Perbandingan Waktu Onset Stroke Iskemik dengan Hemoragik di IGD dan Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Tahun 2014

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Peribadi

Nama : Morna Gresella

NIM : 120100340

Alamat : Komp. Griya Riatur C43 Medan Nomor Telpon : 082161323009

Email : mornagresella@yahoo.com

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal lahir : Medan, 30 Juli 1994 Warganegara : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Status Pendidikan : 1. TK Perguruan Kristen Immanuel Medan 2. SD Perguruan Kristen Immanuel Medan 3. SMP Swasta Santo Thomas 1 Medan 4. SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan

5. Fakultas KedoktekranUniversitas SumateraUtara Riwayat Organisasi : Porseni FK USU 2014

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 7 Juli 2015

`


(2)

LAMPIRAN 2

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Proposal

Biaya Jumlah Harga Satuan Total

Tinta print 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Kertas A4 1rim Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid proposal awal 6 Rp 2.000,00 Rp 12.000,00 Jilid proposal revisi 6 Rp 2.000,00 Rp 12.000,00

Total Rp 104.000,00

2. Taksasi Analisis data dan revisi

Tinta print 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Kertas A4 1rim Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid KTI softcover 6 Rp 2.000,00 Rp 12.000,00 Jilid KTI hardcover 6 Rp 25.000,00 Rp 150.000,00

Total Rp 242.000,00

3. Transportasi Rp 200.000,00


(3)

(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali M., Curram J., Davis S.M,, Diener H.C., Donnan G.A.2007. The Virtual International Stroke Trials Archieve. Stroke, 38: 1905-1910.

Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga jilid 2, Media Aesculavius, FKUI, Jakarta.

Basjiruddin, A. 2009. Diabetes Mellitus and Stroke: The Pathobiogenesis. Dalam: Sjahrir, H., Anwar, Y., Kadri, A., (eds). Neurology Update 2009. FK USU, Medan.

Bender, M. 2012. High VWF, Low ADAMTS13 Puts Women at Risk. Available: http://www.bloodjournal.org/content/119/6/1329?sso-checked=true (Accessed 24 Juni 2015)

Burhanuddin, M., Wahinuddin, Jumriani, 2013. Faktor Risiko Kejadian Stroke

pada Dewasa Awal (18-40 tahun) di Kota Makassar tahun 2010-2012.

Universitas Hasanuddin: Makassar.

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta.

Caplan, L.R. 2009. Caplan’s Stroke: A Clinical Approach, 4th ed. Saunders. Elsevier, Philadelphia.

Darmanto, A. 2014. Hubungan Antara Hipertensi dengan Kejadian Strok

Iskemik di Bangsal dan Poliklinik Saraf RSUD dr. Soedarso Pontianak. Naskah Publikasi. Universitas Tanjungpura: Pontianak

Davenport, R. & Dennis, M., 2000. Neurological Emergencies: Acute Stroke. J


(6)

Donnan, Geoffrey, A. 2007. How to Make Better Use of Thrombolytic Therapy in Acute Ischemic Stroke.

Available: http://www.medscape.com/viewarticle/745913 (Accessed 31 May 2015)

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Republik Indonesia, Jakarta.

Fang, J., Yan, W., Jiang, G. X., Li, W., Cheng, Q. 2011. Time interval between stroke onset and hospital arrival in acute ischemic stroke patients in Shanghai, China.Available:www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20889252 (Accessed 10 Desember 2015)

Fauziah, I.2013. Karakteristik Penderita Stroke Iskemik Dengan Infark yang Rawat Inap Di Rsup Haji Adam Malik, Medan. Available: http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/40316 (Accessed 9 January 2016)

Gofir, A. 2009. Evidence Based Medicine Manajemen Stroke. Pustaka Cendikia Press, Yogyakarta.

Goldstein, L.B., Adams, R., Alberts, M.J., Appel, L.J., Brass, Sacco, R.L., et al. 2006. Primary Prevention of Ischemic Stroke: A Guideline From the American Heart Association / American Stroke Association Stroke Council. Stroke. 37:1583-1633

Goldszmidt, A.J., Caplan, L.R. 2013. Stroke Esensial, Edisi kedua (Melfiawati, penerjemah. Penerbit Indeks, Jakarta.

Gusev, E., Skvorsova, V.I. 2003. Brain Ischemia. Kluwer Academic/Plenum Publisher, New York: 9-19.


(7)

Hacke, W., Kaste, M., Bogousslavsky, J., et al. 2003. European Stroke Initiative Recommendation for Stroke Management Update 2003.

Cerebrovasculer Disease, 16: 311-37.

Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Hussein, O., Kandeel, W.A., Elghany, A.F., Youssif, S.Y. 2012. Relation Between Obesity and Ischemic Stroke Using Multiclice C.T. Journal of Applied Sciences Research.8(1): 200-2006.

Jellinger, P.S., Smith, D.A., Mehta, A.E., Ganda, O., Handelsman, Y., Rodbard, H.W. 2012. American Association of Clinical Endocrinologist Guidelines For Manageent of Dyslipidemia and Prevention of Atherosclerosis. Endocrine Practice. 18: 1-77

Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. ANDI, Yogyakarta. Kay, R., Woo, J., Poon, W.S. 1992. Hospital Arrival Time After Onset of

Stroke. Available: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1431964 (Accessed 2 January 2016)

Kelompok Studi Stroke (Edisi Revisi) PERDOSSI. 2007. Guideline Stroke. PERDOSSI, Jakarta.

Kristiyawati, S.P., Irawaty, D., Hariyati, Rr.T.S. 2009. “Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke di RS Panti Wilasa Citarum Semarang”, Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK),Volume 1 (1), 29 hal. 1-7. STIKES Telogorejo, Semarang.

Kusumoputro, S. 1995.Peranan stimulasi berdasarkan konsep spesialisasi dua belahan dan plastisitas otak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pidato Pengukuhan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.


(8)

Lahano, A.K., Chandio, M.H., Bhatti, M.I. 2014. Frequency of Common

Modifible Risk Factors For Stroke. Gomal Journal of Medical

Sciences. 12(4): 222-226.

Machfoed, M.H. 2003. The Latest Clinical Epidemiological Data of Ischemic and Hemorrhagic Stroke Patients in Surabaya and Surroundings. A Hospital Based Study. Folia Medica Indonesia, 39:242-50.

Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan. 2000. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi ketiga jilid2. Media Aesculapius, Jakarta.

Margatan, Arcole. 1997. Mewaspadai Buruk dan Serangan Stroke. Aneka Solo. Jakarta.

Marlina, Y. 2011. Gambaran Faktor Risiko pada Penderita Stroke Iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. Skripsi Sarjana (Diterbitkan). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Medicastore. 2011. Stroke the Silent Killer. Available: http://medicastore.com/stroke.html (Accessed 30 May 2015)

Misbach, J. 1999. Stroke. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Managemen. Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Misbach, J. 2007. Pandangan Umum Mengenai Stroke. Dalam : Rasyid A. dan Soertidewi, L. (eds). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara

Komprehensif. Balai Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: 1-9.

Misbach, J., Janni, J. 2011. Diagnosis Stroke. Dalam: Misbach, J, Soretidewi L, Janis J,. (Ed) Stroke. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Badan Penerbit FK UI, Jakarta.


(9)

Monakow, C.V. 1996. Diaschisis. In: Pribram, K.H., ed. Brain and Behavior:

Mood, States, Mind. Penguin Book, Baltimore: 27-36.

Mundiartasari, I. 2014. Perbedaan Kejadian Depresi pada Pasien Stroke

Iskemik Lesi Hemisfer Kiri dan Hemisfer kanan di RSUD Kabupaten Kudus. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

Nasution D, 2007. Strategi Pencegahan Stroke Primer. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Neurologi FK USU. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Perkeni. 2011.Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Price, S.A., Wilson. L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6 vol 2. EGC, Jakarta.

Purwaningtiyas, D. P., Kusumawati, Y., Nugroho, F. S. 2014. Prosiding Seminar

Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan. Update: Upaya Promotif,

Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke. ISSN 2460-4143. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Qadrina, S. 2011. Gambaran Lipid Profile pada Pasien Stroke Iskemik di RSUP

H. Adam Malik Medan 2010. Available:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31672/7/Cover.pdf (Accessed 9 January 2016)

Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.


(10)

Rossamond, W., Flegal, K.,Friday, G., Furie, K., Go, A., Greenlund, K., et al. 2007. Heart Disease and Stroke Statistics 2007 Update : A Report from the American Heart Association Statistics Comittee and Stroke Statistics Subcomittee. Circulation, 115:e69-e171.

Runde, T. 2008. Risk Factor Management to Prevent First Stoke. PubMedCentral.

Sacco, R.L. 2000. Pathogenesis, Classification, and Epidemiology of

Cerebrovascular Disease. In Rowland L.P., 9th ed. Merrit’s

Neurology, 10th ed. Pp. 219-29. Lippincott Williams & Willkins. Philadelphia.

Sacco, R.L., Kasner, S.E.,Broderick, S.P., Caplan, L.R., Culebras, A., Elkind, M. S.V., et al. 2013. An Up Date Definition of Stroke for the 21st Century: A Statement for Healthcare Professionals from the American Heart Association/ American Stroke Association. Stroke, 44:2064-89. Shah, R.S., Cole, J.W. 2010. Smoking and Stroke: The More You Smoke The

More You Stroke. Expert Review of Cardiovascular Theraphy; 8(7): 917-932.

Sidharta, P. 2000. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat, Jakarta. Sinaga, S.A. 2010. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit

Haji Medan Tahun 2002-2006. Available:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16617 (Accessed 3 January 2016)

Smith, M., Minson, C.T. 2012. Obesity and Adipokines: Effect on Symphathetic Overactivity. The Journal of Physiology. 590(8): 1787-1801.


(11)

Sofwan, R. 2010. Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke. PT Bhuana Ilmu Popouler, Jakarta.

The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. 2008. Stroke:

National Clinical Guideline for Diagnosis and Initial Management of Acute Stroke and Transient Ischaemic Attack (TIA).Royal College of

Physicians, United Kingdom.

Wibowo, S. 2001. Farmakoterapi Dalam Neurologi. Salemba Medika, Jakarta. Widiastuti, M. 2000.Stroke. Pengelolaan Mutakhir. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Malang.

Wijayakusuma, Hembing. 2003. Atasi Penyakit Jantung Koroner Secara Dini

dengan Cara Alamiah. Available:

http://www.mastel.or.id/artikel%20kesehatan.htm (Accessed 3 January 2016)

Wirawan, S.P. 2009.Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer. Majalah Kedokteran Indonesia Vol 59 No 2, Jakarta. Available: http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/downloa d/626/614 (Accessed 2 June 2015)

Yastroki. 2012. Indonesia Tempati Urutan Pertama di Dunia Dalam Jumlah

Terbanyak Penderita Stroke. Available:


(12)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Demografi pasien Stroke: 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Suku Bangsa

Pasien stroke iskemik dan hemoragik diIGD dan rawat

inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014

Angka Kejadian Stroke tahun 2014

Karakteristik pasien Stroke:

1. Klasifikasi dan Diagnosis 2. Onset

3. Gejala Klinis 4. Faktor Resiko


(13)

3.2 Definisi Operasional

3.2.1. Stroke

Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh iskemik atau perdarahan yang berlangsung 24 jam atau meninggal, tetapi tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan (Sacco et al, 2013).

3.2.2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pasien stroke di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

3.2.3. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah gambaran demografi, karakteristik, dan angka kejadian stroke di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat ukur dan

Cara ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1. Usia Usia yang dihitung

sejak tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun

Rekam medik 1. Remaja Akhir (17-25 tahun) 2. Dewasa Awal

(>25-35 tahun) 3. Dewasa Akhir

(>35-45 tahun) 4. Lansia Awal

(>45-55 tahun) 5. Lansia Akhir

(>55-65 tahun) 6. Manula

(>65 tahun)


(14)

2. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir yang tercatat dalam rekam medis

Rekam medik 1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

3. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden sehari-hari untuk mendapatkan penghasilan

Rekam medik 1. PNS

2. Wiraswasta 3. Ibu Rumah

Tangga 4. Pensiunan 5. Lain-lain

Nominal

4. Suku Bangsa

Suku adalah etnik atau ras seseorang yang tercatat pada rekam medik terhitung sejak lahir Rekam Medik 1. Batak 2. Jawa 3. Aceh 4. Padang 5. Lain-lain Nominal


(15)

5. Klasifikasi dan

Diagnosa

Pengelompokkan dari suatu penyakit serta penentuan diagnosanya Rekam Medik 1. Iskemik 2. Hemoragik Nominal

6. Onset Onset adalah selisih waktu antara timbulnya gejala sampai datangnya pasien ke rumah sakit

Rekam Medik

1. < 3 jam 2. 3 – 24 jam 3. 1 – 7 hari 4. 8 – 14 hari 5. > 2 minggu

Nominal

7. Gejala Klinis

Gambaran klinis adalah gejala yang timbul dan menjadi keluhan Rekam Medik 1. Gangguan Kesadaran 2. Hemiparese 3. Gangguan Berbicara 4. Nyeri kepala 5. Kejang 6. Gangguan Sensitivitas 7. Gangguan Keseimbangan 8. Gangguan Penglihatan 9. Gangguan Pendengaran Nominal


(16)

8. Faktor Resiko Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesempatan yang lebih besar untuk terpapar suatu penyakit Rekam Medik 1. Hipertensi (Tabel 3.2) 2. Diabetes Melitus (Tabel 3.3) 3. Penyakit Jantung 4. Dislipidemia (3.2.3.1) 5. Obesitas (3.2.3.2 dan Tabel 3.4) 6. Gaya Hidup

(Merokok)

Nominal

9. Angka Kejadian

Angka kejadian adalah jumlah kejadian penyakit pada satu populasi tertentu dalam jangka waktu tertentu

Rekam Medik


(17)

Tabel 3.2. Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Derajat 1 Derajat 2

140-159 ≥ 160

atau atau

90-99 ≥ 100

Tabel 3.3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM dari Perkeni 2011

Bukan DM Belum pasti DM

DM Kadar Glukosa darah

sewaktu (mg/dl)

Plasma vena < 110 110 - 199 ≥ 200 Darah kapiler < 90 90 - 199 ≥ 200 Kadar Glukosa darah

puasa (mg/dl)

Plasma vena < 110 110 - 125 ≥ 126 Darah kapiler < 90 90 - 109 ≥ 110

3.2.3.1. Dislipidemia

Menurut klasifikasi National Cholesterol Education Panel Adult Treatment Panel (NCEP-ATP) ke III kriteria dislipidemia adalah penurunan kadar kolesterol HDL ≤ 40 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dl, peningkatan kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl (Grundy dkk, 2002).

3.2.3.2. Obesitas

Indeks Massa Tubuh dapat dinilai dari hasil berat badan (BB) dalam kilogram (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (TB) dalam


(18)

meter (m). Dapat disederhanakan dalam rumus berikut (Wadden dkk, 2002; Suyono dkk, 2011).

���= ��

(��)2 = (��) (�)2

Tabel 3.4. Klasifikasi IMT berdasarkan WHO dalam The Asia-Pasific Perspective: Redifining Obesity and its Treatment

Klasifikasi IMT (Kg/��)

BB Kurang <18,50

BB Normal 18,50 – 22,99

BB Berlebih ≥ 23,00

Dengan Resiko 23,00 – 24,90

Obes I 25,00 – 29,90

Obes II > 30

3.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada perbedaan waktu onset antara stroke iskemik dengan hemoragik di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik”.


(19)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah analitik untuk mengetahui perbandingan waktu onset antara stroke iskemik dan hemoragik di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014. Adapun yang digunakan pada desain penelitian ini dengan pendekatan retrospektif study, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik di Kota Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dikarenakan rumah sakit pusat dan rujukan dari Sumatera Utara. Penelitiandilaksanakan dari bulan April - Desember 2015, lalu dilanjutkan dengan pengolahan dan analisa data.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke di IGD dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah data semua pasien stroke yang di IGD dan rawat inapdi RSUP H. Adam Malik dari bulan Januari 2014 sampai bulan Desember 2014 dengan menggunakan semua data sesuai dengan periode yang ditentukan (total sampling).


(20)

Data yang dikumpul terdiri dari data sekunder. Data diperoleh dengan melihat rekam medik pasien di IGD dan rawat inap penderita stroke yang melakukan pemeriksaan di RSUP H. Adam Malik di Kota Medan dari bulan Januari 2014 sampai Desember 2014.

4.5. Pengelolahan dan Analisa data

Pengelolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap pertama editing yaitu memeriksa nama, umur, jenis kelamin, dan hasil pemeriksaan, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada label. Tahap ketiga entry yaitu memasukan data dari rekam medis ke dalam program SPSSversi 22, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS versi 22 dengan uji chi-square dimana signifikan apabila nilai p < 0,05 untuk mengetahui perbandingan waktu onset antara stroke iskemik dan hemoragik di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.


(21)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUPH. Adam Mal di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan Sumatera Utara. Rumah Sakit umum Pusat ini berdiri pada tanggal 21 Juli 1993 dan terakreditasi A, yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatera Utara dan rumah sakit pendidikan. Data Penelitian ini diambil dari bagian instalasi rekam medis yang terletak di lantai 1.

5.1.2. Deskripsi Demografi Sampel

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien stroke iskemik dan hemorhagik di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.

5.1.2.1. Angka Kejadian

Didapati jumlah sampel sebanyak 636 pasien stroke pada tahun 2014 di RSUP H. Adam Malik.

5.1.2.2. Deskripsi Karakteristik Usia Stroke

Dijumpai rerata usia sebesar pasien stroke sebesar 57,3 tahun.Pada penelitian ini dijumpai rerata usia penderita stroke sebesar 57,28 ± 11,88; dimana usia paling muda yaitu 19 tahun dan usia paling tua yaitu 93 tahun.

Dari Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa usia paling banyak pada penderita stroke adalah lansia akhir dengan jumlah 210 pasien (33,0%), diikuti dengan lansia awal yaitu 180 pasien (28,3%), kemudian manula yaitu 151 pasien


(22)

(23,7%), dewasa akhir yaitu 67 pasien (10,5%), dewasa muda yaitu 22 pasien (3,5%), dan yang paling sedikit adalah remaja akhir yaitu 6 pasien (0,9%).

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Usia Remaja Akhir

(17-25 tahun) 4 (1,0) 2 (0,8) 0,016 Dewasa Muda

(>25-35 tahun) 14 (3,6) 8 (3,3) Dewasa Akhir

(>35-45 tahun) 38 (9,7) 29 (11,8) Lansia Awal

(>45-55 tahun) 94 (24,0) 86 (35,1) Lansia Akhir

(>55-65 tahun) 133 (34,0) 77 (31,4) Manula

(>65 tahun) 108 (27,6) 43 (17,6)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dari Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa usia paling sering untuk stroke iskemik adalah lansia akhir yaitu 133 pasien (34,0%), dilanjutkan dengan manula sebanyak 108 pasien (27,6%), kemudian lansia awal sebanyak 94 pasien (24,0%), dewasa akhir adalah 38 pasien (9,7%), dewasa muda sebanyak 14 pasien (3,6%), dan yang paling sedikit adalah remaja akhir sebanyak 4 pasien (1,0%). Sedangkan usia stroke hemoragik paling banyak adalah lansia awal yaitu 86 pasien (35,1%), diikuti dengan lansia akhir sebanyak 77 pasien (31,4%), kemudian manula yaitu 43 pasien (17,6%), dilanjutkan dengan dewasa akhir sebanyak 29 pasien (11,8%), kemudian dewasa muda sebanyak 8 pasien (3,3%),dan yang paling sedikit adalah remaja akhir sebanyak 2 pasien


(23)

(0,8%).Didapati nilai p=0,016, ini menunjukkan bahwa ada perbedaan usia antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik yang tidak signifikan.

5.1.2.3. Deskripsi Karakteristik Jenis Kelamin Stroke

Dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling banyakdi RSUP. H. Adam Malik adalah laki – laki dengan dengan jumlah 337 pasien (53,0%) sedangkan jenis kelamin perempuan didapati sebanyak 299 pasien (47,0%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Jenis Kelamin Perempuan 192 (49,1) 107 (43,7%) 0,182 Laki - laki 199 (50,9) 138 (56,3)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dari Tabel 5.2. didapati jenis kelamin paling banyak untuk stroke iskemik adalah perempuan yaitu 192 pasien (49,1%) dan yang paling sedikit adalah laki – laki yaitu 199 pasien (50,9%). Sedangkan jenis kelamin paling banyak untuk stroke hemoragik adalah laki – laki yaitu 138 pasien (56,3%) dan yang paling sedikit adalah perempuan yaitu 107 pasien (43,7%).Didapati nilai p=0,182, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan jenis kelamin antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik dan tidak signifikan.

5.1.2.4. Deskripsi Karakteristik Pekerjaan Stroke

Didapati pekerjaan paling banyak pada penderita strokedi RSUP. H. Adam Malik adalah wiraswasta yaitu sebanyak 180 pasien (28,3%), dilanjutkan dengan ibu rumah tangga sebanyak 165 pasien (25,9%), kemudian lain – lain yaitu 148 pasien (23,3%), pensiun sebanyak 73 pasien (11,5%), dan yang paling sedikit adalah PNS yaitu 70 pasien (11,0%).


(24)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Pekerjaan PNS 47 (12,0) 23 (9,4) 0,101

Wiraswasta 104 (26,6) 76 (31,0) Pensiun 52 (13,3) 21 (8,6)

IRT 106 (27,1) 59 (24,1) Lain - lain 82 (21,0) 66 (26,9)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa pekerjaan paling sering untuk stroke iskemik adalah IRT yaitu 106 pasien (27,1%), dilanjutkan dengan wiraswasta sebanyak 104 pasien (26,6%), kemudian lain -lain sebanyak 82 pasien (21,0%), pensiun adalah 52 pasien (13,3%), dan yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 47 pasien (12,0%). Sedangkan pekerjaan stroke hemoragik paling banyak adalah wiraswasta yaitu 76 pasien (31,0%), diikuti dengan lain – lain sebanyak 66 pasien (26,9%), dilanjutkan dengan IRT sebanyak 59 pasien (24,1%), kemudian PNS sebanyak 23 pasien (9,4%), dan yang paling sedikit adalah pensiun yaitu 21 pasien (8,6%).Didapati nilai p=0,101, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pekerjaan antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik dan tidak signifikan.


(25)

5.1.2.5. Deskripsi Karakteristik Suku Bangsa Stroke

Didapati suku paling banyak pada penderita stroke di RSUP. H. Adam Malik adalah suku Batak yaitu 330 pasien (51,9%), diikuti dengan suku Jawa yaitu sebanyak 163 pasien (25,6%), kemudian suku Aceh yaitu 53 pasien (8,3%), suku Padang yaitu 45 pasien (7,1%), dan lain – lain adalah 45 pasien (7,1%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Suku Bangsa

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Suku Bangsa Batak 216 (55,2) 114 (46,5) 0,170 Jawa 96 (24,6) 67 (27,3)

Aceh 27 (6,9) 26 (10,6) Padang 24 (6,1) 21 (8,6) Lain-lain 28 (7,2) 17 (6,9)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dalam Tabel 5.4. dapat dilihat bahwasuku bangsa paling sering untuk stroke iskemik adalah suku Batak yaitu 216 pasien (55,2%), dilanjutkan dengan suku Jawa sebanyak 96 pasien (24,6%), kemudian lain -lain sebanyak 28 pasien (7,2%), suku Aceh adalah 27 pasien (6,9%), dan yang paling sedikit adalah suku Padang sebanyak 24 pasien (6,1%). Sedangkan suku bangsa stroke hemoragik paling banyak adalah suku Batak yaitu 114 pasien (46,5%), diikuti dengan suku Jawa sebanyak 67 pasien (27,3%), dilanjutkan dengan suku Aceh sebanyak 26 pasien (10,6%), kemudian suku Padang sebanyak 21pasien (8,6%), dan yang paling sedikit adalah lain - lain yaitu 17 pasien (6,9%).Didapati nilai p=0,170, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan suku bangsa antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik dan tidak signifikan.


(26)

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Klasifikasi dan Diagnosis Stroke

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Klasifikasi dan Diagnosa Stroke

Klasifikasi dan Diagnosa

Frekuensi Presentase

Iskemik 391 61,5

Hemoragik 245 38,5

Total 636 100

Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling banyak adalah stroke iskemik adalah 391 pasien (61,5%) dan stroke hemoragik adalah 245 pasien (38,5%).

5.1.4. Deskripsi Karakteristik Onset Stroke

Didapati onset stroke paling banyak di RSUP. H. Adam Malik adalah1 – 7 hari yaitu sebanyak 421 pasien (66,2%), dilanjutkan dengan 3 – 24 jam sebanyak 129 pasien (20,3%), kemudian < 3 jam yaitu 43 pasien (6,8%), 8 – 14 hari yaitu 37 pasien (5,8%), dan yang paling sedikit adalah >14 hari yaitu 6 pasien (0,9%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Onset Stroke

Iskemik Hemoragik

P Value

n (%) n (%)

Kelompok Onset

< 3 jam 7 (1,8) 36 (14,7) 0,001 3-24 jam 33 (8,4) 96 (39,2)

1-7 hari 311 (79,5) 110 (44,9) 8-14 hari 35 (9,0) 2 (0,8)

>14 hari 5 (1,3) 1 (0,4)


(27)

Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa untuk stroke iskemik onset yang paling banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1 – 7 hari yaitu 311 pasien (79,5%), kemudian 35 pasien (9,0%) setelah 8 – 14 hari, diikuti dengan 3 – 24 hari yaitu 33 pasien (8,4%), di bawah 3 jam yaitu 7 pasien (1,8%), dan yang paling sedikit adalah di atas 14 hari yaitu 5 pasien (1,3%). Kemudian untuk stroke hemoragik onset yang paling banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1-7 hari yaitu 110 pasein (44,9%), diikuti dengan 96 pasien (39,2%) setelah 3 – 24 jam, kemudian di atas 3 jam yaitu 36 pasien (14,7%), setelah 8 – 14 hari yaitu 2 pasien (0,8%), dan yang paling sedikit adalah di atas 14 hari yaitu 1 pasien (0,4%). Didapati nilai p=0,001, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara onset stroke iskemik dengan stroke hemoragik secara signifikan.

5.1.5. Deskripsi Karakteristik Gejala Klinis Stroke

Didapati gejala klinis stroke paling banyak di RSUP. H. Adam Malik adalah gejala hemiparese yaitu 450 pasien (40,6%), dilanjutkan dengan gejala gangguan kesadaran sebanyak 358 pasien (32,3%), kemudian gejala nyeri kepala sebanyak 182 pasien (16,4%), gejala kejang adalah 59 pasien (5,3%), gejala gangguan bicara sebanyak 57 pasien (5,1%), gejala gangguan pendengaran adalah 2 pasien (0,2%), kemudian yang paling sedikit adalah gejala gangguan penglihatan sebanyak 1 pasien (0,1%), dan tidak ada pasien yang mengalami gangguan sensitivitas dan gangguan keseimbangan.

Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa gejala klinis paling sering untuk stroke iskemik adalah hemiparese yaitu 297 pasien (51,8%), dilanjutkan dengan gejala gangguan kesadaran sebanyak 137 pasien (23,9%), kemudian gejala nyeri kepala sebanyak 70 pasien (12,2%), gejala gangguan bicara adalah 45 pasien (7,9%), gejala kejang sebanyak 23 pasien (4,0%), kemudian yang paling sedikit adalah gejala gangguan penglihatan sebanyak 1 pasien (0,2%), dan tidak ada pasien yang mengalami gangguan sensitivitas, gangguan keseimbangan, dan gangguan pendengaran. Sedangkan gejala klinis stroke hemoragik paling banyak adalah gejala gangguan kesadaran yaitu 221 pasien (41,2%), diikuti dengan


(28)

gejala hemiparese sebanyak 153 pasien (28,6%), dilanjutkan dengan gejala nyeri kepala sebanyak 112 pasien (20,9%), kemudian gejala kejang sebanyak 36 pasien (6,7%), gejala gangguan bicara yaitu 12 pasien (2,2%), dan yang paling sedikit adalah gejala gangguan pendengaran sebanyak 2 pasien (0,4%), sementara tidak ada pasien yang mengalami gejala gangguan sensitivitas, gangguan keseimbangan, dan gangguan penglihatan.Didapati nilai p=0,001, ini menunjukkan bahwa ada perbedaan gejala klinis antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik secara signifikan.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Gejala Klinis Stroke

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Gejala Klinis

Gangguan Kesadaran 137 (23,9) 221 (41,2) 0,001 Hemiparese 297 (51,8) 153 (28,6)

Gangguan Bicara 45 (7,9) 12 (2,2) Nyeri Kepala 70 (12,2) 112 (20,9)

Kejang 23 (4,0) 36 (6,7) Gangguan Sensitivitas 0 (0) 0 (0) Gangguan Keseimbangan 0 (0) 0 (0) Gangguan Penglihatan 1 (0,2) 0 (0) Gangguan Pendengaran 0 (0) 2 (0,4)


(29)

5.1.6. Deskripsi Karakteristik Faktor Resiko Stroke

Didapati faktor resiko stroke paling banyak di RSUP. H. Adam Malik adalah hipertensi yaitu 356 pasien (53,6%), dilanjutkan dengan diabetes melitus sebanyak 106 pasien (16,0%), kemudian gaya hidup sebanyak 90 pasien (13,6%), dislipidemia adalah 70 pasien (10,5%), kemudian yang paling sedikit adalah penyakit jantung yaitu 42 pasien (6,3%), dan tidak ada yang mengalami obesitas.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Faktor ResikoStroke

Iskemik Hemoragik

P Value

n (%) n (%)

Faktor Resiko

Hipertensi 172 (56,9) 184 (50,8) 0,001 Diabetes Melitus 41 (13,6) 65 (18,0)

Penyakit Jantung 34 (11,2) 8 (2,2) Dislipidemia 18 (6,0) 52 (14,4)

Obesitas 0 (0) 0 (0)

Gaya Hidup 37 (12,3) 53 (14,6)

Total 302 (100) 362 (100) 664 (100)

Dari Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa faktor resiko stroke iskemik yang paling banyak dialami adalah hipertensi yaitu 172 pasien (56,9%), diikuti dengan diabetes melitus yaitu sebanyak 41 pasien (13,6%), gaya hidup sebanyak 37 pasien (12,3%), penyakit jantung sebanyak 34 pasien (11,2%),kemudian yang paling sedikit adalah dislipidemia sebanyak 18 pasien (6,0%), dan tidak ada yang mengalami obesitas. Sementara faktor resiko stroke hemoragik paling banyak adalah hipertensi yaitu 184 pasien (50,8%), diikuti dengan diabetes melitus yaitu 65 pasien (18,0%), gaya hidup sebanyak 53 pasien (14,6%), kemudian dislipidemia sebanyak 52 pasien (14,4%), kemudian yang paling sedikit adalah penyakit jantung yaitu 8 pasien (2,2%), dan tidak ada yang


(30)

mengalami obesitas.Didapati nilai p=0,001, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan faktor resiko antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik secara signifikan.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pembahasan Angka Kejadian

Pada penelitian ini didapati jumlah sampel penderita stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 adalah sebanyak 636 pasien yang diambil dari 636 rekam medis. Menurut penelitian Fauziah I (2013), terdapat 117 pasien tahun 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan. Pada tahun 2010 terdapat 84 orang subjek penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan (Qadrina S, 2011).

5.2.2. PembahasanDemografi Sampel

Pada penelitian ini ditemukan usia paling banyak pada penderita stroke adalah lansia akhir (33,0%), diikuti dengan lansia awal (28,3%), kemudian manula (23,7%), dewasa akhir(10,5%), dewasa muda (3,5%), dan yang paling sedikit adalah remaja akhir (0,9%).Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari (2010) yang mendapatkan bahwa persentasi kelompok umur > 55 tahun(67,5%), lebih banyak menderita strokedibandingkan dengan kelompok umur 40-55 tahun(32,5%). Menurut Kristiyawati (2009), peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan umur berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak.Menurut Gofir (2009), bertambahnya usia mulai 55 tahun akan diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang terus meningkat sampai usia 80 tahun yang kemudian akan cenderung turun. Keadaan ini terjadi akibat perubahan struktural jantung dan pembuluh darah yang menua. Kekakuan dinding pembuluh darah aorta menyebabkan berkurangnya kemampuan pembuluh darah


(31)

dalam melaksanakan fungsinya. Sehingga pada penderita stroke dengan usia >60 tahun lebih besar risiko untuk terjadinya stroke ulang.

Dari hasil penelitian ini, didapati jenis kelamin pasien stroke tahun 2014 di RSUP H. Adam Malik Medan yang paling banyak adalahlaki – laki(53%) dan yang paling sedikit adalah perempuan (47%). Pada penelitian lain juga ditemukan bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden lebih banyak berjenis kelamin laki – laki(54,4%) (Purwaningtiyas, 2014). Sama halnya dengan penelitian oleh Burhanuddin (2013), menunjukkan bahwa pasien stroke yang berjenis kelamin laki-laki(54,3%) lebih banyak daripada perempuan(45,7%). Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2011) menyatakan bahwa berdasarkan hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dan faktor risiko stroke, wanita lebih sering mengalami hiperkolesterolemia dan kejadian stroke sebelumnya. Kejadian stroke pada perempuan juga dikatakan meningkat pada usia pasca menopause, karena sebelum menopause wanita dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006).

Didapati bahwa pekerjaan terbanyak pasien stroke tahun 2014 di RSUP H. Adam Malik Medan yang didiagnosa stroke adalah wiraswasta (28,3%), dilanjutkan dengan ibu rumah tangga (25,9%), kemudian lain – lain (23,3%), pensiun (11,5%), dan yang paling sedikit adalah PNS (11,0%).Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Purwaningtiyas (2014) bahwa berdasarkan jenis pekerjaan, mayoritas jenis pekerjaan responden adalah wiraswasta(43,8%).

Penelitian ini mendapatkan suku pasien stroke tahun 2014 di RSUP H. Adam Malik Medan terbanyak adalah suku Batak (51,9%), diikuti dengan suku Jawa (25,6%), kemudian suku Aceh (8,3%), suku Padang (7,1%), dan lain – lain (7,1%).Hal ini mungkin dikarenakan tempat penelitian dilaksanakan di Kota Medan yang dominan suku Batak. Selain itu, hal ini mungkin juga dapat terjadi karena suku Batak lebih sering mengkonsumsi daging dan lemak dibandingkan suku lainnya.


(32)

5.2.3. Pembahasan Klasifikasi dan Diagnosa Sampel

Pada penelitian ini didapati lebih banyak pasien stroke mengalami stroke iskemik (61,5%) daripada stroke hemoragik (38,5%). Menurut Davenport dan Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, di Indonesia kejadian stroke iskemik lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Dari studi rumah sakit yang dilakukan di Medan pada tahun 2001, yang tidak sempat dipublikasi, ternyata pada 12 rumah sakit di Medan pada tahun 2001, dirawat 1263 kasus stroke terdiri dari 821 (65%) stroke iskemik dan 442 (35%) stroke hemoragik, di mana meninggal 201 orang (15,91%) terdiri dari 98 (11,93%) stroke iskemik dan 103 (23,30%) stroke hemoragik (Nasution, 2007).

5.2.4. Pembahasan Onset sampel

Pada penelitian ini didapati waktu kedatangan pasien ke rumah sakit terbanyak adalah setelah 1 – 7 hari (66,2%). Sedangkan penelitian lain mengatakan bahwa 51,9% data sampai di rumah sakit dalam waktu 6 jam (Fang J, 2011). Pasien yang menderita stroke 63% sampai di rumah sakit dalam 12 jam, 76% dalam 24 jam, dan 85% dalam 48 jam. Variasi waktu sampainya pasien ke rumah sakit bergantung dari jenis stroke tersebut. Pasien dengan perdarahan intraserebral cenderung sampai lebih cepat daripada infark serebral (Kay R, 1992). Hal ini mungkin juga terjadi karena masalah transportasi pasien atau karena ketidakpahaman keluarga.

5.2.5. Pembahasa Gejala Klinis Sampel

Gejala klinis terbanyak yang ditemukan dalam penelitian ini adalah hemiparese (40,6%). Hal ini mungkin terjadi dikarenakan lokasi lesi yang berbeda.Menurut penelitian Fauziah (2014), berdasarkan status rawatan keluhan


(33)

sejalan dengan penelitian Sinaga (2010), bahwa gejala klinis paling banyak adalah hemiparese sinistra (46,3%).

5.2.6. Pembahasan Faktor Resiko Sampel

Pada penelitian ini, responden yang mengalami hipertensi merupakan faktor resiko terbanyak (53,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian Mundiartasari (2014) yang mengatakan bahwa berdasarkan tabel 4, penderita stroke paling banyak mempunyai faktor risiko hipertensi yaitu sebanyak 12 orang (66,7%). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmanto (2014) bahwa hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya stroke, yakni penderita hipertensi mempunyai risiko mengalami stroke 4,59 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami hipertensi.

Menurut Lahano dkk (2014), sebagian besar pasien di Pakistan dengan stroke memiliki penyakit komorbiditas seperti hipertensi, diabetes melitus, rokok, dislipidemia, dan obesitas. Dalam penelitian ini, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko untuk stroke iskemik yang lebih dari stroke hemoragik. Namun hipertensi lebih sering terlihat dalam penanganan pasien yang mengalami iskemik. Bagaimanapun hipertensi merupakan faktor risiko tersering pada stroke iskemik tetapi hasilnya tidak mencapau nilai yang signifikan.

Hipertensi tidak terkontrol meningkatkan proses atherosklerosis yang dapat menyebabkan pendarahan maupun infark otak. Selain itu hipertensi tidakter kontrol menyebabkan gangguan autoregulasi pembuluh darah otak sehingga pada tekanan darah yang sama aliran darah ke otak pada penderita hipertensi sudah berkurang dibandingkan penderita normotensi (Junaidi, 2010).

Diabetes Melitus merupakan risiko mayor pada stroke dan berhubungan dengan meningkatnya angka morbiditas. Walaupun hubungan erat antara DM dan penyakit vaskular belum dimengerti secara jelas, hilangnya peranan pengubahan pengaturan dari endotel dapat dilibatkan dalam patogenesis komplikasi vaskular pada DM. Patogenesis ini tampaknya berhubungan dengan


(34)

beban glikasi (glucosetoxicity) dan oksidasi berlebihan, gangguan fungsi endotel, kegagalan fibrinolisis, dan resistensi insulin selanjutnya diikuti dengan komplikasi makrivaskular. Pada DM yang lama juga akan terjadi ketidakseimbangan antara faktor vasodilator, mediator trombolik dan fibrinolitik, serta bahan-bahan penghambat dan perangsang pertumbuhan yang berkaitan dengan penurunan produksi pelepasan dan atau aktifasi Nitrit Oksida (NO) yang pada akhirnya berakumulasi membentuk aterosklerosis (Basjiruddin, 2009).

Kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner, yaitu terjadinya penebalan dari dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya menganggu aliran darah ke otot jantung. Gangguan aliran darah ke otot jantung ini dapat menyebabkan kerusakan otot jantung. Penyakit jantung disebabkan oleh penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri. Penyempitan ini disebabkan oleh penumpukan zat-zat lemak dan kolesterol (Wijayakusuma, 2003). Kecenderungan untuk timbulnya trombus (gumpalan darah) dalam jantung yang kemudian ikut sirkulasi darah ke dalam otak, mungkin dialami pasien yang menderita penyakit jantung setelah menderita demam rematik. Hal ini terjadi, terutama bila ritme jantung menunjukkan adanya kelainan. Mereka yang pernah merasakan gejala jantung berdebar-debar (palpitasi), atau ketika denyut nadinya tidak teratur (random), harus segera menjalani pemeriksaan lebih lanjut yang menyeluruh, karena kondisi semacam ini juga merupakan salah satu risiko yang memicu terjadinya serangan stroke (Margatan, 1997).

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kenaikan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

Lipoprotein (LDL), trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) (Jellinger dkk, 2012).


(35)

Obesitas dan stroke adalah dua masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh dunia, obesitas dan khususnya obesitas abdomen berperan utama dalam patogenesis beberapa metabolik, jantung dan gangguan medis serebrovaskular (Hussein dkk, 2012). Jaringan adiposa tidak lagi dilihat sebagai sebuah repositori pasif untuk penyimpanan triasilgliserol dan menjadi sumber asam lemak bebas (Free Fatty Acids / FFAs). Pre-adiposit berkembang menjadi adiposit matur. Adiposit matur merupakan organ parakin dan endokrin aktif yang mensekresi sejumlah mediator untuk proses metabolisme. Jaringan adiposa diakui sebagai sumber yang kaya mediator proinflamasi yang dapat langsung menyebabkan cedera atau injuri vaskular, resistensi insulin dan aterogenesis (Smith dan Minson, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Shah dan Cole (2010) yang dilakukan pada seluruh etnis dan populasi menunjukkan sebuah hubungan yang kuat antara merokok dan resiko stroke. Dimana perokok memiliki setidaknya dua sampai empat kali lipat terjadi resiko stroke dibandingkan dengan bukan perokok atau individu yang telah berhenti merokok lebih dari 10 tahun sebelumnya. Dalam satu studi, resiko meningkat menjadi enam kali lipat pada individu dengan perokok pasif. Karboksihemoglobinemia, peningkatan agregasi trombosit, peningkatan kadar fibrinogen, berkurangnya kolesterol HDL, dan efek toksik langsung dari senyawa seperti 1,3-butadiena, dapat mempercepat aterosklerosis dalam hewan model. Paparan asap tembakau pada percobaan juga telah dikaitkan dengan perkembangan aterosklerosis yang diukur dengan ultrasound model B pada dinding arteri karotis, juga pada kerusakan awal arteri pada dilatasi endotelium arteri brakialis. Pada akhirnya, patogenesis terjadinya stroke meningkat pada populasi yang terpapar asap rokok disertai dengan proses arterogenesis.


(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Angka kejadian pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 adalah sebanyak 636 pasien.

2. Demografi penderita pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 paling banyak adalah lansia akhir (33,0%), jenis kelamin paling banyak adalah laki – laki (53,0%), jenis pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta (28,3%), dan suku terbanyak pada penelitian ini adalah suku Batak (51,9%).

3. Klasifikasi dan diagnosa pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 paling banyak adalah stroke iskemik (61,5%).

4. Onset kedatangan pasien stroke ke rumah sakit di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya tidak berbeda secara signifikan dengan p=0,001 yaitu paling banyak setelah 1 – 7 hari (79,5% dan 44,9%).

5. Gejala klinis pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya berbeda secara signifikan dengan p=0,001 dimana pada stroke iskemik paling banyak adalah gejala hemiparese (51,8%), sedangkan pada stroke hemoragik adalah gejala gangguan kesadaran (41,2%).

6. Faktor resiko stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya tidak berbeda secara signifikan dengan p=0,001 yaitu paling banyak hipertensi (56,9%) dan (50,8%).


(37)

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran yaitu :

1. Bagi masyarakat, agar dapat lebih mengenal stroke dan diharapkan untuk membawa pasien stroke ke rumah sakit secepatnya agar diberikan pengobatan untuk hasil yang optimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian dengan skala yang lebih besar yang berhubungan dengan stroke.

3. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan agar dapat berkomunikasi dan melakukan penyuluhan yang lebih baik lagi agar masyarakat dapat mengubah pola pikir mereka bahwa pengobatan yang lebih cepat akan lebih bermanfaat.


(38)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Stroke 2.1.1. Definisi

Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut disebabkan oleh iskemik atau perdarahan berlangsung 24 jam atau meninggal, tapi tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan (Sacco dkk, 2013).

Stroke iskemik adalah episode disfungsi neurologis disebabkan infark fokal serebral, spinal, dan infark retinal. Dimana infark susunan saraf pusat adalah kematian sel pada otak, medulla spinalis, atau sel retina akibat iskemia, berdasarkan:

1. Patologi, imaging atau bukti objektif dari injuri fokal iskemik pada serebral, medulla spinalis atau retina pada suatu distribusi vaskular tertentu.

2. Atau bukti klinis dari injuri fokal iskemik pada serebral, medulla spinalis atau retina berdasarkan simptom yang bertahan ≥ 24 jamatau meninggal dan etiologis lainnya telah di eksklusikan (Sacco dkk, 2013).

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis yang berkembang dengan cepat yang disebabkan oleh perdarahan di parenkim otak, atau sistem ventrikel yang tidak disebabkan oleh trauma (Sacco dkk, 2013).


(39)

2.1.2. Epidemiologi

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan serta merupakan satu dari tiga penyebab terbesar kematian di Amerika Serikat, termasuk di banyak negara lainnya di dunia, setelah penyakit jantung dan

kanker. Hampir 3⁄4 juta individu di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut sebanyak 150.000 orang (90.000 wanita dan 60.000 pria) meninggal akibat stroke. Sekitar 1,5 juta penduduk di Cina meninggal setiap tahunnya akibat stroke (Ali dkk, 2007; Sacco dkk, 2000; Caplan, 2009).

Insiden stroke bervariasi di berbagai negara Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 100.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, dengan 4,8 juta penderita yang bertahan hidup (Goldstein dkk, 2006). Di antara penduduk asli Amerika, Indian / Alaska yang berumur diatas usia 18 tahun, 5,1% mengalami stroke. Diantara orang Amerika yang berkulit hitam atau Afrika angkanya 3,2%, pada mereka yang berkulit putih 2,5% dan pada orang-orang Asia 2,4% (Rosamond dkk, 2007).

Prevalensi silent infark serebri diantara umur 55-64 tahun kira-kira 11%. Prevalensi ini meningkat menjadi 22% diantara umur 65-69 tahun, 28% diantara umur 70-74 tahun, 32% diantara umur 75-79 tahun, 40% diantara umur 80-85 tahun dan 43% pada umur diatas 85 tahun. Bila angka ini digunakan pada tahun 1998 pada perkiraan populasi di Amerika maka diperkirakan 13 juta penduduk mengalami silent stroke (Rosamond dkk, 2007).

Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia dan terjadi lebih banyak pada wanita usia muda tetapi tidak pada usia yang lebih tua (Misbach, 1999).


(40)

Perbandingan insiden pria dan wanita pada umur 55-64 tahun adalah 1,25; pada umur 65-74 tahun adalah 1,50; 75-84 tahun adalah 1,07; dan pada umur ≥85 tahun adalah 0,76 (Rosamond dkk, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Machfoed di beberapa rumah sakit di Surabaya diperoleh data bahwa dari 1.397 pasien yang didiagnosa dengan stroke, 808 pria dan 589 wanita. Sebanyak 1001 (71,73%) pasien adalah stroke iskemik dan 396 (28,27%) adalah stroke hemoragik. Umur rata-rata untuk semua pasien stroke adalah 76,43 tahun dengan umur rata-rata untuk pasien stroke iskemik 77,43 tahun dan 75,21 tahun untuk stroke hemoragik (Machfoed, 2003).

2.1.3. Klasifikasi

Dasar klasifikasi yang berbeda-beda diperlukan, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, pencegahan, dan prognosis yang berbeda, walaupun patogenesisnya sama (Misbach, 1999).

1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya: a. Stroke Iskemik

i. Transient Ischemic Attack (TIA) ii. Thrombosis serebri

iii. Emboli serebri b. Stroke Hemoragik

i. Perdarahan intraserebral ii. Perdarahan subarachnoid


(41)

2. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu: a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Stroke in evolution c. Completed stroke

3. Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah: a. Sistem karotis

b. Sistem vetebrobasiler

4. Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu: a. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)

b. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

c. Lacunar Infarct (LACI)

d. Posterior Circulation Infarct (POCI)

2.1.4. Patofisiologi

1. Stroke Iskemik

Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur pendukungnya (Misbach, 2007).

Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan tingkat iskemik terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik, terdapat daerah penumbra iskemik. Sel-sel otak jaringan pendukungnya belum mati, akan tetapi


(42)

sangat berkurang fungsi-fungsinya dan menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat iskemiknya makin keperifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral. Daerah penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi agar dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali (Misbach, 2007).

2. Stroke Hemoragik

Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100-400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid, serta timbulnya aneurisme tipe

Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang

tiba-tiba menyebabkan rupturnya arteri penetrating yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriol dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2009).

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Caplan, 2009).


(43)

2.1.5. Faktor Resiko

Faktor resiko stroke menurut Sofwan (2010) dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko yang dapat dimodifikasi seperti gaya hidup dan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin dan kecenderungan genetik,. Faktor resiko yang terpenting adalah :

1. Hipertensi (Tekanan darah tinggi).

Tekanan darah yang meningkat terus secara perlahan akan merusak dinding pembuluh darah dengan memperkeras arteri dan mendorong terbentuknya bekuan darah dan aneurisme, yang pada akhirnya akan menyebabkan stroke, terutama pada orang berusia di atas 45 tahun.

2. Diabetes melitus (Kencing manis).

Diabetes menyebabkan perubahan pada sistem pembuluh darah, dan berperan dalam proses aterosklerosis yang pada akhirnya akan menyebabkan stroke. Pada orang dengan diabetes, darah menjadi lebih kental dan beban pada dinding pembuluh darah menjadi lebih besar sehingga dikhawatirkan lebih mudah tersumbat (terutama di pembuluh darah yang kecil seperti di otak dan jantung)

3. Penyakit jantung.

Pada orang yang menderita penyakit jantung (misalnya kelainan pada katup jantung) oleh karena fungsi jantung yang terganggu, akan timbul embolus/gumpalan darah. Embolus tersebut akan berjalan mengikuti peredaran hingga keotak, dan menyumbat


(44)

karena ukuran diameter pembuluh darah di otak sangat kecil, sehingga terjadilah stroke iskemik.

4. Kegemukan (Obesitas).

Berat badan dan indeks massa tubuh berhubungan erat dengan tekanan darah. Distribusi lemak pada tubuh juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan hipertensi, yang pada akhirnya juga bisa memicu stroke.

5. Kebiasaan merokok.

Merokok bukan hanya merupakan faktor risiko stroke, melainkan juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan penyakit-penyakit lainnya. Seperti diketahui asap rokok mengandung banyak zat kimia seperti tar, nikotin, karbonmonoksida. Merokok menyebabkan aliran darah di dalam tubuh menjadi lebih lambat, menyebabkan darah lebih mudah menggumpal, dan mendorong terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah otak, jantung dan tungkai.

6. Kebiasaan makan makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

Kolesterol berlebih dalam darah, yang disebut hiperlipidemia, merupakan faktor risiko tidak langsung dari stroke.Karena kolesterol yang berlebihan dalam darah ini tidak langsung menyebabkan stroke, tetapi lebih pada meningkatnya risiko pembentukan plak aterosklerosis pada pembuluh darah. Seperti diketahui, plak aterosklerosis ini bertanggung jawab pada proses terjadinya stroke karena sumbatan (stroke iskemik).


(45)

7. Gangguan hemostasis (Von Willebrand Disease).

Kelainan kualitatif atau kuantitatif protein VWF (Von Willebrand

Factor) menyebabkan penyakit Von Willebrandyang merupakan

penyakit gangguan perdarahan yang menurun, ditandai oleh pembentukan trombus di arteriol dan kapiler. Kurangnya VWF sangat memicu stroke iskemik (Bender, 2012).

2.1.6. Gejala Klinis

Tabel 2.1. Perbedaan gejala stroke hemoragik dan stroke iskemik

Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Iskemik

PIS PSA

Gelaja defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan SIS (Stroke Impact

Scale) sebelumnya

Amat jarang - + / biasa

Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari) Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak ada Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kecuali lesi

di batang otak

Hipertensi Hampir

selalu

Biasanya tidak

Sering kali Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang

sebentar

Dapat hilang

Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada

permulaan

Tidak ada Hemiparesis Sering sejak

awal

Tidak ada Sring dari awal Deviasi mata Bisa ada Tidak ada Mungkin ada

Gangguan bicara Sering Jarang Sering

Likuor Dering

berdarah

Selalu berdarah

Jernih Perdarahan Subhialoid Tidak ada Bisa ada Tidak ada Paresis/gangguan N III - Mungkin ada -


(46)

Menurut Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai pada salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh, dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

2.1.7. Diagnosis

Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999 mengemukakan bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Bustan, 2000; Arif, 2000; Wibowo, 2001).

1. Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang mengerti tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui riwayat perjalanan penyakit, misalnya waktu kejadian, penyakit lain yang diderita, faktor-faktor risiko yang menyertai stroke.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum (yaitu pemeriksaan tingkat kesadaran, tekanan darah, denyut nadi, suhu, anemia, paru dan jantung), pemeriksaan


(47)

3. Pemeriksaan Penunjang

Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk membedakan antara stroke hemoragik dan stroke iskemik diantaranya : Computerized Tomography scanning (CT Scan), Cerebral angiografi, Elektroensefalografi (EEG), Magnetic

Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG), pemeriksaan laboratorium dan lainnya.

2.1.8. Penatalaksanaan

Harsono (2000) membedakan penatalaksanan stroke ke dalam tahap akut dan paska tahap akut, yang meliputi :

1. Tahap akut (hari ke 0 – 14 setelah onset penyakit)

Pada tahap akut ini sasaran pengobatan yaitu menyelamatkan neuron yang cedera agar tidak terjadi nekrosis, serta agar proses patologis lainnya yang menyertai tidak mengganggu / mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah keotak adekuat dengan pemeliharaan beberapa fungsi diantaranya respirasi yang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing. Fungsi jantung harus tetap dipertahankan, bila perlu lakukan pemantauan jantung dengan EKG. Tekanan darah juga harus tetap dipertahankan pada tingkat yang optimal agar tidak menurunkan perfusi otak. Kadar gula darah yang tinggi pada tahap akut, tidak diturunkan dengan drastis.


(48)

penurunan kesadaran, maka keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa darah harus dipantau dengan ketat. Penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan aliran darah dan metabolisme otak diantaranya adalah obat-obatan anti edema seperti gliserol 10% dan kortikosteroid. Selain itu pada stroke iskemik digunakan obat anti agregasi trombosit dan antikoagulansia.Untuk stroke hemorragik, pengobatan perdarahan otak ditujukan untuk hemostasis.

2. Tahap paska akut / tahap rehabilitasi

Setelah tahap akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan pada tindakan rehabilitasi penderita dan pencegahan terjadinya stroke berulang. Rehabilitasi yang dilakukan bertujuan untuk pemulihan keadaan dan mengurangi derajat ketidakmampuan. Ini dilakukan dengan pendekatan memulihkan keterampilan lama, untuk anggota tubuh yang lumpuh, memperkenalkan sekaligus melatih keterampilan baru untuk anggota tubuh yang tidak mengalami kelumpuhan, memperoleh kembali hal – hal atau kapasitas yang telah hilang dan diluar kelumpuhan, serta mempengaruhi sikap penderita, keluarga dan therapeutic team. Menurut Donnan et all (2007), ada 4 penatalaksanaan fase akut untuk memperbaiki prognosis penderita stroke yakni perawatan pada stroke unit, pemberian aspirin, hemicraniektomi, dan penggunaan trombolisis. Agen trombolitik menunjukkan peran yang utama dalam penatalaksanaan stroke. Trombolitik digunakan untuk memicu tingkat rekanalisasi endogen sehingga terjadi reperfusi jaringan. Diantara agen trombolitik tissue plasminogen activator (tPA) 0,9 mg/kgBB intravena yang paling banyak digunakan untuk trombolisis.


(49)

Satu-satunya obat yang diakui FDA sebagai standar ini adalah r-TPA (recombinant-Tissue Plasminogen Activator) yang diberikan pada penderita stroke iskemik akut dengan syarat-syarat tertentu baik intravena maupun intra arterial sebelum kurang dari 3 jam setelah awitan (onset) stroke. Diharapkan dengan pengobatan ini, terjadi penghancuran trombus dan reperfusi jaringan otak dan perubahan ireversibel pada otak yag terkena, terutama daerah penumbra (Misbach, 2011).

Berdasarkan Guideline Stroke PERDOSSI 2007, syarat pemberian tPA adalah hanya diberikan pada 3 jam pertama sejak serangan, tidak ada tanda perdarahan pada CT scan, tidak ada serangan stroke maupun trauma pada 3 bulan terakhir dan tekanan darah sistolik < 185 mmHg sedangkan menurut The European Cooperative Acute

Stroke Study (ECASS) III trial tahun 2008, penggunaan trombolitik

dalam 4,5 jam masih bermanfaat dan aman. Namun studi meta analisis terhadap tPA, penggunaan tPA ada 90 menit pertama dua kali lebih bermanfaat dibandingkan pada 3 jam pertama sejak serangan. Penggunaan tPA bukan tanpa risiko. Perdarahan, angioedema, dan

sistemic embolism dilaporkan menjadi risiko dari penggunaan tPA.

Penanganan stroke hemoragik dapat bersifat medik atau bedah tergantung keadaan dan syarat yang diperlukan untuk masing-masing jenis terapi. Penanganan medik fase akut dilakukan pada penderita stroke hemoragik dengan menurunkan tekanan darah sistemik yang tinggi dengan obat-obat anti hipertensi yang biasanya kerja cepat untuk mecapai tekanan darah pre morbid atau diturunkan kira-kira 20% dari tekanan darah waktu masuk rumah sakit. Jika keadaan penderita cukup berat karena peninggian tekanan intrakranial (TIK) yang drisertai dengan deteriorasi intubasi, hiperventilasi terkontrol dan pemantauan diuresis. Untuk perawatan ini mungkin memerlukan perawatan ICU (Misbach, 2011).


(50)

2.1.9. Prognosis

Proses pemulihan setelah stroke dibedakan atas pemulihan neurologis (fungsi saraf otak) dan pemulihan fungsional (kemampuan melakukan aktivitas fungsional). Pemulihan neurologis terjadi awal setelah stroke. Mekanisme yang mendasari adalah pulihnya fungsi sel otak pada area penumbra yang berada di sekitar area infark yang sesungguhnya, pulihnya diaschisis dan atau terbukanya kembali sirkuit saraf yang sebelumnya tertutup atau tidak digunakan lagi. Kemampuan fungsional pulih sejalan dengan pemulihan neurologis yang terjadi (Wirawan, 2009).

Setelah lesi otak menetap, pemulihan fungsional masih dapat terus terjadi sampai batas-batas tertentu terutama dalam 3-6 bulan pertama setelah stroke. Hal itulah yang menjadi fokus utama rehabilitasi medis, yaitu untuk mengembalikan kemandirian pasien mencapai kemampuan fungsional yang optimal (Wirawan, 2009).

Resolusi diaschisis telah juga dikemukakan sebagai suatu mekanisme potensial pemulihan. Terminologi diaschisis dikemukakan oleh Von Monakow (1996) sebagai konsep bahwa kerusakan pada satu area otak dapat membuat tidak hanya efek lokal tetapi juga efek pada daerah otak yang berjauhan yang dihubungkan dengan fungsi akibat lesi primernya.

Kusumoputro S (1995) mengartikan plastisitas sebagai kemampuan struktur otak dan fungsi yang terkait untuk tetap berkembang karena adanya suatu stimulus. Stimulasi sensoris mengubah struktur dan fungsi bagian otak tertentu. Dengan stimulasi lingkungan tersebut terjadi pertumbuhan jaringan dendrit sel dan terjadilah koneksi antar sel neuron yang lebih banyak.


(51)

Dahulu dianggap bahwa plastisitas otak hanya terjadi pada masa perkembangan otak anak. Sejak tahun 1974 Creschwind mengajukan bahwa otak dewasa dapat terjadi plastisitas otak. Otak dewasa yang mengalami kelainan dapat pulih dalam waktu tertentu. Perubahan plastisitas mungkin melibatkan perubahan fungsi dan struktur pada jaringan neuron, beberapa terjadi secara cepat (dalam beberapa menit atau jam) dan plastisitas jangka panjang menunjukan keterlibatan ekspresi gen dan perubahan morfologi neuron (Gusev, 2003).

Penyelidikan pada Cornell Medical Center New York menunjukkan bahwa dari 107 pasien, kesembuhan (dalam arti masih dapat hidup mandiri) terbanyak pada usia antara 51 dan 70 tahun. Di atas rentang usia tersebut (71-80 tahun) dan di bawahnya (40 sampai dengan 50 tahun kesembuhan lebih sedikit. Angka kematian 21%, 15% terjadi dalam bulan pertama, 19% setelah 3 bulan (Widiastuti, 2000).

Pengobatan terjadi baik pada mortalitas dan morbiditas. Dari tahun 1965 sampai tahun 1974 penurunan angka kematian karena stroke 2,4% perahun. Selama 5 tahun berikutnya lebih menurun lagi, sampai 5,9% per tahun (Widiastuti, 2000).

Indsidens dan mortalitas dapat berbeda dari negara yang satu dengan yang lain: ini dapat oleh karena diagnosis yang tidak akurat, utamanya diagnosis ke dalam subtipe, dan pola pelaporan yang berbeda. Harus diingat kemungkinan adanya perubahan subtipe Cerebrovascular

Disease (CVD), dan adanya pergeseran rata-rata usia penderita dengan


(52)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Stroke menurut World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (The National Collaborating Centre for Chronic Conditions, 2008). Literatur lain menyebutkan bahwa stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat berupa neurologis vokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, semata-mata disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Stroke juga didefinisikan sebagai suatu episode disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh iskemik atau perdarahan yang berlangsung 24 jam atau meninggal, tetapi tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan (Sacco et al, 2003).

Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per 1000 dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per 1000. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (Riskesdas, 2013).

Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per1000.


(53)

Prevalensi Stroke berdasarkan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per1000. Terjadi peningkatan prevalensi stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan gejala) di mana meningkat dari 8,3 per1000 tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis tenaga kesehatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur.Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke yang terdiagnosis tenaga kesehatan maupun berdasarkan diagnosis atau gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan (Riskesdas 2013).

Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih dari 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Yastroki, 2012).

Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke, dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada suatu saat sekitar 5,8 juta orang di Amerika Serikat akan mengalami stroke, yang mengakibatkan biaya kesehatan berkenaan dengan stroke mendekati 70 miliar dolar per tahun. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke. Selain itu, 11% orang Amerika berusia 55-64 tahun mengalami infark serebral


(54)

silent; prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan 43%

pada usia 85 tahun (Medicastore, 2011).

Stroke secara luas diklasifikasikan ke dalam stroke iskemik dan hemoragik (Goldszmith, 2013). Dimana onset kedatangan pasien ke rumah sakit pada stroke hemoragik dapat terjadi dalam hitungan menit atau jam, sedangkan pada stroke iskemik terjadi lebih lama yaitu dalam hitungan jam atau hari (Sidharta, 2000).

Faktor risiko stroke di antaranya adalah merokok, hipertensi, hiperlipidemia, fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, penyakit katup jantung, dan diabetes (Goldszmidt, 2013).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan selisih waktu onset kejadian dengan kedatangan pasien antara stroke iskemik dengan hemoragik ke IGD dan rawat inapRSUP H. Adam Malik tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan selisih waktu onset kejadian dengan kedatangan pasien antara stroke iskemik dengan hemoragik ke IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.


(55)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahuiangka kejadian pasien stroke diIGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

2. Mengetahui demografi penyakit strokedi IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

3. Mengetahuiperbedaan klasifikasi dan diagnosis penyakit stroke iskemik dengan hemoragik diIGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

4. Mengetahui perbedaan onset penyakit stroke iskemik dengan hemoragik diIGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

5. Mengetahuiperbedaan gejala klinis penyakit stroke iskemik dengan hemoragik diIGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

6. Mengetahui perbedaan faktor resiko penyakit stroke iskemik dengan hemoragik di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu untuk : 1. Diharapkan melalui penelitian ini, peneliti dapat mengetahui

lebih jauh tentang penyakit stroke serta upaya dalam pencegahannya.

2. Dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta diharapkan dapat menyebarluaskan mengenai penyakit stroke.

3. Memberikan pengetahuan dan informasi bagi masyarakat tentang bagaimana penyakit stroke sehingga dapat dibawa berobatlebih cepat untuk hasil yang lebih baik dan optimal.


(56)

Latar belakang: Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan waktu onset stroke iskemik dengan hemoragik dan angka kejadiannya di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.

Metode:Penelitian ini bersifat analitik dengan desain studi retrospektif. Sampel penelitian adalah semua pasien stroke yang di IGD dan rawat inap dari bulan Januari - Desember 2014, dengan mengobservasi semua data pada rekam medis dengan cara total sampling yang berjumlah 636 pasien.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh data sebanyak 636 pasien. Usia paling banyak penderita stroke adalah lansia akhir (>55-65 tahun) yaitu 33,0%. Penderita stroke berjenis kelamin laki – laki lebih banyak yaitu 53%. Pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta(28,3%). Suku bangsa paling banyak adalah suku Batak yaitu 51,9%. Penderita stroke yang didiagnosa stroke iskemik 61,5% dan stroke hemoragik 38,5%. Pasien stroke iskemik dan hemoragik paling banyak sampai di rumah sakit setelah 1–7 hari (51,8% dan 41,2%) dengan p=0,001. Gejala klinis stroke iskemik paling banyak ditemui adalah hemiparese (51,8%) dan hemoragik adalah gangguan kesadaran (41,2%) dengan p=0,001. Faktor resiko paling banyak ditemui untuk stroke iskemik dan hemoragik adalah hipertensi (56,9% dan 50,8%) dengan p=0,001.

Kesimpulan: Angka Kejadian stroke di RSUP H. Adam Malik tahun 2014 adalah 636 pasien. Klasifikasi dan diagnosa terbanyak yaitu stroke iskemik. Pasien stroke iskemik maupun hemoragik paling banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1–7 hari, gejala klinis stroke iskemik paling banyak ditemui adalah hemiparese dan hemoragik adalah gangguan kesadaran, dan faktor resiko terbanyak keduanya adalah hipertensi.

Kata Kunci: Stroke, Gangguan Peredaran Darah Otak, Hemiparese,


(57)

Background: Stroke is defined as a brain functional disorder that occurs suddenly with sign and clinical symptome both focal or global that lasted more than 24 hours, or can lead to death, caused by circulatory disorder of the brain. The aim of the study is to known the comparison of the onset between ischemic and hemorrhage stroke at RSUP H. Adam Malik Medan, 2014.

Method: The study is analytic with retrospective design. The samples of the study is all the in patients and out patients from January 2014 to December 2014, by observing the data from medical records using total sampling numbering 636 patients. The study is made from April to December 2015. Result: The result obtains 636 patients. The most prevalent age is the patient aged >55 – 65 (33.0%). The patients are 53% male. The most prevalent occupation of the patients is entrepreneur (28.3%). The most prevalent race is Bataknesse (51.9%). The patients are 61.5% diagnosed with ischemic stroke and 38.5% hemorrhage stroke. The fastest hospitalarrival for ischemic and hemorrhage stroke is 1 to 7 days (51.8% and 41.2%) with p=0,001 . The most prevalent clinical symptome for ischemic stroke is hemiparesis (51.8%) and hemorrhage stroke is consciousness disorder (41.2%) with p=0,001. The most prevalent risk factor for ischemic and hemorrhage stroke is hypertension (56.9% and 50.8%) with p=0.001.

Conclusions:The prevalence of stroke in Adam Malik Hospital year 2014 is 636 patients. The most prevalent of the classification is ischemic stroke. The fastest hospital arrival for ischemic and hemorrhage stroke is 1 to 7 days,the most prevalent clinical symptome for ischemic stroke is hemiparesis and for hemorrhage stroke is consciousness disorder, and the most prevalent risk factor is hypertension.

Keywords: Stroke, Brain Circulatory Disorder, Hemiparesis, Consciousness Disorder


(58)

DENGAN HEMORAGIK DI IGD DAN RAWAT INAP RSUP H.

ADAM MALIK TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

MORNA GRESELLA

120100340

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(59)

(60)

Latar belakang: Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan waktu onset stroke iskemik dengan hemoragik dan angka kejadiannya di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.

Metode:Penelitian ini bersifat analitik dengan desain studi retrospektif. Sampel penelitian adalah semua pasien stroke yang di IGD dan rawat inap dari bulan Januari - Desember 2014, dengan mengobservasi semua data pada rekam medis dengan cara total sampling yang berjumlah 636 pasien.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh data sebanyak 636 pasien. Usia paling banyak penderita stroke adalah lansia akhir (>55-65 tahun) yaitu 33,0%. Penderita stroke berjenis kelamin laki – laki lebih banyak yaitu 53%. Pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta(28,3%). Suku bangsa paling banyak adalah suku Batak yaitu 51,9%. Penderita stroke yang didiagnosa stroke iskemik 61,5% dan stroke hemoragik 38,5%. Pasien stroke iskemik dan hemoragik paling banyak sampai di rumah sakit setelah 1–7 hari (51,8% dan 41,2%) dengan p=0,001. Gejala klinis stroke iskemik paling banyak ditemui adalah hemiparese (51,8%) dan hemoragik adalah gangguan kesadaran (41,2%) dengan p=0,001. Faktor resiko paling banyak ditemui untuk stroke iskemik dan hemoragik adalah hipertensi (56,9% dan 50,8%) dengan p=0,001.

Kesimpulan: Angka Kejadian stroke di RSUP H. Adam Malik tahun 2014 adalah 636 pasien. Klasifikasi dan diagnosa terbanyak yaitu stroke iskemik. Pasien stroke iskemik maupun hemoragik paling banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1–7 hari, gejala klinis stroke iskemik paling banyak ditemui adalah hemiparese dan hemoragik adalah gangguan kesadaran, dan faktor resiko terbanyak keduanya adalah hipertensi.

Kata Kunci: Stroke, Gangguan Peredaran Darah Otak, Hemiparese,


(61)

Background: Stroke is defined as a brain functional disorder that occurs suddenly with sign and clinical symptome both focal or global that lasted more than 24 hours, or can lead to death, caused by circulatory disorder of the brain. The aim of the study is to known the comparison of the onset between ischemic and hemorrhage stroke at RSUP H. Adam Malik Medan, 2014.

Method: The study is analytic with retrospective design. The samples of the study is all the in patients and out patients from January 2014 to December 2014, by observing the data from medical records using total sampling numbering 636 patients. The study is made from April to December 2015. Result: The result obtains 636 patients. The most prevalent age is the patient aged >55 – 65 (33.0%). The patients are 53% male. The most prevalent occupation of the patients is entrepreneur (28.3%). The most prevalent race is Bataknesse (51.9%). The patients are 61.5% diagnosed with ischemic stroke and 38.5% hemorrhage stroke. The fastest hospitalarrival for ischemic and hemorrhage stroke is 1 to 7 days (51.8% and 41.2%) with p=0,001 . The most prevalent clinical symptome for ischemic stroke is hemiparesis (51.8%) and hemorrhage stroke is consciousness disorder (41.2%) with p=0,001. The most prevalent risk factor for ischemic and hemorrhage stroke is hypertension (56.9% and 50.8%) with p=0.001.

Conclusions:The prevalence of stroke in Adam Malik Hospital year 2014 is 636 patients. The most prevalent of the classification is ischemic stroke. The fastest hospital arrival for ischemic and hemorrhage stroke is 1 to 7 days,the most prevalent clinical symptome for ischemic stroke is hemiparesis and for hemorrhage stroke is consciousness disorder, and the most prevalent risk factor is hypertension.

Keywords: Stroke, Brain Circulatory Disorder, Hemiparesis, Consciousness Disorder


(1)

5.2. Pembahasan ... 37

5.2.1. Pembahasan Angka Kejadian Sampel ... 37

5.2.2. Pembahasan Demografi Sampel ... 37

5.2.3. Pembahasan Klasifikasi dan Diagnosa Sampel... 39

5.2.4. Pembahasan Onset Sampel ... 39

5.2.5. Pembahasan Gejala Klinis Sampel... 39

5.2.6. Pembahasan Faktor Resiko Sampel ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perbedaan Gejala Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik ... 12

3.1. Definisi Operasional... 21

3.2. Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003 ... 24

3.3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM dari Perkeni 2011 ... 24

3.4. Klasifikasi IMT berdasarkan WHO dalam The Asia-Pasific Perspective: Redifining Obesity and its Treatment ... 24

5.1. Distribusi Frekuensi Usia Stroke ... 29

5.2. Distribusi Frekuensi Jenis KelaminStroke ... 30

5.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Stroke ... 31

5.4. Distribusi Frekuensi Suku Bangsa Stroke ... 32

5.5. Distribusi Frekuensi Klasifikasi dan Diagnosa Stroke... 33

5.6. Distribusi Frekuensi Onset Stroke ... 33

5.7. Distribusi Frekuensi Gejala Klinis Stroke ... 35

5.8. Distribusi Frekuensi Faktor Resiko Stroke ... 36


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(4)

DAFTAR SINGKATAN

BB Berat Badan

CT Scan Computerized Tomography scanning CVD Cerebrovascular Disease

DM Diabetes Melitus

ECASS The European Cooperative Acute Stroke Study EEG Elektroensefalografi

EKG Elektrokardiografi FFAs Free Fatty Acids ICU Intensive Care Unit JNC Joint National Committee LACI Lacunar Infarct

LDL Low Density Lipoprotein HDL High Density Lipoprotein IMT Indeks Massa Tubuh IRT Ibu Rumah Tangga

MRI Magnetic Resonance Imaging

NCEP-ATP National Cholesterol Education Panel Adult Treatment Panel NO Nitrit Oxide

PACI Partial Anterior Circulation Infarct


(5)

PERDOSSI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia PERKENI Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PIS Perdarahan Intraserebral PNS Pegawai Negeri Sipil

POCI Posterior Circulation Infarct PSA Perdarahan Subarachnoid

r-TPA Recombinant-Tissue Plasminogen Activator SIS Stroke Impact Scale

TACI Total Anterior Circulation Infarct TB Tinggi Badan

TIA Treansient Ischemic Attack TIK Tekanan Intrakranial WHO World Health Organization


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Rincian Biaya Penelitian Lampiran 3 Ethical Clearance

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Rekam Medik