Tipografi dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau
kalimat yang sesuai dengan karakter pesan sosial atau komersial yang ingin disampaikan.
25
Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang
bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran.
Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan sosial ataupun komersial.
Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital. Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam
membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Hal ini diyakini dapat memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik. Sedangkan
bentuk-bentuk tipografi itu sendiri dapat dipergunakan secara terpisah atau dapat pula dikomposisikan dengan materi lain seperti ilustrasi hand drawing ataupun image.
Danton Sihombing mengelompokkan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya:
1. Old Style, jenis huruf ini meliputi : Bembo, Caslon, Galliard, Garamond. 2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : baskerville, Perpetua, Times New
Roman. 3. Modern, jenis huruf ini meliputi : Bodoni
4. Egyptian atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi : Bookman, Serifa.
25
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,Yogyakarta:Jalasutra, 2008,h. 25.
5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi : Franklin Gothic, Futura, Gill Sans, Optima.
26
Sejatinya masing-masing huruf harus menjadikan rangkaian huruf kata atau kalimat tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya. Tetapi lebih dari itu,
seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi
visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. Sebab, perencanaan dan pemilihan tipografi yang
tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal desain komunikasi visual tersebut.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di
antaranya: pertama, latar belakang, yakni warna dasar dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsur utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala
keberadaan warna huruf dan latarnya cukup kontras Kedua, besar huruf yang digunakan. Ukuran standar teks adalah antara 6
sampai 10 point, tergantung luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya teks yang akan ditampilkan, juga menyesuaikan keluarga huruf yang ingin ditampilkan.
Selain itu, keluarga huruf terdiri dari kembangan yang berakar dari struktur bentuk dasar regular sebuah alfabet dan setiap perubahan huruf masih memiliki
kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan : 1kelompok berat terdiri atas light, regular,
26
Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 96.
dan bold. 2 Kelompok proporsi condesed, regular, dan extended. 3 kelompok kemiringan yaitu italic. Ketiga, spasi antarhuruf, kata, maupun jarak antar baris
kalimat. Keempat, faktor-faktor subjektif seperti jarak baca maupun kualitas penerangan ketika membaca.
27
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir mengusai tipografi yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang
bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu memposisikan dirinya sebagai kurir komunikasi visual yang bertanggung jawab
kepada masyarakat luas yang dijadikan target. Dalam Social Communication seperti dikutip Bebe Idah Maryam
28
, ada beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan
verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di antaranya: latar belakang, yakni warna dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsure utama dari
sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan huruf dan latarnya cukup kontras.
5. Karikatur
Karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik dan sebagainya berarti telah
menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa pesan kritik sosial,
27
Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001,, h. 28.
28
Sum bo Tinarbuko, Semiot ika Komunikasi Visual,Yogyakart a:Jalasut ra, 2008,h.27
yang muncul disetiap penerbitan media massa political cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar
humor.
29
Menurut Sudarta, kartun adalah semua gambar humor, termaksud karikatur itu sendiri sedangkan karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang,
biasanya orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek.
30
Kartun Opini atau kartun editorial dalam media pers harus sejalan dengan kebijakan media dan konteks di masyarakat. Redaksi menganggap penting kartun
opininya karena sebagai cermin kualitas media. Sudut pandang redaksi dan bagian yang peka ada misi yang diemban, yaitu dalam jurnalistik, media, dan humor.
Alex sobur mengatakan bahwa sebagian kartun opini setidaknya adalah empat hal teknis yang harus diingat. Pertama, harus informatif dan komunikatif; Kedua
harus situasional dengan pengungkapan yang hangat; Ketiga cukup memuat kandungan humor; Keempat harus mempunyai gambar yang baik.
31
Media memakai tanda-tanda visual berupa gambar yang dituangkan dalam bentuk kartun. Sebuah gambar memiliki makna tertentu seperti halnya teks tulisan.
Terlebih gambar tersebut ditambah humor dengan bobot cerita yang menarik. Jika dikaitkan dengan karikatur pada sampul Majalah Tempo dalam penelitian
ini. Maka yang dimaksud kartun disini adalah karun opini atau kartun editorial yang isi kartunnya biasanya mengangkat situasi politik, sosial, dan sebagainya. Kartun
29
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2003, h. 138-139.
30
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2003,,h. 138.
31
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2003, h. 139.
dibuat dengan lelucon dan sarat dengan kritik tajam terhadap prilaku serta kebijakan tokoh. Sifat kartun yang harus informatif, komunikatif, situasional dengan
mengungkapkan yang hangat, memuat humor dan memiliki gambar yang baik, sehingga memberikan keuntungan dalam penyampaian kritik dengan sasaran
pembaca. Kartunis harus mampu menyampaikan pesan dengan sedikit rangkaian kata kepada pembaca, agar kritik tersebut dapat dipahami pembaca dan pesan dapat
tersampaikan. Tugas kartunis adalah mengangkat masalah secara unik agar pembaca dapat mengungkap sisi lain dalam memandang suatu masalah dengan ciri khasnya
tertentu. Namun, pembaca tentu dapat menafsirkan sendiri suatu masalah yang diangkat dan tidak sesuai dengan pandangan kartunis.
C. Semiotika Charles Sanders Peirce
Berdasarkan pandangan semiotika, bila diseluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai
tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhugungan
denganya: cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakanya.
32
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
33
semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda, lambang- lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.
34
32
Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1992 , h.5
Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda teks,iklan, berita. Karena sistem tanda sifatnya
amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna
tanda tersebut berada.
35
Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Peirce 1839-1914 dan Ferdinand de Saussure 1857-1913 yang dapat dianggap sebagai
pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua kedua tokoh inilah yang muncul dua aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain
menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan ini mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum
kedua tokoh tersebut menggunakan ilmu semiotika secara terpisah dan saling mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak
bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika. Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain dari pada sebuah
nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.
36
Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan
sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri terkait
33
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,Bandung:Remaja Rosdakarya,2009, hal.15
34
Puji Santosa, Ancangan Semiotika Dan Pengkajian Susastra, Bandung:Angkasa, 1931, h.3
35
Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi,Jakarta:Kencana,2006, h.262.
36
Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,Yogyakarta: Jalasutra, 2008, h.11.