. Putus Kontrak (Termination)

III 70% ─ 100% < 5%

Melampaui tahun anggaran Komposisi Tim Show

Cause Meeting

Diserahkan pada PPK

Diserahkan pada PPK Sumber: Permen PU No. 43/PRT/M/2007

Dengan adanya Permen PU No. 43/PRT/M/2007 menurut Pusjatan-Balitbang PU, maka setiap proyek yang mengalami kriteria penilaian terhadap kondisi keterlambatan penyelesaian proyek akan mengacu pada Permen PU No. 43/PRT/M/2007.

2.5 KONSEP PERENCANAAN KONSTRUKSI

Rencana pembanguna konstruksi yang baik adalah dasar untuk mengembangkan anggaran, jadwal dan mutu pekerjaan. Selain itu penggunaan subkontraktor dalam perncanaan teknis konstruksi perlu keputusan organisas.

Sedangkan langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan setelah data-data yang terkumpul dan cukup lengkap dari berbagai aspek yang dianggap perlu. Antara lain melakukan kajian terhadap gambar rencana spesifikasi teknis proyek yang ada, jika nantinya tidak sesuai kondisi pelaksanaan dapat disempurnakan dengan melakukan konfirmasi ke konsultan perencana. Kemudian melakukan perhitungan yang lebih teliti terhadap volume pekerjaan, kebutuhan material,


(51)

peralatan serta tenaga kerja yang digunakan. Dan dilanjutkan menyusun anggaran biaya pelaksanaan yang rinci yang disesuaikan dengan alokasi sumber daya yang dibutuhkan dan dana yang tersedia.

Kemudian memilih jenis teknilogi dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan. Dan perumusan rincian kegiatan dengan jadwal yang akurat dan terpadu. Serta melakukan persiapan aspek administratif, pengadaan serta pengorganisasian pihak-pihak yang telibat, penyusunan program kerja, perencanaan pengelolaan resiko, perencanaan kesehatan dan keselamtan kerja serta pelaksanaan sistem informasi manjemen.

Menurut (Asiyanto,2005). Berdasarkan kontrak konstruksi dan dokumen gambar dan spesifikasi teknis yang ada, maka harus disusun suatu perencanaan pelaksanaan agar sasaran yang ingin dicapai dapat direalisasikan. Keberhasilan proyek konstruksi sangat ditentukan oleh perencanaan konstruksi baik dalam pengelolaan dan pelaksanna proyek konstruksi. Ini mencakup

a. Pemilihan teknologi. b. Definisi tugas pekerjaan.

c. Estimasi sumber daya yang diperlukan. d. Durasi untuk tugas individu.

e. Identifikasi dari setiap interaksi diantara berbagai tugas pekerjaan. 2.5.1. Timbulnya Ide Proyek

Ada bermacam-macam cara munculnya ide proyek. Menurut (Santosa, Budi, 2009) antara lain:


(52)

Proyek yang berasal dari klien yang ditawarkan ke suatu konsultan atau kontraktor, dimana sudah jelas macam pekerjaan yang harus ditangani. Dalam kondisi seperti ini biasanya tidak ada proses tender sehingga tidak ada suasana kompetitif dalam perebutan proyek. Hal ini terjadi jika terdapat hubungan baik antara pemberi dan penerima proyek. Banyak sekali proyek seperti ini, khususnya untuk proyek yang nilainya relatif kecil. Contoh, suatu perusahaan swasta meminta konsultan manajemen untuk membuat suatu corporate plan.

2. Karena ada tawaran dana

Ada proyek yang muncul karena adanya tawaran dana dari instasi atau lembaga tertentu. Dengan adanya tawaran itu kita bisa menyusun proposal proyek. Di dalam lembaga pendidikan sering ada tawaran dana penelitian untuk topik tertentu dengan alokasi dana tertentu. Dengan adanya ini suatu tim atau perseorangan mengajukan proposal penelitian. Jika proposal ini disetujui, maka terciptalah sebuah proyek penelitian.

3. Lewat proses lelang

Dalam hal ini ide proyek muncul karena adanya tawaran lelang. Di sini suatu konsultan atau kontraktor harus berkompetisi untuk memenangkan tender/lelang. Proses yang harus dilalui biasanya lebih rumit dan panjang. Keprofesionalan suatu perusahaan bisa teruji di sini. Jika tender dilakukan secara fair maka hanya perusahaan yang profesional di bidangnya yang kemungkinan besar bisa memenangkan persaingan dan dipilih sebagai pelaksana proyek. Proyek-proyek pemerintah untuk pembangunan jalan,


(53)

irigasi, fasilitas publik yang lain dan pengadaan alat biasanya masuk dalam kategori ini.

4. Dari dalam perusahaan sendiri

Ide proyek berasal dari dalam perusahaan sendiri dengan sumber dana dari perusahaan dan dikerjakan sendiri oleh perusahaan. Proyek-proyek perbaikan proses, fasilitas ataupun manajemen produksi suatu perusahaan manufaktur atau riset dan pengembangan masuk dalam kategori ini. Misalkan suatu perusahaan membuat suatu tim untuk mendesain suatu statiscal process control lalu diterapkan di salah satu lini produksi. Munculnya ide berasal dari dalam dan dikelola oleh orang-orang dari dalam perusahaan sendiri.

5. Melalui penawaran

Jika suatu perusahaan atau konsultan tidak mendapatkan pekerjaan, maka sangat mungkin perusahaan tersebut akan menawarkan produk/jasa atau solusi dari suatu persoalan kepada perusahaan atau individu yang potensial memerlukannya. Dari situ mungkin calon kustumer akan tertarik untuk membeli produk atau solusi yang ditawarkan, di sini pekerjaan proyek bisa muncul karena keaktifan pihak konsultan. Sebagai contoh, suatu konsultan bisa melakukan presentasi ke suatu perusahaan mengenai pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan oleh konsultan ini untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang didatanginya. Misalkan pekerjaan pembuatan sistem informasi manajemen.


(54)

3.5.2. Keberhasilan Manajemen Proyek

Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut:

Dalam waktu yang dialokasikan Dalam biaya yang dianggarkan

Pada performansi atau spesifikasi yang ditentukan Diterima customer

Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimun yang disetujui Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi

Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan 3.5.3. Ukuran Proyek

Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai kriteria ukuran proyek. Sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari

Jumlah kegiatan Besarnya biaya Jumlah tenaga kerja Waktu yang diperlukan

Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan: • Jumlah kegiatan dan hubungan antar kegiatan

• Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok/organisasi dalam proyek • Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok didalam organisasi dan

pihak luar


(55)

Suatu proyek bisa berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun tingkat kesulitannya sedang. Pembangunan kompleks perumahan dengan model rumah baru mungkin bisa mewakili situasi ini.

3.5.4. Stakeholder Proyek

Stakeholder suatu proyek adalah pihak-pihak, individu ataupun organisasi yang secara aktif terlibat dalam proyek atau yang mempunyai interest yang terpengaruh, baik positif maupun negatif atas terlaksananya proyek. Mereka mempunyai pengaruh terhadap proyek dan hasilnya.

Pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Manajer proyek, individu yang bertanggung jawab atas manajemen suatu proyek

2. Pelaksana proyek, organisasi yang pegawainya paling terlibat secara langsung dalam pengerjaan proyek

3. Customer atau user, pihak individu maupun organisasi yang akan menggunakan hasil dari proyek

4. Anggota tim proyek, tim yang melaksanakan pekerjaan proyek

5. Sponsor, individu atau kelompok dalam atau eksternal organisasi yang memberi dukungan dana tunai atau sejenisnya untuk proyek (Santosa, Budi, 2009)

3.6. SIKLUS PROYEK

Siklus pada proyek konstruksi ialah tahap-tahapan yang saling berhubungan mulai awal kegiatan proyek sampai akhir kegiatan proyek. Mengingat suatu proyek bersifat unik, maka akan selalu dijumpai masalah ketidakpastian.


(56)

Dalam pelaksanaannya suatu proyek biasanya dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu antara lain :

3.6.1. Tahap Konsepsi

Secara umun tahap konsepsi ini bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Inisiasi Proyek

Inisiasi adalah titik di mana suatu ide tentang proyek lahir. Banyak user tahu ada masalah tetapi sulit untuk mengemukakannya. Perlu dilakukan pengklarifikasian terhadap masalah kemudian mempertimbangkan solusinya.

Sebaiknya masalah diformulasikan dalam suatu pernyataan yang jelas, lalu tujuan penyelesaian masalah itu ditentukan dan dicari alternatif solusi yang mungkin.

2. Kelayakan proyek

Kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah dan mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup menguntungkan secara ekonomis dan bermartabat.

3.6.2. Tahap Perencanaan 1. Proposal proyek

Kontraktor perlu mengeluarkan sejumlah biaya dan waktu untuk menyiapkan proposal. Maka penyiapan proposal perlu ditangani oleh manajemen puncak. Pembuatan proposal adalah pekerjaan penting yang harus dilakukan sebelum suatu proyek didapatkan. Secara ringkas proposal proyek harus mengandung beberapa pokok isi sebagai berikut:


(57)

Ini termasuk bagian penting dari proposal, karena harus bisa meyakinkan user bahwa proposalnya perlu dipertimbangkan.

3. Ringkasan eksekutif

Berisi deskripsi singkat proyek, tujuan, kebutuhan secara keseluruhan, hambatan dan area masalah.

4. Bagian teknik

5. Menunjukan lingkup proyek, pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam proyek dan pekerjaan-pekerjaan yang ada. 6. Manfaat/keuntungan yang akan diperoleh

7. Jadwal Berisi kapan jadwal hasil proyek bisa diserahkan 8. Bagian keuangan

Penjelasan mengenai biaya langsung, biaya tidak langsung sesuai beban tenaga kerja dan bahan yang digunakan

9. Bagian legal

10.Kualifikasi manajemen

Tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi kegiatan penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara rinci. Isi rencana proyek biasanya terdiri dari:

1. Jadwal pekerjaan

2. Anggaran dan sistem pengendalian biaya 3. Work breakdown structure secara rinci

4. Bagian-bagian yang beresiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul


(58)

6. Rencana pengujian hasil proyek 7. Rencana dokumentasi

8. Rencana peninjauan pekerjaan 9. Rencana pelaksanaan hasil proyek 3.6.3. Tahap Eksekusi

Yang tercakup dalam tahap ini adalah pekerjaan-pekerjaan seperti: desain pengembangan, pengadaan konstruksi/produksi, pelaksanaan. Tergantung pada jenis proyek

3.6.4. Tahap Operasi

Jadi hanya proyek dengan hasil akhir berupa produk fisik yang mempunyai tahap ini. Bisa juga keterlibatan kontraktor masih berlangsung dalam rangka evaluasi sistem atau produk yang dibuat dan pemeliharaannya. (Sentosa, Budi, 2009)

3.6.5. Pihak-Pihak Yang Terlibat Pembangunan Konstruksi Gedung

Di dalam proses pembangunan konstruksi gedung (Abrar Husen, 2010) ada pihak-pihak yang terkait dan kebutuhan akan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individu (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung. Untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pemilik proyek: seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana, memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki


(59)

keahlian dan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapakan.

2. Konsultan seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian dan pengalaman membangun proyek konstruksi yang terdiri atas:

• Konsultan perencana: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti halnya perencana arsitektur, perencana struktur dan lain sebagainya.

• Konsultan pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pengawasan proyek

• Konsultan manajemen konstruksi: perusahaan yang mewakili pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek. 3. Kontraktor: perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga

4. Subkontraktor: pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian khusus.


(60)

5. Pemasok (supplier): pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.

3.6.6. Pengolahan data menggunakan SPSS

SPSS (Statistical Program for Social Science) merupakan program yangberguna untuk menganalisis data statistik. SPSS dapat digunakan untuk hampir seluruh file data dan sekaligus membuat laporan dalam bentuk tabulasi, grafik, dan plot untuk berbagai distribusi maupun statistik deskriptif.SPSS memiliki beberapa konsep dasar, yaitu :

• Variabel

• Skala pengukuran • Hipotesis

Tingkat signifikansi / probabilitas (significance level) Tingkat kepercayaan (Confindence Level)

Interval Kepercayaan (Confidence Interval) / Margin of Error Derajat kebebasan (degree of freedom)

• Pengertian data / kasus

• Pengertian nilai kritis / nilai tabel sebagai pembanding dalam pengujian hipotesis

• Pengertian nilai observasi

Konsep dasar ini untuk melandasi dalam penggunaan program SPSS sebagai pengolahan data untuk mendapatkan nilai keakuratan data statistik.


(61)

Factor risiko yang melekat pada proyek konstruksi adalah ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian sendiri dapat dibedakan antara lain. Ketidakpastian Risiko yang terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif, apabila kita dapat memperoleh informasi. Selanjutja Ketidakpastian yang diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian yang akan menyebabkan hasil yang berbeda, Tetapi tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadiannya tidak diketahui secara kuantitatif. Bramantyo(2008).

Menurut PMBOK (Project ManajemenInstitute Body of Knowledge)(1996), Definisimanajemen risiko adalah merupakan prosesformal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, dianalisis, respon, dan dikendalikan. Merupakan suatu metode pengelolaan sistematis yang formal yang berkonsentrasi pada mengidentifikasi dan mengendalikan area atau kejadian-kejadian yang berpotensi untuk menyebabkan terjadinya perubahan yang tidak diinginkan. Di dalam konteks suatu proyek, merupakan suatu seni dan iptek dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon terhadap faktorfaktor risiko yang ada selama pelaksanaan suatu proyek.

Enam tahapan dalam manajemen risiko a. Perencanaan Manajemen Risiko b. Identifikasi Risiko

c. Analisa Risiko Kualitatif d. Analisa Risiko Kuantitatif e. Perencanaan Respon Risiko f. Kontrol dan Monitoring Risiko


(62)

Adapun tujuan tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan kinerja proyek dari awal sampai selesai dengan melakukan identifikasi, evaluasi, dan kontrol yang berhubungan dengan risiko proyek.

2.7.1. Definisi Manajemen Resiko

Resiko proyek (project risk) adalah suatu peristiwa (event) atau kondisi yang tidak pasti (uncertaint), jika terjadi mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai penyebab, dan jika terjadi, membawa konsekuensi atau impak.

Tujuan manajemen resiko adalah mencegah atau meminimalisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui menghindari resiko atau mempersiapkan rencana kontingensi yang berkaitan dengan resiko tersebut.

Probabilitas tinggi

Ukuran impak Impak besar

Gambar 2.1. Klasifikasi risiko berdasarkan kemungkinan dan impaknya (sumber: Budi Santosa)

Probabilitas

Risiko tinggi Kerugian

Risiko menengah


(63)

2.7.2. Teknik Mengidentifikasi Resiko •Brainstorming

Pendekatan yang sering dipakai untuk identifikasi resiko adalah brainstorming dalam suatu workshop kelompok

•Interviewing

Melakukan interview dengan para stakeholder dari proyek •Delphi Technique

Mendengar masukan dari para pakar yang relevan dengan proyek •Checklist

Usaha-usaha untuk menyederhanakan identifikasi resiko-resiko dan meminimalkan permintaan dari mereka yang melaksanakan tugas ini sering mengarah pada penggunaan checklist resiko standar dari proyek sebelumnya atau yang diketahui akan timbul dalam suatu konteks khusus.

2.7.3. Aspek Permasalahan Dalam Kurun Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung

1. Keterlambatan proyek konstruksi

Keterlambatan proyek konstruksi adalah tidak selesainya pekerjaan yang telah disepakati dalam dokumen kontrak pelaksanaan. Keterlambatan proyek konstruksi mengakibatkan bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan. Penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat waktu tersebut merupakan kurangnya tingkat produktifitas yang mana akan mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi.


(64)

• Pihak kontraktor

Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan naiknya overhead, karena bertambahnya waktu pelaksanaan.

• Pihak konsultan

Konsultan akan mengalami kerugian waktu, serta mengalami keterlambatan dalam mengerjakan proyek lainnya.

• Pihak owner

Apabila pemiliknya adalah pemerintah, untuk fasilitas umun maka pelayanan ini akann merugikan masyarakat, apabila pihak pemilik dari swasta semisal pembangunan gedung, maka akan tentu pembangunan gedung tidak akan dapat digunakan sebagaimana mestinya dari waktu yang direncanakan.

2.7.4. Manfaat Manajemen Risiko

Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit.

– Memudahkan estimasi biaya.

– Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.

– Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.

– Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.


(65)

– Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.

– Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.

– Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif. Menurut Darmawi, (2005, p. 11)

Manfaat manajemen risiko yang diberikanterhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. b. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

c. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.

e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).

a. Survival

b. Kedamaian pikiran c. Memperkecil biaya


(66)

e. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan f. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan

g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.

2.7.5. Analisa Resiko Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kontek dari proyek konstruksi adalah mestrukturisasi berbagai variabel risiko yang didapat dari data-data proyek ataupun hasil gagasan bersama tim proyek.

Pada langkah ini, hal pertama yang dilakukan adalah evaluasi tingkat penting risiko (risk importance), caranya dengan menilai seluruh variabel resiko bedasarkan scoring dan pembobotan. Perhatikan tabel

Tabel 2.2. Identifikasi Tingkat Penting Resiko (sumber: Abrar Husen)

No Tingkat Penting Resiko

Resiko desain dan kontruksi Sangat tinggi

Tinggi sedang rendah

X1 Desain X

X2 Pemb.lahan X

X3 Keter.proyek X

X4 Mutu tidak sesuai X

X5 Kont.dihentikan X

X6 Foerce majeure X

Dari studi literatur untuk mengetahui dampak resiko pada keterlambatan pembangunan gedung yang mana dari faktor – faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan gedung adalah sebagai berikut:


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang ... 1

1. 2. Perumusan Masalah ... 3

1. 3. Tujuan Penelitian ... 3

1. 4. Batasan Masalah ... 3

1. 5. Manfaat Penelitian ... 4

1. 6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Gedung ... 6

2.2. Manajemen Proyek Konstruksi Gedung ... 7

2.3. Defenisi Proyek ... 8

2.3.1. Macam-Macam Proyek ... 9

2.3.2.Unsur-Unsur Manajemen Proyek ... 9

2.3.3. Manajemen Biaya...11

2.3.4. Manajemen Waktu...12

2.4. Keterlambatan Proyek ... 13

2.4.1. Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan...15

2.4.2. Dampak Keterlambatan Proyek Konstruksi ...20

2.4.3. Pembuktian Keterlambatan Proyek... 21

2.5. Konsep Perencanaan Konstruksi ...24

2.5.1. Timbulnya Ide Proyek ... ...25

2.5.2. Keberhasilan Manajemen Proyek ... ...28


(2)

vi

2.5.4. Stakeholder Proyek ... ...29

2.6. Siklus Proyek ... 29

2.6.1. Tahap Konsepsi ... 30

2.6.2. Tahap Perencanaan ... 30

2.6.3. Tahap Eksekusi ... 32

2.6.4. Tahap Operasi ... 32

2.6.5. Pihak-Pihak Yang Terlibat Pembangunan Konstruksi Gedung... 32

2.6.6. Pengolahan Data Menggunakan SPSS ... 34

2.7. Faktor Resiko ... 34

2.7.1. Definisi Manajemen Resiko ... 36

2.7.2. Teknik Mengidentifikasi Resiko... 37

2.7.3. Aspek Permasalahan Dalam Kurun Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung... 37

2.7.4. Manfaat Manajemen Resiko ... 38

2.7.5. Analisa Resiko Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung ... 40

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Umum ... 31

3.2. Tahapan Penelitian... 46

3.3. Proses Penelitian ... 47

3.3.1. Studi Kepustakaan ... 47

3.3.2. Metode Observasi ... 47

3.3.3.Metode Kuesioner ... 48

3.3.4. Rancangan Kuesioner ... 48

3.3.5. Variabel Penelitian... 48

3.4. Tahapan Pengolahan Data ... 48

3.5. Flowchart Penelitian ... 50

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Data Proyek ... 51


(3)

4.2.1. Faktor Lingkup Dan Kontrak Pekerjaan (Contract Document) ... 51

4.2.2. Faktor Perencanaan Dan Penjadwalan (Planing And Scheduling) ... 52

4.2.3. Faktor Manajerial (Managerial) ... 53

4.2.4. Faktor Situasi (Environment) ... 55

4.2.5. Faktor Bahan (Material) ... 56

4.2.6. Faktor Peralatan (Equipment) ... 57

4.2.7. Faktor Tenaga Kerja (Labors) ... 59

4.2.8. Faktor Keuangan (Financing)... 60

4.2.9. Faktor Perubahan (Change) ... 61

4.2.10. Faktor Karakteristik Tempat (Site Characteristic) ... 61

4.2.11. Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol Dan Evaluasi Pekerjaan ... 62

4.3. Temuan Dan Bahasan ... 67

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Keterlambatan

Proyek...24

Tabel 2.2 Identifikasi Tingkat Penting Resiko...40 Tabel 2.3 Variabel-Variabel Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan

Gedung ...41

Tabel 4.1 Nilai Mean Faktor Lingkup Dan Kontrak

Pekerjaan...52

Tabel 4.2 Nilai Mean Faktor Perencanaan Dan

Penjadwalan...53

Tabel 4.3 Nilai Mean Faktor Manajerial...55

Tabel 4.4 Nilai Mean Faktor

Situasi...56

Tabel 4.5 Nilai Mean Faktor Bahan...57 Tabel 4.6 Nilai Mean Faktor Peralatan58

Tabel 4.7 Nilai Mean Faktor Tenaga

Kerja...60 Tabel 4.8 Nilai Mean Faktor Keuangan60

Tabel 4.9 Nilai Mean Faktor

Perubahan...61

Tabel 4.10 Nilai Mean Faktor Karakteristik Tempat...62

Tabel 4.11 Nilai Mean Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol Dan Evaluasi Pekerjaan...63


(5)

Tabel 4.12 Deskriptif Dampak Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kinerja

Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi...63

Tabel 4.13 Analisa Statistik Deskriptif Melalui Program SPSS...66

Tabel 4.14 Nilai Summary Item

Statistic...67

Tabel 4.15 Variabel Dominan...68

Tabel 4.16 Variabel Dominan dan Tindakan koreksi...69


(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Resiko Berdasarkan Kemungkinan dan Impaknya...36