40
sejalan dengan penelitian Sinaga 2010, bahwa gejala klinis paling banyak adalah hemiparese sinistra 46,3.
5.2.6. Pembahasan Faktor Resiko Sampel
Pada penelitian ini, responden yang mengalami hipertensi merupakan faktor resiko terbanyak 53,6. Hal ini sejalan dengan penelitian Mundiartasari
2014 yang mengatakan bahwa berdasarkan tabel 4, penderita stroke paling banyak mempunyai faktor risiko hipertensi yaitu sebanyak 12 orang 66,7.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmanto 2014 bahwa hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya stroke, yakni
penderita hipertensi mempunyai risiko mengalami stroke 4,59 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami hipertensi.
Menurut Lahano dkk 2014, sebagian besar pasien di Pakistan dengan stroke memiliki penyakit komorbiditas seperti hipertensi, diabetes melitus,
rokok, dislipidemia, dan obesitas. Dalam penelitian ini, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko untuk stroke iskemik yang lebih dari stroke hemoragik.
Namun hipertensi lebih sering terlihat dalam penanganan pasien yang mengalami iskemik. Bagaimanapun hipertensi merupakan faktor risiko tersering
pada stroke iskemik tetapi hasilnya tidak mencapau nilai yang signifikan. Hipertensi tidak terkontrol meningkatkan proses atherosklerosis yang
dapat menyebabkan pendarahan maupun infark otak. Selain itu hipertensi tidakter kontrol menyebabkan gangguan autoregulasi pembuluh darah otak
sehingga pada tekanan darah yang sama aliran darah ke otak pada penderita hipertensi sudah berkurang dibandingkan penderita normotensi Junaidi, 2010.
Diabetes Melitus merupakan risiko mayor pada stroke dan berhubungan dengan meningkatnya angka morbiditas. Walaupun hubungan erat antara DM
dan penyakit vaskular belum dimengerti secara jelas, hilangnya peranan pengubahan pengaturan dari endotel dapat dilibatkan dalam patogenesis
komplikasi vaskular pada DM. Patogenesis ini tampaknya berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
41
beban glikasi glucosetoxicity dan oksidasi berlebihan, gangguan fungsi endotel, kegagalan fibrinolisis, dan resistensi insulin selanjutnya diikuti dengan
komplikasi makrivaskular. Pada DM yang lama juga akan terjadi ketidakseimbangan antara faktor vasodilator, mediator trombolik dan
fibrinolitik, serta bahan-bahan penghambat dan perangsang pertumbuhan yang berkaitan dengan penurunan produksi pelepasan dan atau aktifasi Nitrit Oksida
NO yang pada akhirnya berakumulasi membentuk aterosklerosis Basjiruddin, 2009.
Kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner, yaitu terjadinya penebalan dari dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak
akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya menganggu aliran darah ke otot jantung. Gangguan aliran darah ke otot jantung ini dapat menyebabkan
kerusakan otot jantung. Penyakit jantung disebabkan oleh penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri. Penyempitan ini disebabkan oleh
penumpukan zat-zat
lemak dan
kolesterol Wijayakusuma,
2003. Kecenderungan untuk timbulnya trombus gumpalan darah dalam jantung yang
kemudian ikut sirkulasi darah ke dalam otak, mungkin dialami pasien yang menderita penyakit jantung setelah menderita demam rematik. Hal ini terjadi,
terutama bila ritme jantung menunjukkan adanya kelainan. Mereka yang pernah merasakan gejala jantung berdebar-debar palpitasi, atau ketika denyut nadinya
tidak teratur random, harus segera menjalani pemeriksaan lebih lanjut yang menyeluruh, karena kondisi semacam ini juga merupakan salah satu risiko yang
memicu terjadinya serangan stroke Margatan, 1997. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kenaikan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density
Lipoprotein LDL, trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein HDL Jellinger dkk, 2012.
Universitas Sumatera Utara
42
Obesitas dan stroke adalah dua masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh dunia, obesitas dan khususnya obesitas abdomen berperan utama dalam
patogenesis beberapa metabolik, jantung dan gangguan medis serebrovaskular Hussein dkk, 2012. Jaringan adiposa tidak lagi dilihat sebagai sebuah
repositori pasif untuk penyimpanan triasilgliserol dan menjadi sumber asam lemak bebas Free Fatty Acids FFAs. Pre-adiposit berkembang menjadi
adiposit matur. Adiposit matur merupakan organ parakin dan endokrin aktif yang mensekresi sejumlah mediator untuk proses metabolisme. Jaringan adiposa
diakui sebagai sumber yang kaya mediator proinflamasi yang dapat langsung menyebabkan cedera atau injuri vaskular, resistensi insulin dan aterogenesis
Smith dan Minson, 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Shah dan Cole 2010 yang dilakukan
pada seluruh etnis dan populasi menunjukkan sebuah hubungan yang kuat antara merokok dan resiko stroke. Dimana perokok memiliki setidaknya dua sampai
empat kali lipat terjadi resiko stroke dibandingkan dengan bukan perokok atau individu yang telah berhenti merokok lebih dari 10 tahun sebelumnya. Dalam
satu studi, resiko meningkat menjadi enam kali lipat pada individu dengan perokok pasif. Karboksihemoglobinemia, peningkatan agregasi trombosit,
peningkatan kadar fibrinogen, berkurangnya kolesterol HDL, dan efek toksik langsung dari senyawa seperti 1,3-butadiena, dapat mempercepat aterosklerosis
dalam hewan model. Paparan asap tembakau pada percobaan juga telah dikaitkan dengan perkembangan aterosklerosis yang diukur dengan ultrasound
model B pada dinding arteri karotis, juga pada kerusakan awal arteri pada dilatasi endotelium arteri brakialis. Pada akhirnya, patogenesis terjadinya stroke
meningkat pada populasi yang terpapar asap rokok disertai dengan proses arterogenesis.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Angka kejadian pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014 adalah sebanyak 636 pasien. 2.
Demografi penderita pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 paling banyak adalah lansia akhir 33,0, jenis kelamin
paling banyak adalah laki – laki 53,0, jenis pekerjaan paling banyak
adalah wiraswasta 28,3, dan suku terbanyak pada penelitian ini adalah suku Batak 51,9.
3. Klasifikasi dan diagnosa pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2014 paling banyak adalah stroke iskemik 61,5. 4.
Onset kedatangan pasien stroke ke rumah sakit di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya
tidak berbeda secara signifikan dengan p=0,001 yaitu paling banyak setelah 1
– 7 hari 79,5 dan 44,9. 5.
Gejala klinis pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya berbeda secara
signifikan dengan p=0,001 dimana pada stroke iskemik paling banyak adalah gejala hemiparese 51,8, sedangkan pada stroke hemoragik
adalah gejala gangguan kesadaran 41,2. 6.
Faktor resiko stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya tidak berbeda secara
signifikan dengan p=0,001 yaitu paling banyak hipertensi 56,9 dan 50,8.
Universitas Sumatera Utara