4. Tinea Ungurium Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.
Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya,
destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan. 5. Tinea Korporis
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban
kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal. Seringkali
bersama-sama dengan Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat
gatal terutama waktu berkeringat Harahap, 2000.
2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja
Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis
memberikan kekuatan pada kulit yang sebagian besar karena kandungan kolagennya. Kemampuan epidermis untuk menahan air, merupakan masalah
potensial karena permukaan yang berlekuk memudahkan penyerapan bahan yang mudah larut, dan ini merupakan jalan masuk banyak bahan-bahan kimia organik.
Penyakit kulit dapat ditandai oleh lesi yang timbul dan tersebar, bercak kemerahan yang membentuk gambaran geografik berbatas tegas di daerah yang terkena
serangan dari luar, dan iritasi tegas terbatas yang merupakan sisa wilayah cedera.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang sangat sering ditemukan, biasanya disebabkan oleh zat kimia, seperti asambasa kuat, pelarut
lemak, logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik, misalnya akibat gesekan atau tekananpada kulit; fisik misalnya akibat lingkungan
kerja yang terlalu panas; dan infeksi Harrianto, 2013. Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan
pekerjaan, banyak penyebabnya antara lain agen sebagai penyebab penyakit tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis.
Dermatosis akibat kerja adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Istilah lain untuk dermatosis akibat kerja
adalah dermatosiss atau penyakit kulit yang timbul karena hubungan kerja. Penyakit tersebut timbul pada waktu tenaga kerja bekerja melakukan pekerjaan
atau disebabkan oleh faktor-faktor yang berada pada lingkungan kerja. Terminologi dermatosis lebih tepat dari pada penggunaan kata dermatitis, sebab
kelainan kulit akibat kerja tidak selalu berupa suatu peradangan infeksi, melainkan juga tumor atau alergi atau rangsangan fisik dan lainnya dapat menjadi
penyebab penyakit tersebut. Jadi penamaannya yang benar bukan dermatitis akibat kerja, karena dermatitis akibat kerja hanya merupakan salah satu aspek saja
dari dermatosis akibat kerja. Selain itu dapat pula dipergunakan istilah kelainan kulit akibat kerja. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
terdapat 2 dua jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit dermatosis yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi atau biologis, dan 2.
Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
Universitas Sumatera Utara
mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut Suma’mur, 2014.
Definisi penyakit kulit akibat kerja menurut American Medical Assosiation 1939 adalah penyakit kulit dimana papara bahan-bahan pada tempat
kerja merupakan penyebab utama timbulnya penyakit kulit. Di banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan
yang bersifat iritan atau alergen seperti: bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan tekanan fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan
kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan
bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan penyakit kulit diukur dari kualitas kulit dan bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan
pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang
memililki pola polimorfik, seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan skuama Kenerva dan Diepgen,2003.
Penyakit kulit akibat kerja berdampak pada seluruh pekerja di segala usia dengan variasi tempat kerja. Industri-industri yang pekerjanya memiliki resiko
paling tinggi adalah manufaktur, produksi makanan, konstruksi, pengoperasian mesin dan barang, percetakan, tukang bengkel, pekerja kehutanan Peate, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Faktor Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja