Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Kulit Hygiene Personal

39

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Kulit

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa riwayat pekerjaan penjual ikan basah sebanyak 34 orang 70.8 tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya. Riwayat pekerjaan paling banyak yaitu kuli bangunan dan supir yaitu masing- masing sebanyak 4 orang 8.3 dan riwayat pekerjaan paling sedikit adalah panglong, pekerja rumah makan, serabutan, dan TKI yaitu masing-masing sebanyak 1 orang 2.1. Riwayat pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan sebagai penyebab timbulnya penyakit kulit. Hal ini memungkinkan penyakit kulit diderita bukan akibat pekerjaan yang dijalaninya sekarang, tetapi akibat pekerjaan sebelumnya. Penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara yang mengalami gejala penyakit kulit memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya di bidang industri bangunan Kabulrachman, 2003. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa penjual ikan basah yang sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan sebagai kuli bangunan terdapat riwayat penyakit kulit sebanyak 2 orang. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kabulrachman 2003 yang menyatakan bahwa pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat pada industri bangunan atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit kulit. Universitas Sumatera Utara Pekerjaan basah merupakan tempat berkembangnya penyakit jamur, misalnya monoliasis. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit, biasanya nelayan-nelayan mengetahui jenis-jenis ikan yang mendatangkan gatal Cinta Lestari, 2009. Melalui riwayat pekerjaan yang dilakukannya seseorang dapat mengetahui kemungkinan penyebab penyakit yang sedang dideritanya.

5.2 Hygiene Personal

Hygiene personal yang tidak baik merupakan media penyebab infeksi yang ditimbulkan oleh air. Dalam hal ini hygiene personal seperti mencuci tangan. Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan kepada penjual ikan basah, bahwa seluruhnya telah mencuci tangan setelah bekerja sebanyak 48 orang 100, membersihkan sela-sela jari sebanyak 35 orang 72.9, mencuci tangan dengan sabun sebanyak 21 orang 43.8, dan mencuci tangan dengan air mengalir sebanyak 28 orang 58.3. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penjual ikan basah yang memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang 31.3 dan yang memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang 68.8. Penilaian kategori hygiene personal pada penelitian ini dilihat dari indikator hygiene personal yaitu mencuci tangan setelah bekerja, membersihkan sela-sela jari, mencuci tangan dengan sabun, dan mencuci tangan dengan air mengalir. Dari keempat indikator tersebut, jika salah satu saja tidak terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa hygiene personal penjual ikan basah tersebut buruk. Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya penyakit kulit. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah Universitas Sumatera Utara mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab Lestari, 2007.

5.3 Gambaran Gejala Penyakit Kulit