Karakteristik Keluarga dan Ketersediaan pangan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

I. Identitas Responden Nama Ibu :

Jumlah Balita : Nama Balita : 1.

2. 3. Umur balita : 1. 2. 3. Alamat :

II. Sosial Ekonomi Keluarga

1. Pendidikan ibu : 1. Tidak sekolah 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA

5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 2. Pekerjaan ibu : 1. Pekerjaan Tetap………..

2. Pekerjaan Tidak Tetap……… 3. Tidak Bekerja………..

3. Pekerjaan Suami : 1. Pekerjaan Tetap ………..

2. Pekerjaan Tidak Tetap ………

4. Pendapatan keluarga : Rp………. 5. Jumlah anak : ... orang.


(2)

III. Pengetahuan Gizi Ibu 1. Makanan bergizi adalah:

a. Makanan yang mengandung sumber energy, proyein, vitamin, dan mineral.

b. Makanan yang porsinya banyak. c. Makanan yang rasanya enak dan gurih. d. Makanan yang bersih dan menarik. 2. Pernyataan di bawah ini yang benar adalah:

a. Makanlah makanan yang beragam dan seimbang.

b. Makanlah makanan yang banyak mengandung serat dan lemak. c. Makanlah makanan yang banyak mengandung lemak.

d. Makanlah makanan yang sudah diawetkan dan bervariasi. 3. Makanan yang banyak mengandung at tenaga adalah:

a. Ubi kayu, ubi jalar, jagung, roti dan nasi. b. Jeruk, apel, salak, dan papaya.

c. Kacang tanah, buncis, dan kacang panjang. d. Mie, jeruk, tomat, dan sayuran.

4. Makanan di bawah ini yang banyak mengandung protein /zat pembangun, yaitu:

a. Tahu, tempe, telur, dan ikan.

b. Daun singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau. c. Kacang hijau dan tomat.

d. Bayam dan kacang

5. Makanan yang mengandung zat pengatur atau vitamin dan mineral adalah: a. Kacang tanah, buncis, wortel, bayam, kacang panjang, kangkung. b. Mie goring, bakso, tahu goring.

c. Ubi kayu, ubi jalar, jagung, roti, dan nasi. d. Daging,ikan, tempe, dan tahu.

6. Manfaat dari makanan beraneka ragam adalah:

a. Melengkapi kekurangan zat gizi dari berbagai makanan, yang menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.


(3)

c. Melengkapi kekurangan zat pembangun. d. Melengkapi kekurangan zat pengatur.

7. Pemenuhan zat gizi bagi tubuh bermanfaat untuk: a. Membuat tubuh menjadi sehat.

b. Mendapatkan tubuh yang gemuk. c. Meningkatkan berat badan. d. Membuat tubuh lincah.

8. Menu makanan keluarga diatur berdasarkan apa? a. Kebutuhan gizi anggota keluarga.

b. Keinginan anak. c. Kesukaan anak.

d. Keinginan pengatur menu.

9. Makanan apa yang paling baik untuk bayi baru lahir? a. ASI

b. Susu sapi c. Nasi d. Buah

10.Keuntungan pemberian ASI adalah:

a. Bayi sehat, tidak mudah sakit, cerdas, dan tidak cengeng. b. Menghemat biaya pengeluaran.

c. Bayi cepat kenyang. d. Pengganti vitamin.

11.Berapa lama sebaiknya bayi diberi ASI saja tanpa makanan apapun? a. Kurang dari 6 bulan.

b. 1 bulan pertama. c. Lebih dari 6 bulan. d. Kurang dari 4 bulan.

12.Sampai usia berapa sebaiknya ASI diberikan kepada bayi? a. Kurang dari 2 tahun.

b. Sampai usia 2 tahun. c. Lebih dari 2 tahun. d. Sampai usia 1 tahun.


(4)

IV. KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA

1. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini ibu pernah merasa khawatir,pangan untuk keluarga akan habis sementara ibu tidak punya uang untuk membelinya? a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

2. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini keluarga ibu pernah terjadi bahwa pangan yang dibeli telah habis dan ibu tidak punya uang untuk membelinya?

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

3. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini keluarga ibu pernah tidak mampu menyediakan makan yang seimbang ?

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

( Pertanyaan no. 4 s/d no. 6 untuk keluarga yang mempunyai anak balita ) 4. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini keluarga ibu pernah hanya mampu

menyediakan sedikit anggaran untuk makanan anak karena ibu kehabisan uang untuk membeli pangan ?

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

5. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini keluarga ibu pernah tidak bisa memberikan makanan yang seimbang bagi anak ibu karena tidak mampu menyediakannya ?

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu


(5)

6. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini anak ibu pernah kurang makan dikarenakan tidak mampu memberikan makanan yang cukup ?

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

7. Dalam 12 bulan terakhir ini, dimulai dari bulan kebelakang, apakah ada anggota keluarga ini yang pernah dikurangi pangannya dikarenakan ketiadaan uang?

a. Iya

b. Tidak, langsung kepertanyaan no. 9 c. Tidak tahu, langsung ke pertanyaan no. 9 8. ( Jika jawaban diatas, iya) berapa kali ini terjadi ?

a. Hampir setiap bulan

b. Beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan c. Hanya satu atau dua bulan

d. Tidak tahu

9. Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ubu pernah makannya sedikit karena ibu merasa harus begitu disebabkan tidak punya cukup uang untuk membeli pangan ?

a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu

10.Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ibu merasa lapar tapi tidak bisa makan dikarenakan anda tidak punya uang untuk membeli pangan yang cukup ? a. Iya

b. Tidak c. Tidak tahu


(6)

11.Dalam 12 bulan terakhir ini apakah ibu mengalami penurunan berat badan dikarenakan tidak cukup biaya pangan ?

a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu

12.Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah pernah ibu atau anggota keluarga lainnya tidak makan selama sehari dikarenakan ketiadaan uang untuk memperoleh pangan?

a. Iya

b. Tidak, langsung ke pertanyaan no. 14 c. Tidak tahu, langsung ke pertanyaan no. 14

13.( Jika pertanyaan diatas, iya ) berapa kali ini terjadi ? a. Hampir setiap bulan

b. Beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan c. Hanya satu atau dua bulan

d. Tidak tahu

14.Dalam 12 bulan terakhir ini, mulai bulan ini kebelakang, apakah ibu ada mengurangi jumlah pangan anak dikarekan tidak cukup uang untuk pangan? a. Iya

b. Tidak c. Tidak tahu

15.Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ada anak ibu yang pernah tidak rutin makannya karena tidak punya cukup uang untuk pangan ?

a. Iya

b. Tidak, langsung kepertanyaan no. 17 c. Tidak tahu, langsung kepertanyaan no. 17 16.( Jika jawaban diatas,iya ) berapa kali ini terjadi?

a. Hampir setiap bulan

b. Beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan c. Hanya satu atau dua bulan


(7)

17.Dalam 12 bulan terakhir ini, pernahkan anak ibu menderita kelaparan tetapi anda tidak mampu membeli pangan lagi ?

a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu

18.Dalam 12 bulan terakhir ini pernahkan anak anda tidak makan selama sehari dikarenakan ketidakcukupan uang untuk makan?

a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu


(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

Lampiran 3 Output Hasil Penelitian

Usia responden

59 79,7 79,7 79,7

15 20,3 20,3 100,0

74 100,0 100,0

22 - 40 Tahun < 40 Tahun Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pe ndi dika n re sponde n

24 32,4 32,4 32,4

20 27,0 27,0 59,5

17 23,0 23,0 82,4

13 17,6 17,6 100,0

74 100,0 100,0

Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Ak ademi/ Perguruan Tinggi Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Pekerjaan Suami

48 64,9 64,9 64,9

26 35,1 35,1 100,0

74 100,0 100,0

Pekerjaan Tetap Pekerjaan Tidak Tetap Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pe kerjaan responden (Ibu)

20 27,0 27,0 27,0

35 47,3 47,3 74,3

19 25,7 25,7 100,0

74 100,0 100,0

Pekerjaan Tetap Pekerjaan Tidak Tetap Tidak B ekerja

Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(15)

Pendapatan keluarga

23 31,1 31,1 31,1

51 68,9 68,9 100,0

74 100,0 100,0

< UMR > = UMR Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Jumla h anak responden

19 25,7 25,7 25,7

46 62,2 62,2 87,8

9 12,2 12,2 100,0

74 100,0 100,0

1-2 Anak 3-4 Anak >4 Anak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Makanan bergizi adalah?

27 36,5 36,5 36,5

47 63,5 63,5 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pernyataan yang benar adalah?

31 41,9 41,9 41,9

43 58,1 58,1 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Makanan yang banyak mengandung zat tenaga

15 20,3 20,3 20,3

59 79,7 79,7 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(16)

Makanan yang banyak mengandung protein/zat pembangun

23 31,1 31,1 31,1

51 68,9 68,9 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Makanan yang mengandung zat pengatur atau vitamin dan mineral

13 17,6 17,6 17,6

61 82,4 82,4 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Manfaat dari makanan beraneka ragam

14 18,9 18,9 18,9

60 81,1 81,1 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pemenuhan zat gizi bagi tubuh bermanfaat untuk :

12 16,2 16,2 16,2

62 83,8 83,8 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Menu makanan keluarga diatur berdasarkan

53 71,6 71,6 71,6

21 28,4 28,4 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(17)

Makanan yang paling baik untuk bayi baru lahir

74 100,0 100,0 100,0

Benar Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Keuntungan pemberian ASI

15 20,3 20,3 20,3

59 79,7 79,7 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Berapa lama sebaiknya bayi diberi ASI saja tanpa makanan apapun

48 64,9 64,9 64,9

26 35,1 35,1 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Usia sebaiknya ASI diberikan kepada bayi

42 56,8 56,8 56,8

32 43,2 43,2 100,0

74 100,0 100,0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Ketersediaan pangan keluarga responden

33 44,6 44,6 44,6

41 55,4 55,4 100,0

74 100,0 100,0

Tidak terjamin Terjamin Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(18)

Pe nge tahuan responden

35 47,3 47,3 47,3

25 33,8 33,8 81,1

14 18,9 18,9 100,0

74 100,0 100,0

Pengetahuan B aik Pengetahuan S edang Pengetahuan K urang Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(19)

Crosstabs

Pengetahuan responden * Ketersediaan pangan keluarga responden Crosstabulation

15 20 35

42,9% 57,1% 100,0% 45,5% 48,8% 47,3% 20,3% 27,0% 47,3%

11 14 25

44,0% 56,0% 100,0% 33,3% 34,1% 33,8% 14,9% 18,9% 33,8%

7 7 14

50,0% 50,0% 100,0% 21,2% 17,1% 18,9%

9,5% 9,5% 18,9%

33 41 74

44,6% 55,4% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 44,6% 55,4% 100,0% Count

% within Pengetahuan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pengetahuan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pengetahuan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pengetahuan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Pengetahuan Baik Pengetahuan Sedang Pengetahuan Kurang Pengetahuan res ponden Total

Tidak terjamin Terjamin Keters ediaan pangan

keluarga responden


(20)

Pendidikan responden * Ketersediaan pangan keluarga responden Crosstabulation

10 14 24

41,7% 58,3% 100,0%

30,3% 34,1% 32,4%

13,5% 18,9% 32,4%

10 10 20

50,0% 50,0% 100,0%

30,3% 24,4% 27,0%

13,5% 13,5% 27,0%

5 12 17

29,4% 70,6% 100,0%

15,2% 29,3% 23,0%

6,8% 16,2% 23,0%

8 5 13

61,5% 38,5% 100,0%

24,2% 12,2% 17,6%

10,8% 6,8% 17,6%

33 41 74

44,6% 55,4% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 44,6% 55,4% 100,0% Count

% within Pendidikan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pendidikan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pendidikan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pendidikan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total

Count

% within Pendidikan res ponden

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi Pendidikan res ponden Total

Tidak terjamin Terjamin Ketersediaan pangan

keluarga responden


(21)

Pekerjaan Suami * Ketersediaan pangan keluarga responden Crosstabulation

22 26 48

45,8% 54,2% 100,0%

66,7% 63,4% 64,9% 29,7% 35,1% 64,9%

11 15 26

42,3% 57,7% 100,0%

33,3% 36,6% 35,1% 14,9% 20,3% 35,1%

33 41 74

44,6% 55,4% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 44,6% 55,4% 100,0% Count

% within Pekerjaan Suami

% within Ketersediaan pangan keluarga responden % of Total Count

% within Pekerjaan Suami

% within Ketersediaan pangan keluarga responden % of Total Count

% within Pekerjaan Suami

% within Ketersediaan pangan keluarga responden % of Total Pekerjaan Tetap

Pekerjaan Tidak Tetap Pekerjaan

Suami

Total

Tidak terjamin Terjamin Ketersediaan pangan

keluarga responden


(22)

Pekerjaan responden (Ibu) * Ketersediaan pangan keluarga responden Crosstabulation

7 13 20

35,0% 65,0% 100,0%

21,2% 31,7% 27,0%

9,5% 17,6% 27,0%

18 17 35

51,4% 48,6% 100,0%

54,5% 41,5% 47,3%

24,3% 23,0% 47,3%

8 11 19

42,1% 57,9% 100,0%

24,2% 26,8% 25,7%

10,8% 14,9% 25,7%

33 41 74

44,6% 55,4% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 44,6% 55,4% 100,0% Count

% within Pekerjaan res ponden (Ibu) % within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pekerjaan res ponden (Ibu) % within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pekerjaan res ponden (Ibu) % within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pekerjaan res ponden (Ibu) % within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Pekerjaan Tetap

Pekerjaan Tidak Tetap

Tidak Bekerja Pekerjaan

res ponden (Ibu)

Total

Tidak terjamin Terjamin Ketersediaan pangan

keluarga responden


(23)

Pendapatan keluarga * Ketersediaan pangan keluarga responden Crosstabulation

13 10 23

56,5% 43,5% 100,0%

39,4% 24,4% 31,1%

17,6% 13,5% 31,1%

20 31 51

39,2% 60,8% 100,0%

60,6% 75,6% 68,9%

27,0% 41,9% 68,9%

33 41 74

44,6% 55,4% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

44,6% 55,4% 100,0%

Count

% within Pendapatan keluarga

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pendapatan keluarga

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Pendapatan keluarga

% within Keters ediaan pangan keluarga res ponden % of Total < UMR

> = UMR Pendapatan

keluarga

Total

Tidak terjamin Terjamin

Ketersediaan pangan keluarga responden


(24)

Jumlah anak responden * Ketersediaan pangan keluarga responden Crosstabulation

6 13 19

31,6% 68,4% 100,0%

18,2% 31,7% 25,7%

8,1% 17,6% 25,7%

22 24 46

47,8% 52,2% 100,0%

66,7% 58,5% 62,2%

29,7% 32,4% 62,2%

5 4 9

55,6% 44,4% 100,0%

15,2% 9,8% 12,2%

6,8% 5,4% 12,2%

33 41 74

44,6% 55,4% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

44,6% 55,4% 100,0%

Count

% within Jumlah anak res ponden

% within Ketersediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Jumlah anak res ponden

% within Ketersediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Jumlah anak res ponden

% within Ketersediaan pangan keluarga res ponden % of Total Count

% within Jumlah anak res ponden

% within Ketersediaan pangan keluarga res ponden % of Total 1-2 Anak 3-4 Anak >4 Anak Jumlah anak res ponden Total

Tidak terjamin Terjamin Ketersediaan pangan

keluarga responden


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Anoraga, Pandji, 1998. Psikologi Kerja. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arbaiyah, I, 2013. Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Ketersediaan Pangan dengan Status Gizi Keluarga di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013. Tesis Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat USU. Medan

Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . PT. Rineka Cipta. Jakarta

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2013. Gerakan Keluarga

Berencana dan Sejahtera. Jakarta. http:/

berita.aspx?beritaID=746

Berg, A. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. CV, Rajawali, Jakarta.

Biro Pusat Statistik, 2010. Statistics of Sumatera Utara Province 2010 PDRB Kota Medan menurut penggunaan 2006-2010. dari:http:/www.id.scribd.com/doc/93853105/PDRB-Penggunaan-2010

Depkes RI, 2006. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi-Protein pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta.

Depkes RI, 2007. Perkembangan Penanggulangan Gizi Buruk di Indonesia Tahun 2007. Jakarta.

Devi, Siska, 2010. Pengaruh Pengetahuan Ibu dan Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Tindakan Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas Tahun 2010. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.

Dewan Ketahanan Pangan, Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, 2006. Menuju Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang 2010. Jakarta.

Diana FM, 2004. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasir Gunung Tahun 2004. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor


(26)

Dinkes Kota Medan, 2010. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2009.

Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006.

FAO, 1989, Report of the regional expert consuultation of Asian network of food and nutrition urbanization. Bangkok: Food and Agriculure Organization, regional office of Asia and the Pacific (FAO-RAPA)

Fauziaty, S , 2007. Status Gizi dan Pola Makan Balita Serta Ketahanan Pangan Keluarga Di Desa Labuhan Keude Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007. Skripsi Kesehatan Mayarakat, FKM USU, Medan.

Gabriel, A. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa Cikarawang, Bogor. Bogor: Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU. Hardinsyah, 2007. Review Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan,

Jakarta: Jurnal Gizi dan Pangan, 2(2):55-74

Irawati, A dkk. 2004. Upaya Pemeliharaan Kesehatan dan Status Gizi Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Media Gizi dan Keluarga. Jakrta:Jurnal Gizi dan Pangan 28(1): 42-48.

Khomsan, A, 2008. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup . Penerbit PT. Grasindo, Jakarta.

Lemeshow, David, WH, Janelle, K & Stephen KL, 1997, Penerjemah Pramono Kusnanto. Besar Sampel dalam Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Madanijah, S. 2004. Pola Konsumsi Pangan dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya

Mapandin, Wahida. Y, 2006. Hubungan Faktor-faktor Sosial Sosial Budaya Dengan Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat di Kecamatan Wamena Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Diunduh pada tanggal 12 September, 2013, http;//eprints.undip.ac.id/15339/.pdf

Matheson DM, Varady J, Varadi A, Killen JD, 2002. Houshold Food Insecurity and Nutritional Status of Hispanis Children in The Fifth Grade. Am J Clin Nutr.


(27)

Muhilal, dkk. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta ; PT. Gramedia Pustaka Utama. 1994 Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip

Dasar. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Puskesmas Medan Sunggal, 2012. Rekapitulasi Penduduk dan Keadaan Puskesmas serta Target Pencapaian Program UPGK/Gizi Wilayah Kota Medan Tahun 2012. Kota Medan.

Rachman, P.S. Handewi & Supriyati, 2004., Pola Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga, kasus Rumah Tangga di Pedesaan Jawa Tengah, Jawa

Timur, dan Sulawesi Selatan. Dari:http/www.PERHEPI.org/images/stories/publikasi/agroekonomika

okt04/handewi.pdf,.Agro-Ekonomika No.2 Tahun XXXIV

Rasmussen M, Krolner R, Klep K-I, Lytle L, Brug J, Bere E, Due P. 2006. Determinants of Friuts and Vegetables Consumption among Children and Adolescents: a review of Litelature. Part 1:Quantitatives Studies. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity

Riset Kesehatan Dasar, 2007. Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Provinsi. Jakarta : RISKESDAS

Riyadi, H., 2006. Metodologi Penilaian Status Gizi Secara Antropometri, Diktat Jurusan Gizi Mayarakat dan sumber Daya Keluarga, fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Sediaoetama, AJ., 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi (Jilid II) . Dian Rakyat, Jakarta

Sisk,C, Sharkey J.R, Mcintosh,W.A,& Anding J, 2010. Using Multiple Household Food Inventories to measure food availability in the home over 30 days: a pilot study Nutrition Journal. Dari http:/www.nutritionj.com/content/9/1/19 Singarimbun, 1988. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Penetapan_Upah_Minimum_tahun_2013


(28)

Suhardjo, 1989. Bebagai Cara Pendidikan Gizi. Depdikbud Pusat Antar Universitas Pangan. Bogor

Suhardjo,dkk.,1989. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Suryana, 2008. Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pertanian Kota. Diunduh 28 Maret 2013. Dari :http//www.suarapembaruan.com.html.

Syarief R, 2004. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas; Suatu Telaah Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB, Bogor

UNICEF, 1998. The State of The World’s Children 1998. Oxford: Oxford University Press

World Health Organization. 1989. Physical Status: The Use and Interpretation of Antrophometry. Report of a WHO Expert Committee. World Health Organization Tech Rep Ser.854

Yusrizal, 2008. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat terhadap Status Gizi Anak Balita di Wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen. Thesis Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

Zeltin, 1990. Gizi Balita di Negara-negara Berkembang. Widya Karya Nasional, Jakarta.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk melihat gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan pada keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan dengan alasan pemilihan lokasi yaitu masyarakatnya banyak yang tingkat pendapatan dan pendidikan yang rendah hal ini berhubungan terhadap penyediaan makanan bergizi seimbang pada keluarga. Berdasarkan data dari puskesmas Kecamatan Sunggal pada tahun 2012 – September 2013 di Lingkungan XIII terdapat dua balita gizi buruk.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 sampai dengan Januari 2014. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang berdomisili di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo yaitu sebanyak 324 orang.


(30)

3.3.2 Sampel

Penentuan sampel yang akan dijadikan unit analisis atau terpilih sebagai sampel dilakukan dengan metode acak sederhana.

Penentuan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow(1994) sebagai berikut :

=

Z2 . P (1

P). N

d2 . (N – 1) + Z2 P ( 1 – P)

Dimana :

N : Besar populasi n : Besar Sampel

d : galat pendugaan (0.1)

Z : Tingkat kepercayaan (90% = 1.645) P : Proporsi Populasi (50%)

n =

0.12 . (324- 1) + 1.6452..1.646 (1-0.5) 1.6452 . 0.5(1-0.5). 324

n = 2.140

219.186

n = 74,39 n = 74 orang

maka berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Lameshow, Sampel adalah bagian dari populasi yang berjumlah 74 orang.


(31)

3.4 Metode Pengumpulan data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung (tatap muka) kepada responden yaitu para ibu rumah tangga yang berdomisili di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan adalah data-data yang terkait seperti data jumlah balita kasus gizi kurang dan gizi buruk dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan, Puskesmas wilayah kerja Sunggal. Data berupa jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga diambil dari Kelurahan Tanjung Rejo. 3.5. Defenisi Operasional

1. Karakteristik Keluarga adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga, seperti pendapatan keluarga, pekerjaan, jumlah anak, pendidikan, dan pengetahuan gizi ibu.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai kesehatan dan gizi yang di ukur dengan melihat nilai skor jawaban responden dari kuesioner.

3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang diukur dalam satuan rupiah.

4. Pekerjaan adalah jenis kegiatan/pekerjaan yang digeluti dan merupakan sumber pendapatan utama keluarga, yang dibagi menjadi pekerjaan tetap dan tidak tetap.


(32)

5. Jumlah anak adalah jumlah anak yang dilahirkan dan hidup di dalam keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua.

6. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terkakhir yang ditamatkan keluarga (suami dan istri).

7. Ketersediaan pangan keluarga adalah keadaan pangan keluarga yang tersedia dalam 12 (dua belas) bulan terakhir dan diukur dengan menggunakan kuesioner Measuring household food security.

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pendapatan, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan gizi ibu dan ketersediaan pangan keluarga. Kuesioner ketersediaan pangan keluarga adalah kuesioner yang telah dipakai peneliti lain. Kuesioner pengetahuan dususun berdasarkan pengetahuan yang berkaitan dengan gizi.

3.6.2 Aspek Pengukuran Penelitian

Menurut Arikunto (2002), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih dahulu menetukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan.

a. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan gizi ibu tentang gizi diajukan 12 (dua belas) pertanyaan dari no 1-12 dengan skor tertinggi adalah 12. Jawaban benar bernilai 1, jawaban salah dan tidak tahu bernilai 0.


(33)

Berdasarkan Arikunto (2002), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan yaitu 8-12

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan yaitu 5-8

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan yaitu 0-4

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu dikelompokkan menjadi SD, SMP, SMA dan Akademi/Perguruan Tinggi.

c. Pengukuran Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan UMK, dengan skala ordinal :

a. Pendapatan tinggi > UMK (Rp. 1.650.000,- (Berdasarkan Upah Minimum Kota Medan, 2013)

b. Pendapatan rendah < UMK (Rp. 1.650.000,- (Berdasarkan Upah Minimum Kota Medan, 2013)

d. Pengukuran Pekerjaan

Pekerjaan Keluarga yang dilihat adalah pekerjaan suami dan istri, pekerjaan suami dikelompokkan atas pekerjaan tetap dan pekerjaan tidak tetap. Pekerjaan istri dikelompokkan atas pekerjaan tetap, pekerjaan tidak tetap dan tidak bekerja. Kelompok pekerjaan tetap merupakan kelompok pekerjaan dengan penghasilan tetap,


(34)

sedangkan kelompok pekerjan tidak tetap adalah merupakan kelompok pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap.

e. Jumlah Anak

Jumlah anak diketahui dengan menanyakan kepada responden jumlah anaknya. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi 1-2 orang anak, 3-4 orang anak, dan > 4 orang anak.

f. Pengukuran Ketersediaan Makanan

Ketersediaan pangan keluarga diukur dengan mengguanakan kuesioner measuring household food security (Bickel, dkk, 2000 dalam Arbaiyah, 2013) kemudian dikategorikan menjadi 2 kategori seperti berikut :

1. Ketersediaan pangan keluarga terjamin, jika < 3 dari 18 pertanyaan yang ada dijawab : sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan

2. Ketersediaan pangan keluarga tidak terjamin, jika 3-18 dari 18 pertanyaan yang ada dijawab : sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.

3.7.Teknik Pengolahan Dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan proses komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(35)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data masuk dan dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding (pengkodean)

Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

3. Entri

Yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam program computer untuk pengambilan hasil dan kesimpulan.

3.7.2. Analisa Data

Data yang telah diperoleh dari kuesioner mengenai ketersediaan pangan berdasarkan karakteristik keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo kemudian diolah dengan program komputer. dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Tanjung Rejo terletak di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan dengan luas wilayah 350 ha dan memiliki 24 lingkungan. Batas-batas wilayah Kelurahan Tanjung Rejo adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing B.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Asam Kumbang dan Kelurahan Tanjung Sari.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sunggal.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang I. Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Rejo sebanyak 42.512 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 20.619 jiwa (48,5%) dan perempuan sebanyak 21.893 jiwa (51,5%).

Kelurahan Tanjung Rejo memiliki beberapa sarana kesehatan. yang paling banyak adalah posyandu yaitu masing-masing sebanyak 20 unit dan yang paling sedikit adalah Pustu dan Poliklinik masing-masing 1 unit. Kelurahan Tanjung Rejo memiliki beberapa sarana pendidikan berupa Taman Kanak-kanak 1 unit, Sekolah Dasar (SD) Negeri 7 unit, SD Swasta 4 unit, SLTP Swasta 2 unit, SLTA Swasta 1 unit, SMK swasta 1 unit, Tsanawiyah pernah 1 unit dan Perguruan Tinggi swasta 1 unit.


(37)

Lingkungan XIII merupakan salah satu bagian dari wilayah lingkungan Kelurahan Tanjung Rejo dengan jumlah Keluarga sebanyak 324 Keluarga. Lingkungan XIII berada di Jalan Abadi Kelurahan Tanjung Rejo.

4.2. Karakteristik Keluarga 4.2.1. Pengetahuan Gizi Ibu

Karakteristik keluarga yang diamati dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, pendidikan, pekerjaan suami, pekerjaan istri, pendapatan dan jumlah anak. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang. Berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat kategori pengetahuan adalah baik sebanyak 35 orang (47,3%), kategori pengetahuan sedang sebanyak 25 orang (33,8%), dan hanya sebanyak 14 orang (18,9%) dengan kategori pengatahuan kurang. Tingkat pengetahuan tentang gizi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pengetahuan Jumlah

(Orang)

Persen (%)

1 Baik 35 47,3

2 Sedang 25 33,8

3 Kurang 14 18,9

Total 74 100

4.2.2. Pendidikan Ibu

Berdasarkan pendidikan responden yang paling banyak dengan pendidikan Tamat SD yaitu 24 orang (32,4 %), sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit


(38)

adalah Tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 13 orang (17,6 %). Disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendidikan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pendidikan Ibu Jumlah

(Orang)

Persen (%)

1 Tamat SD 24 32,4

2 Tamat SLTP 20 27,0

3 Tamat SLTA 17 23,0

4 Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 13 17,6

Total 74 100,0

4.2.3. Pekerjaan Suami Responden

Berdasarkan pekerjaan suami yang paling banyak adalah pekerjaan tetap yaitu sebanyak 48 orang (64,9%), sedangkan suami dengan pekerjaan tidak tetap sebanyak 26 orang (35,1%). Disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Suami di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pekerjaan Suami Jumlah

(Orang)

Persen (%)

1 Pekerjaan Tetap 48 64,9

2 Pekerjaan Tidak Tetap 26 35,1

Total 74 100,0

4.2.4. Pekerjaan Responden

Berdasarkan pekerjaan ibu yang paling banyak adalah pekerjaan tidak tetap yaitu sebanyak 35 orang (47,3%), sedangkan pekerjaan yang paling sedikit adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 19 orang (25,7%). Disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini :


(39)

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pekerjaan Ibu Jumlah

(Orang)

Persen (%)

1 Pekerjaan Tetap 20 27,0

2 Pekerjaan Tidak Tetap 35 47,3

3 Tidak Bekerja 19 25,7

Total 74 100,0

4.2.5. Pendapatan Keluarga

Berdasarkan pendapatan keluarga yang paling banyak adalah diatas UMK yaitu sebanyak 51 orang (68,9%), dan yang paling sedikit adalah berpendapatan dibawah UMK sebanyak 16 orang (21,6%). Disajikan dalam tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pendapatan Jumlah

(Orang)

Persen (%)

1 < UMK 23 31,1

2 > UMK 51 68,9

Total 74 100,0

4.2.6. Jumlah Anak

Berdasarkan jumlah anak yang paling banyak adalah yang memiliki 3-4 orang anak yaitu sebanyak 46 orang (62,2%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki > 4 orang anak yaitu sebanyak 9 orang (12,2%). Disajikan dalam tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Jumlah Anak di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Jumlah Anak Jumlah

(Orang)

Persen (%)

1 1 – 2 Orang 19 25,7

2 3-4 Orang 45 62,2


(40)

Total 74 100,0

4.3 Ketersediaan Pangan Keluarga

Penilaian terhadap ketersediaan pangan keluarga dilakukan berdasarkan perhitungan total skor jawaban. Tingkat ketersediaan pangan keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner measuring household food securuty selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ketersediaan pangan keluarga terjamin, dan ketersediaan pangan keluarga tidak terjamin. Berdasarkan ketersediaan pangan keluarga sebagian besar berada pada kategori terjamin yaitu sebanyak 41 orang responden (55,4%), sedangkan sebagian kecil keluarga berada pada kategori ketersediaan pangan tidak terjamin yaitu sebanyak 33 responden (44,6%). Tingkat ketersediaan pangan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Ketersediaan Pangan Keluarga Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Ketersediaan Pangan Keluarga Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 Terjamin 41 55,4

2 Tidak terjamin 33 44,6

Total 74 100

4.4. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga 4.4.1. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Ketersediaan pangan berdasarkan pengetahuan ibu menunjukkan bahwa diantara 35 ibu yang pengetahuannya baik, maka keluarganya yang ketersediaan pangan terjamin ada 57,1%. Sedangkan dari 25 ibu yang berpengetahuan sedang, hanya 56% yang keluarganya mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin.


(41)

Pengetahuan ibu yang kurang mempunyai ketersediaan pangan keluarganya yang terjamin ada 50%, dan setengahnya lagi ada pada ketersediaan pangan yang tidak terjamin. Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Pengetahuan Ibu Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % N % n %

Baik 15 42,9 20 57,1 35 100,0

Sedang 11 44,0 14 56,0 25 100,0

Kurang 7 50,0 7 50,0 14 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.2. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu

Ketersediaan pangan berdasarkan pendidikan ibu menunjukkan bahwa diantara 24 ibu berpendidikan SD yang terjamin ketersediaan pangan keluarganya ada 14 (58,3%). Pada 20 ibu berpendidikan SMP maka ada 10 (50%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Diantara 17 ibu yang pendidikannya tingkat SMA maka ada 12 (70,6%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Sedangkan ibu yang berpendidikan sampai tingkat perguruan tinggi lebih banyak keluarganya tidak terjamin ketersediaan pangannya (61,5%). Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.9 berikut

Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Pendidikan Ibu

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

SD 10 41,7 14 58,3 24 100,0

SMP 10 50,0 10 50,0 20 100,0


(42)

Akad/PT 8 61,5 5 38,5 13 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.3. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Suami

Ketersediaan pangan berdasarkan pekerjaan suami menunjukkan distribusi ke. Hasil menunjukkan bahwa pekerjaan suami yang tetap maupun tidak tetap sama-sama mempunyai lebih banyak ketersediaan pangan yang terjamin. Namun lebih banyak keluarga yang terjamin ketersediaan pangan dari suami yang mempunyai pekerjaan tidak tetap, yaitu 57,7%, daripada suami yang mempunyai pekerjaan tetap (54,2%). Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Keluarga berdasarkan Pekerjaan Suami dan Ketersediaan Pangan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Pekerjaan Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

Tetap 22 45,8 26 54,2 48 100,0

Tidak tetap 11 42,3 15 57,7 26 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.4. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Ketersediaan pangan berdasarkan pekerjaan ibu menunjukkan bahwa ibu yang bekerja lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin di dalam keluarga daripada yang tidak bekerja. Diantara 20 ibu yang bekerja tetap ada 65% keluara yang terjamin ketersediaannya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 19 orang mempunyai 57,9% ketersediaan pangan keluarganya dalam kategori terjamin. Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.11 berikut :


(43)

Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 Pekerjaan

Ibu

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

Tetap 7 35,0 13 65,0 20 100,0

Tidak tetap 18 51,4 17 48,6 35 100,0

Tidak Bekerja 8 42,1 11 57,9 19 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.5. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga

Ketersediaan pangan berdasarkan pendapatan keluarga menyatakan bahwa diantara 51 keluarga yang pendapatannya di atas UMK maka ada 608% keluarga yang ketersediaan pangannya terjamin. Sedangkan dari kelompok keluarga yang di bawah UMK, keluarga yang ketersediaan pangannya terjamin hanya ada 43,5% keluarga, lebih banyak keluarga yang tidak terjamin ketersediaan pangannya, yaitu ada 56,5% . Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 Pendapatan

Keluarga

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

< UMK 13 56,5 10 43,5 23 100,0

≥ UMK 20 39,2 31 60,8 51 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.6. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak

Ketersediaan pangan berdasarkan jumlah anak menunjukkan bahwa pada 19 keluarga yang mempunyai jumlah anak 1-2 orang lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin (68,4%). Demikian juga pada kelompok 46


(44)

keluarga yang mempunyai jumlah anak 3-4 orang mempunyai ketersediaan pangan terjamin ada 52,2% keluarga. Tetapi persentase yang terjamin ketersediaan pangannya lebih kecil dari kelompok keluarga yang mempunyai jumlah anak 1-2 orang (68,4% < 52,2%). Sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anak di atas 4 orang maka lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang tidak terjamin (55,6%) dari yang terjamin (44,4%). Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.13 berikut :

Tabel 4.13 Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Jumlah Anak

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

1-2 6 31,6 13 68,4 19 100,0

3-4 22 47,8 24 52,2 46 100,0

>4 5 55,6 4 44,4 9 100,0


(45)

BAB V PEMBAHASAN

Dalam pemahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013. 5.1. Pengetahuan Gizi Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat kategori pengetahuan adalah baik sebanyak 35 orang (47,3%), kategori pengetahuan sedang sebanyak 25 orang (33,8%), dan hanya sebanyak 14 orang (18,9%) dengan kategori pengatahuan kurang. Pengetahuan gizi ibu yang baik dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa banyak ibu mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan makanan yang begizi, makanan yang banyak mengandung zat gizi, manfaat dari makanan yang beraneka ragam, manfat zat gizi bagi tubuh dan sebagainya. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial. Sedangkan status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. (Almatsier, 2009).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan ketersediaan pangan menunjukkan bahwa diantara 35 ibu yang pengetahuannya baik, maka keluarganya yang ketersediaan pangan terjamin ada 57,1%. Sedangkan dari 25 ibu


(46)

yang berpengetahuan sedang, hanya 56% yang keluarganya mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin. Pengetahuan ibu yang kurang mempunyai ketersediaan pangan keluarganya yang terjamin ada 50%, dan setengahnya lagi ada pada ketersediaan pangan yang tidak terjamin. Pengetahuan yang dimiliki keluarga khususnya ibu sangat berperan mengatur makanan dalam rumah tangga. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan gizi ibu dengan ketersediaan pangan keluarga menunjukkan bahwa pada ibu yang berpengetahuan baik maka ketersediaan pangan cenderung lebih banyak yang terjamin daripada yang tidak, demikian juga pada pengetahuan ibu yangs sedang. Tetapi pada pengetahuan gizi ibu yang kurang maka ketersediaan pangan yang terjamin maupun tidak sama. Begitupun juka dibandingkan antara pengetahuan gizi ibu yang baik, sedang dan kurang, persentase terjamin ketersediaan pangan diantara pengetahuan tersebut sedikit menurun dari baik, sedang dan kurang.

Pengetahuan gizi dapat mempengaruhi keragaman konsumsi pangan penduduk. Namun demikian pengaruh positif ini dapat ditiadakan/berubah oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah daya beli atau ekonomi, ketersediaan waktu untuk membeli, mengolah dan menyiapkan makanan, preferensi atau kesukaan pangan, kepercayaan terhadap jenis pangan, dan ketersediaan pangan. Selain faktor tersebut menyebutkan ada faktor lain yang berpengaruh terhadap keragaman konsumsi pangan, yaitu pendidikan gizi, paparan media massa dan pengalaman gizi, usia kedua orang tua, dan partisipasi ibu dalam kegiatan sosial (Hardinsyah, 2007).

Menurut Muhilal, dkk. (1994) mengatakan bahwa peran pendidikan/pengetahuan gizi sangat penting artinya bagi keluarga khususnya ibu


(47)

rumah tangga. Tujuan pendidikan gizi adalah mempengaruhi perilaku sehingga menerapkan pengetahuan gizi dalam kebiasaan makn sehari-hari.

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang erat dengan baik buruknya kualitas gizi dari pangan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola konsumsi pangan keluarganya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan, dan tidak kelebihan. Pentingnya peningkatan pengetahuan gizi, sikap gizi, dan keterampilan gizi yang secara bersama-sama akan menetukan perilaku gizi yang lebih baik.

5.2. Pendidikan Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pendidikan responden yang paling banyak dengan pendidikan Tamat SD yaitu 24 orang (32,4 %), sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit adalah Tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 13 orang (17,6 %). Tetapi pendidikan dalam penelitian ini tidak mempunyai kecenderungan hubungan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat dari data persentase pada tabulasi silang antara pendidikan ibu dengan ketersediaan pangan, dimana ketersediaan pangan terjamin dalam keluarga lebih banyak pada kelompok ibu yang berpendidikan SD, SMP, SMA, dari keluarga yang tidak terjamin ketersediaan pangannya. Bahkan pada ibu yang berpendidikan sampai PT/Akademi lebih banyak tidak terjamin ketersediaan pangannya dari yang terjamin.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pendidikan dengan ketersedian pangan menunjukkan bahwa diantara 24 ibu berpendidikan SD yang terjamin


(48)

maka ada 10 (50%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Diantara 17 ibu yang pendidikannya tingkat SMA maka ada 12 (70,6%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Sedangkan ibu yang berpendidikan sampai tingkat perguruan tinggi lebih banyak keluarganya tidak terjamin ketersediaan pangannya (61,5%). Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial ekonomi yang ikut mempengaruhi tumbuh kembang anak (Suparisa, 2002). Pendidikan yang tinggi diharapkan sampai kepada perubahan tingkah laku yang baik. Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru di bidang gizi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal (2008), yang menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi keluarga (pendidikan, jenis pekerjaan) merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan pengetahuan merupakan variabel dari faktor budaya masyarakat yang sangat berpengaruh dan paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi balita balita di wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen.

Menurut Hardinsyah (2007), semakin tinggi pendidikan seseorang, maka aksesnya terhadap media massa (koran, majalah, media elektronik) juga semakin tinggi yang juga berarti aksesnya terhadap informasi yang berkaitan dengan gizi juga semakin tinggi. Wanita terpelajar cenderung untuk tertarik terhadap informasi gizi dan banyak di antara mereka yang memperoleh informasi tersebut dari media cetak, khusunya majalah dan koran.


(49)

Peneliti berasumsi bahwa pendidikan memegang peranan sangat penting terhadap ketersediaan pangan keluarga dan gizi keluarga, walaupun dalam hasil penelitian ini kecenderungan hubungan tidak nampak antara pendidikan dengan ketersediaan pangan. Semestinya, harapan semakin tinggi pendidikan seseorang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, dengan pekerjaan yang layak kesempatan bergaul dengan orang yang lebih tinggi pendidikannya ataupun yang pengetahuan gizinya lebih baik memiliki peluang yang lebih baik pula. Jika pun tidak tamat sekolah atau hanya sampai jenjang pendidikan dini dapat memungkinkan ibu memiliki pengetahuan yang baik apabila ibu rajin mengikuti sosialisasi gizi dari posyandu ataupun petugas kesehatan, rajin membaca atau menonton acara yang sarat akan informasi gizi. Ketersediaan pangan di rumah tidak bisa dihindari dari adanya uang untuk membeli pangan apalagi untuk masyarakat daerah perkotaan yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam. Maka pendidikan tinggi pun tanpa diiringi dengan pengetahuan yang memadai dan pendapatan yang cukup tidak menjamin ketersediaan pangan dalam keluarga terjamin.

5.3. Pekerjaan Orangtua dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pekerjaan suami responden adalah bekerja tetap sebanyak 48 orang (64,9%), sedangkan mayoritas responden dengan pekerjaan tidak tetap 35 orang (47,3%). Sebagian kecil suami responden memiliki pekerjaan yang tidak tetap sebanyak 26 orang (35,1%), dan responden yang tidak bekerja sebanyak 19 orang (25,7%). Pekerjaan orang tua turut menentukan


(50)

yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang di belanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga (Sediaoetama, 2004).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pekerjaan suami dengan ketersediaan pangan menunjukkan distribusi keluarga berdasarkan pekerjaan suami istri dan ketersediaan pangan keluarga. Hasil menunjukkan bahwa pekerjaan suami yang tetap maupun tidak tetap sama-sama mempunyai lebih banyak ketersediaan pangan yang terjamin. Namun lebih banyak keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya dari suami yang mempunyai pekerjaan tidak tetap yaitu 57,7%, daripada suami yang mempunyai pekerjaan tetap yaitu 54,2%. Kemudian hasil tabulasi silang antara pekerjan ibu dengan ketersediaan pangan yang terjamin di dalam keluarga daripada yang tidak bekerja. Diantara 20 ibu yang bekerja tetap ada 65,0% keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 19 orang mempunyai 57,9% ketersediaan pangan keluarganya dalam kategori terjamin. Menurut Hidayat (2004), status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan rendahnya daya beli keluarga serta tingginya harga pangan di tingkat keluarga. Jika ketersediaan pangan di rumah tangga menuru, otomatis konsumsi makan dan konsumsi zat gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyebabkan masalah gizi yang dapat menentukan status gizi perorangan. Ketersediaan pangan dalam keluarga mempengaruhi banyaknya asupan makan anggota keluarga. Semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi.


(51)

Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak, dan hal-hal yang menyangkut masalah rumah tangganya.

Pada kenyataannya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan kerepotan. Akan tetapi bukan berarti wanita yang tidak bekerja merupakan jaminan bahwa anak-anaknya akan menjadi lebih baik dibanding dengan anak-anak dari wanita yang bekerja (Anoraga, 1998).

Peneliti berasumsi bahwa pekerjaan orang tua selalu dikaitkan dengan kemudahan mengakses informasi terutama informasi kesehatan dan mempengaruhi pola hidup, pola makan dan kemampuan ekonomi dalam mengakses segala kebutuhan hidup dalam hal ini pangan keluarga. Pekerjaan yang tidak tetap memungkinkan hasil pendapatan yang tidak tetap juga, dimana sangat mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga yang setiap harinya harus dipenuhi. Tetapi dalam hal ini pekerjaan suami yang tidak tetap lebih banyak persentasenya pada keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya dari yang tidak terjamin. Begitupun dengan pekerjaan suami yang tetap, lebih banyak pada keluarga yang ketersediaannya terjamin dari yang tidak terjamin. Hal ini mengansumsikan kecenderungan jenis pekerjaan suami baik tetap maupun tidak tetap tidak berhubungan dengan ketersediaan pangan di rumah. Apapun


(52)

ketersediaan pangan di rumah, karena suami ada mempunyai peendapatan dari pekerjaannya, baik tetap maupun tidak.

Jenis pekerjaan suami yang tidak tetap, adalah seperti makelar atau agen tanah dan barang berharga, MLM, dan pekerjaan yang sifatnya tidak menetap dalam suatu instansi perusahaan. Pekerjaan suami yang tidak tetap tidak menyebabkan ketersediaan pangan keluarga rendah, ini dapat ditemukan berdasarkan hasil penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan karena meskipun pekerjaan suami tidak tetap tidak menutup kemungkinan suami mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada pekerjaan yang tetap sehingga biaya untuk memenuhi ketersediaan pangan keluarga dapat terpenuhi ditambah lagi adanya dukungan dari ibu yang bekerja dan mempunyai pendapatan.

Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan yang berbeda dengan jenis pekerjaan tetap atau tidak tetap dengan ketersediaan pangan keluarga, dimana ibu yang bekerja tetap lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang terjamin. Namun ibu yang bekerja tidak tetap lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang tidak terjamin. Jenis pekerjaan ibu yang tidak tetap, adalah buruh cuci, membantu di warung orang, pembantu rumah tangga atau buruh harian. Sementara itu ibu yang tidak bekerja lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang terjamin dari yang tidak terjamin. Hal ini karena ketersediaan pangan keluarga didukung oleh suami yang bekerja dan mempunyai pendapatan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa ketersediaan pangan keluarga bukanlah semata-mata ditentukan oleh pekerjan suami yang bekerja tetap atau tidak tetap karena pekerjan apapun yang digeluti oleh suami tidak mempengaruhi


(53)

penghasilan yang didapatkan untuk memenuhi pangan keluarga. Pekerjaan yang tidak tetap suami juga mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk biaya kebutuhan pangan keluarga ditambah pula dengan penghasilan tambahan dari ibu yang bekerja baik tetap maupun tidak tetap.

5.4. Pendapatan Keluarga dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Berdasarkan hail penelitian, mayoritas pendapatan keluarga yang paling banyak adalah diatas UMK yaitu sebanyak 51 orang (68,9%), dan yang paling sedikit adalah berpendapatan dibawah UMK sebanyak 23 orang (31,1%). Diantara keluarga yang mempunyai pendapatan di atas UMK mereka mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin lebih banyak dari yang tidak terjamin. Sementara itu, dari keluarga yang berpendapatan di bawah UMK lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang tidak terjamin. Hal ini diasumsikan bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan menjamin keluarga dapat memenuhi ketersediaan pangannya.

Berdasarkan tabulasi silang antara pendapatan keluarga dengan ketersediaan pangan menyatakan bahwa diantara 5i keluarga yang pendapatannya diatas UMK maka ada 60,,8% keluarga yang ketersediaan pangannya terjamin, sedangkan dari kelompok keluarga yang pendapatannya di bawah UMK, keluarga yang ketersediaan pangannya terjamin hanya ada 43,5% keluarga, lebih banyak keluarga yang tidak terjamin ketersediaan pangannya yaitu ada 56,5%. Menurut Soekirman (2000), apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan semakin beragam, serta umunya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan pendapatan lebih lanjut tidak hanya akan meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan konsumsi pangan yang lebih mahal, tetapi juga terjadi peningkatan konsumsi


(54)

pangan di luar rumah. Pola kondisi terjadi peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan persentase yang semakin kecil.

Menurut asumsi peneliti pengeluaran keluaraga dapat dijadikan sebagai gambaran tingkat pendapatan keluarga. Pengeluaran keluarga yang rendah merupakan salah satu faktor penyebab masalah gizi yang dapat mengakibatkan rumah tangga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah dan kualitas yang baik. Hal ini berakibat pada kekurangan gizi, baik gizi makro maupun gizi mikro. Pada saat pengeluaran keluarga berada di satu titik dimana rumah tangga tidak mampu membeli kebutuhan pangan, maka ketahanan pangan dan status gizi dari kelompok rawan mulai terancam. Pengeluaran makan keluarga ditentukan oleh daya beli makanan, kualitas, dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga dan pola makan keluarga sehingga mempengaruhi asupan gizi. Kenaikan pendapatan mendorong masyarakat untuk memilih makanan yang kualitas nya lebih tinggi dengn kuantitas yang cukup.

5.5. Jumlah Anak dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dapt dilihat bahwa mayoritas responden memiliki 3-4 orang anak sebanyak 45 orang (62,2%), memiliki 1-2 orang anak sebanyak 19 orang (25,7%), dan yang memiliki >4 orang anak sebanyak 9 orang (12,2%). Laju kelahiran berkaitan dengan jumlah anggota keluarga yang pada gilirannya akan mempengaruhi pembagian pangan yang dikonsumsi tiap-tiap anggota keluarga. Laju kelahiran berkaitan dengan jumlah anggota keluarga yang pada gilirannya akan mempengaruhi pembagian pangan yang dikonsumsi tiap-tiap anggota keluarga. Hasil tabulasi silang antara jumlah anak dengan ketersediaan pangan keluarga


(55)

menunjukkan kecenderungan semakin banyak jumlah anak maka semakin kurang terjamin ketersediaan pangan keluarga di rumah. Tabulasi silang antara jumlah anak dengan ketersediaan pangan keluarga menunjukkan bahwa pada 19 keluarga yang mempunyai jumlah anak 1-2 orang lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin yaitu sebesar 68,4%. Demikian juga pada kelompok 46 keluarga yang mempunyai jumlah anak 3-4 orang mempunyai ketersediaan pangan terjamin ada 52,2% keluarga. Tetapi persentase yang terjamin ketersediaan pangannya lebih kecil pada kelompok keluarga yang mempunyai jumlah anak 1-2 orang (68,4% < 52,2%). Sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anak diatas 4 orang maka lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang tidak terjamin yaitu sebesar 55,6% daripada ketersediaan pangannya yang terjamin yaitu sebesar 44,4%.

Apabila pengeluaran makan meningkat, maka pola konsumsi pangan akan makin beragam, serta umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang bernilai gizi lebih tinggi. Besar anggota keluarga juga turut menentukan ketersediaan pangan dalam keluarga. Besar keluarga yang bertambah, menyebabkan pangan untuk setiap anak berkurang, distribusi makanan yang tidak merata juga dapat menyebabkan balita dalam keluarga tersebut kurang gizi.

Menurut Berg (1986), pembatasan jumlah keluarga bisa membantu memperbaiki gizi dan keselamatan bayi. Dari hasil penelitian Damora, dkk., (2004), jumlah anggota rumah tangga mennunjukkan hubungan negatif yang nyata (p<0,05) terhadap tingkat kecukupan konsumsi energi. Artinya bahwa semakin besar anggota maka semakin kecil tingkat konsumsi energi karena semakin banyak anggota rumah


(56)

1995-1998 juga menyatakan bahwa jumlah anggota rumah tangga yang semakin banyak, akan semakin mengalami kecenderungan turunnya rata-rata asupan energi dan protein per kapita per hari yang ditunjukkan dengan prevalensi tertinggi pada rumah tangga yang beranggotakan di atas enam orang (Mapandin, 2006).

Peneliti berasumsi bahwa jumlah anak erat sekali kaitannya dengan pembagian pangan dalam keluarga, kuantitas dan kualitas jenis pangan. Anak juga sangat mempengaruhi pilihan ibu dalam menyusun menu makanan di keluarga dimana ibu sering memyajikan makanan yang sesuai dengan keinginan dan kesukaan anak, yang terkadang tidak memperhitungkan nilai gizi yang terkandung pada jenis makanan tersebut.

5.6. Ketersediaan Pangan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dilihat bahwa ketersediaan pangan keluarga sebagian besar berada pada kategori terjamin yaitu sebanyak 41 orang responden (55,4%), sedangkan sebagian kecil responden berada pada kategori ketersediaan pangan tidak terjamin yaitu sebanyak 33 orang (44,6%). Sesuai dengan penelitian Diana (2004) bahwa ketersediaan pangan responden kategori terjamin pada kelompok kasus sebanyak 8 orang dari 70 kasus (11,4%), rawan pangan tanpa kelaparan sebnayak 53 (75,7%), dan ketersediaan pangan kategori rawan pangan sedang, kelompok kasus ad 9 orang (12,9%).Mengacu pada hasil tersebut bahwa semakin terjamin ketersediaan pangan semakin baik status gizi keluarga. Ketersediaan pangan yang terjamin akan mempunyai kemungkinan tujuh kali lebih besar untuk berstatus gizi baik dibandingkan dengan ketersediaan pangan yang tidak terjamin.


(57)

Hal ini sejalan dengan penelitian Matheson, DM., J Varady, A & Killen JD (2002), yang menyatakan bahwa keragaman konsumsi pangan memberikan mutu yang lebih baik daripada pangan yang dikonsumsi secara tunggal. Hal ini terjadi karena adanya efek saling mengisi yang berari kekurangan zat gizi suatu pangan dapat dipenuhi oleh kelebihan zat gizi yang bersangkutan dari pangan lainnya karena jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak secara signifikan terkait dengan persediaan makanan di rumah tangga mereka.

Sesuai dengan kerangka pikir UNICEF menurut Syarief (2004) terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi kurang atau gizi buruk, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan penyakit infeksi. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut berkaitan dengan berbagai faktor penyebab tidak langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan. Pada anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian akan mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia.

Hubungan antara ketersediaan pangan, akses makanan dlam keluarga, konsumsi pangan keluarga dan status gizi terlihat dengan tersedianya pangan di tingkat rumah tangga yang merupakan penenru akses pangan, dimana pada gilirannya, memberi peluang penting untuk meningkatkan konsumsi dan status gizi. Pendapatan, elastisitas permintaan pangan serta alokasi sumber daya yang merupakan


(58)

akses pangan akan lebih besar, sehiingga status gizi baik. Perubahan tingkat konsumsi diterjemahkan ke dalam perubahan status gizi yang dapat dipengaruhi oleh faktor seperti sanitasi, akses terhadap kesehatan, pola asuh anak dan akses ke air bersih.

Rasmussen, Krolner & Klep (2006), melaporkan ketersediaan pangan rumah tangga sebagai salah satu faktor penentu yang paling penting dari pola makan keluarga. Ketersediaan pangan keluarga dianggap sebagi hubungan antara masyarakat atau sumber lingkungan penjualan makanan dan asupan gizi perorangan. Adanya krisis ekonomi menyebabkan rendahnya daya beli keluarga dan meningkatnya harga pangan yang berkaitan dengan menurunnya ketersediaan pangan ditingkat keluarga. Jika ketersediaan pangan dirumah tangga menurun,otomatis konsumsi pangan dan konsumsi zat gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyababkan masalah gizi,diantaranya kejadian KEK dan anemia. Ketersediaan pangan dalam keluarga mempengaruhi banyaknya asupan makan anggota keluarga. Semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi. (Suhardjo, 1989)

Peneliti berasumsi bahwa karakteristik keluarga dan tingkat pengetahuan gizi ibu sangat mempengaruhi terhadap ketersediaan pangan keluarga, dimana pengetahuan gizi dan besar pendapatan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap daya beli dan ketersediaan pangan di keluarga, dalam penelitian ini dapat dilihat masih adanya keluarga dalam kategori ketersediaan pangan keluarga dalam kategori tidak terjamin. Hal tersebut menandakan bahwa masih rendahnya tingkat pendapat keluarga dan tingkat pengetahuan gizi ibu. Ketersediaan makanan bergizi dan


(59)

seimbang juga belum optimal, ibu yang tidak memiliki waktu menyiapkan menu dengan gizi seimbang merupakan salah satu masalah, masih banyaknya ditemukan keluarga yang hanya cukup mengandalkan lauk pauk secara rantangan/katering. Jumlah anak yang mempengaruhi pembagian porsi makan, ibu yang pengetahuannya masih kurang perlu banyak mendapatkan informasi gizi dari petugas kesehatan sehingga perlu untuk menumbuhkan rasa sadar gizi untuk keluarga.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga di lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan tahun 2013 yaitu ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 47,3%,pendidikan yang paling banyak adalah tamat SD sebanyak 32,4%,pekerjaan suami yang paling banyak yaitu pekerjaan tetap sebanyak 64,9%,sedangkan pekerjaan ibu yang paling banyak adalah pekerjaan tidak tetap sebanyak 47,3%,pendapatan keluarga paling banyak adalah diatas UMK sebanyak 68,9%,dan jumlah anak yang paling banyak adalah keluarga yang memiliki anak 3-4 anak sebesar 62,2%.

2. Berdasarkan ketersediaan pangan keluarga sebagian besar berada pada kategori terjamin yaitu sebanyak 55,4%.

3. Ketersediaan pangan terjamin pada keluarga ditemukan 57,1% ibu dengan pengetahuan baik, 70,6% ibu dengan pendidikan tamat SMA, 57,7% suami dengan pekerjaan tidak tetap, 65,0% ibu dengan pekerjaan tetap, 60,8% pendapatan keluarga diatas UMK, dan 68,4% keluarga yang memiliki jumlah anak 1-2 orang.

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada ibu-ibu rumah tangga Lingkungan XIII untuk mulai menumbuhkan sikap sadar gizi, rutin mengikuti posyandu, dan tanggap terhadap informasi-informasi kesehatan terutama informasi mengenai gizi anak dan


(61)

keluarga untuk menghindarkan kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada bayi dan balita.

2. Diharapkan bagi pihak terkait seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas wilayah kerja Kecamatan Medan Sunggal melalui posyandu dan petugas kesehatan lainnya yang terkait dengan penyuluhan untuk lebih menggalakkan lagi Keluarga Sadar Gizi dan meningkatkan penyuluhan mengenai gizi anak dan keluarga.

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk peneliti lainnya, agar penelitian lebih lanjut dapat menggali hal-hal yang mungkin dapat memengaruhi ketersediaan pangan keluarga atau tindak lanjut dari penelitian ini.


(62)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Keluarga

Keluarga adalah sekelompok orang yang tinggal atau hidup bersama dalam satu rumahtangga dan ada ikatan darah. Berdasarkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak (BPS 2010). Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam hal konsumsi pangan. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh karakteristik keluarga tersebut, diantaranya pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu, pekerjaan orang tua, besar keluarga, dan besar pendapatan keluarga.

2.1.1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi dapat mempengaruhi keragaman konsumsi pangan penduduk. Nemun demikian pengaruh positif ini dapat ditiadakan/berubah oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah daya beli atau ekonomi, ketersediaan waktu untuk membeli, mengolah dan menyiapkan makanan, preferensi atau kesukaan pangan, kepercayaan terhadap jenis pangan, dan ketersediaan pangan. Selain faktor tersebut menyebutkan ada faktor lain yang berpengaruh terhadap keragaman konsumsi pangan, yaitu pendidikan gizi, paparan media massa dan pengalaman gizi, usia kedua orang tua, dan partisipasi ibu dalam kegiatan sosial (Hardinsyah, 2007).

Selanjutnya Menurut Suhardjo dkk, (1989), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :


(63)

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan prilaku dalam pemilihan makananyang pada kahirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu tersebut dan keluarganya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati. 2004). Secara umum di negara berkembang iu memainkan peran pentingdalam memilih dan menyiapkan pangan untuk dikonsumsi anggota keluarganya.walaupun seringkali para ibu bekerja di luar, mereka tetap mempunyai andil besar dalam kegiatan pemilihan dan penyiapan makanan serta mengidentifikasi pola pengambilan keputusan dalam keluarga (Hardinsyah, 2007).

Umumnya penyelenggaraan makan dalam rumah tangga sehari-hari dikoordinir oleh ibu. Ibu yang mempunyai kesadaran gizi yang tinggi akan melatih kebiasaan makanan sehat sedini mungkin kepada putra-putrinya. Ibu berperan penting dalam melatih anggota keluarganya untuk membiasakan makan yang sehat. Untuk memperoleh pangan sehat dan sesuai dengan standar maka perlu menguasai pengetahuan tentang pemilihan pangan (Riyadi, 2006).

Pengetahuan ibu tentang gizi adalah pa yang diketahui ibu tentang pangan sehat, pangan sehat untuk golongan tertentu (misalnya anak, ibu hamil, dan


(64)

Pengetahuan ibu rumah tangga tentang bahan pangan akan mempengaruhi prilaku pangan dan ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan pangan. Pengetahuan gizi dan pangan yang harus dikonsumsi agar tetap sehat, merupakan faktor penentu kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial. Sedangkan status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. (Almatsier, 2009).

2.1.2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan, yakni : a) input adalah sasaran pendidikan, b) proses (upaya yang direncakan untuk memengaruhi orang lain, c) out put (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Soetjiningsih (1995), pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar, terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya.


(65)

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan gizi anak. Hal ini disebabkan karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah. Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi pendidikan ibu, maka semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui masa media. Hal serupa juga dikatakan oleh L. Green, Rooger yang menyatakan bahwa semakin baik tingkat pendidikan ibu, maka baik pula keadaan gizi anaknya (Berg, 1986).

Menurut hasil penelitian Devi (2010), bahwa faktor pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga berupa pendapatan memiliki pengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amplas Kota Medan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal (2008), yang menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi keluarga (pendidikan, jenis pekerjaan) merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan pengetahuan merupakan variabel dari faktor budaya masyarakat yang sangat berpengaruh dan paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi balita balita di wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen.

Menurut Hardinsyah (2007), semakin tinggi pendidikan seseorang, maka aksesnya terhadap media massa (koran, majalah, media elektronik) juga semakin tinggi yang juga berarti aksesnya terhadap informasi yang berkaitan dengan gizi juga


(66)

dan banyak di antara mereka yang memperoleh informasi tersebut dari media cetak, khusunya majalah dan koran.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan dan berpenghasilan lebih tinggi mendapat paparan media massa lebih tinggi juga (BKKBN, 2013). Di Indonesia, seseorang dengan tingkat pendapatan lebih tinggi relatif lebih mudah mengakses televisi dan mereka yang tinggal di daerah perkotaan lebih mudah mengakses berbagai majalah populer. Oleh karena itu, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan rumah tangga dan wilayah tempat tinggal (desa atau kota) diasumsikan mempengaruhi kondisi individu seseorang/rumah tangga untuk terpapar media massa.

2.1.3. Pekerjaan

Pekerjaan orang tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang di belanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga (Soeditama,2004).

Orang tua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya . Pada umumnya didaerah pedesaaan anak yang orangtuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya atau sanak saudaranya. sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak bekerja (Hardinsyah, 2007 ).

Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan tentang kuantitas dan kualitas makanan. Ada hubungan yang erat


(67)

antara pendapatan yang meningkat dan gizi yang didorong oleh pengaruh menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi. Rendahnya penda patan orang-orang miskin dan lemahnya daya beli memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif, terutama untuk anak-anak mereka. (Suhardjo, 1989).

Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak, dan hal-hal yang menyangkut masalah rumah tangganya.

Pada kenyataannya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan kerepotan. Akan tetapi bukan berarti wanita yang tidak bekerja merupakan jaminan bahwa anak-anaknya akan menjadi lebih baik dibanding dengan anak-anak dari wanita yang bekerja (Anoraga, 1998).

Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga (Berg, 1986). Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya memelihara anak (Singarimbun, 1988). Keadaan yang demikian dapat memengaruhi keadaan gizi


(1)

3. Ir. Etti Sudaryati, MKM. PhD selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dra. Syarifah, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Untuk suami tercinta Adi Pranata Sembiring, SE dan anak tersayang Kaila Karinna Metami Sembiring serta Kakak-kakak dan adikku/keluargaku (Kak Jeni, Kak Desi, Alvin, Emma, Memi, Alek) terimakasih untuk dukungan dan motivasi serta kesediaan menjaga Kei.

6. Teman-teman dan sahabatku Beta, Darli, Tri, Riri, Ika, Roy, Oji serta seluruh teman-teman Peminatan Gizi yang banyak memotovasi penulis selama ini.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, februari 2014 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Umum ... 9

1.3.2. Pendidikan ... 9

1.4.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Faktor-faktor Karakteristik Keluarga ... 11

2.1.1. Pengetahuan ... 11

2.1.2. Pendidikan ... 13

2.1.3. Pekerjaan ... 15

2.1.4. Pendapatan ... 17

2.1.5. Jumlah Anggota Keluarga... 19

2.2. Ketersediaan Pangan ... 20

2.3. Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 21

2.4. Kerangka Konsep ... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1. Desain Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 25


(3)

3.4.2. Data Sekunder ... 26

3.5. Definisi Operasional... 26

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 27

3.6.1. Instrumen ... 27

3.6.2. Aspek Pengukuran Penelitian ... 27

3.7. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ... 29

3.7.1. Pengolahan Data ... 29

3.7.2. Analisa Data ... 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 31

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.2.Karakteristik Keluarga Responden ... 32

4.2.1. Pengetahuan Gizi Ibu ... 32

4.2.2. Pendidikan Ibu ... 32

4.2.3. Pekerjaan Suami ... 33

4.2.4. Pekerjaan Responden ... 33

4.2.5. Pendapatan Keluarga ... 34

4.2.6. Jumlah Anak ... 34

4.3.Ketersediaan Pangan Keluarga Responden ... 34

4.4.Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga ... 35

4.2.1. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu ... 35

4.2.2. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu ... 36

4.2.3. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Suami ... 36

4.2.4. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 37

4.2.5. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga ... 37

4.2.6. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak ... 38

BAB V. PEMBAHASAN ... 39

5.1. Pengetahuan Gizi Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 39

5.2. Pendidikan Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 41

5.3. Pekerjaan Orangtua dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 43

5.4. Pendapatan Keluarga dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 47

5.5. Jumlah Anak dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 48

5.6. Ketersediaan Pangan Keluarga ... 50

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... 54


(4)

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan

Tahun 2013 ... 32 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendidikan di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 33 Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Suami di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 33 Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 33 Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 ... 34 Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Jumlah Anak di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 34 Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Ketersediaan Pangan

Keluarga Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung

Rejo Medan Tahun 2013 ... 35 Tabel 4.8. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 35 Tabel 4.9. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 36 Tabel 4.10. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Suami di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 37 Tabel 4.11. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 37 Tabel 4.12. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 ... 38 Tabel 4.13. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak di


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 1 : Master Data Penelitian

Lampiran 2 : Out Put Penelitian

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU