tinggi nilai pengembangan tebal maka semakin rendah kestabilan dimensinya. Peningkatan jumlah PP-g-MA menyebabkan pengembangan tebal setelah direndam air menurun.
Penurunan pengembangan tebal disebabkan PP-g-MA yang masuk kerongga sel partikel semakin banyak sehingga kontak antara partikel semakin rapat sehingga air akan sulit
masuk kedalam papan partikel. Gugus hidroksil -OH dari selulosa, hemiselulosa dan lignin mengakibatkan adanya ikatan hydrogen yang besar diantara makromolekul dari
polimer kayu, ikatan hidrogen tersebut akan putus karena sifat kayu yang higroskopis. Kemudian gugus hidroksil akan membentuk ikatan hidrogen yang baru dengan air yang
mengakibatkan kayu mengembang Bledzki, 2002.
Nilai pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan ttelah memenuhi persyaratan SNI 03-2105-2006 yaitu tidak lebih dari 25.
4.4. Analisis Keteguhan Lentur Kering dan Modulus Elastisitas Lentur
Hasil pengujian keteguhan lentur kering dan modulus elastisitas lentur diperoleh nilai MoR dan MOE yang ditunjukkan pada tabel 4.4
Tabel 4.4. Hasil Uji MOR dan MOE Papan Partikel
No. Komposisi Papan Partikel
Keteguhan Lentur
Kering Kgfcm
2
Modulus Elastisitas
Lentur Kgfcm
2
Serbuk Bambu
g PP-g-MA
g PP
g DVB
g BPO
g
1 80
10 10
10 2
100,35 4056,63
2 70
20 10
10 2
194,19 7501,39
3 60
30 10
10 2
199,65 7554,98
4 50
40 10
10 2
318,34 11607,53
5 40
50 10
10 2
252,35 8506,80
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pengujian keteguhan lentur kering MoR dan modulus elastisitas lentur MoE diperoleh nilai yang ditunjukkan oleh diagram batang pada gambar 4.4 dan 4.5.
Gambar 4.4. Grafik keteguhan lentur kering papan partikel Keteguhan lentur kering dilakukan untuk menunjukkan kekuatan papan partikel dalam
menahan gaya tekan. Parameter ini sangat penting karena penggunaan papan partikel dalam permebelan selalu menuntut pemakaian datar Sutigno, 1994.
Dari hasil penelitian, keteguhan lentur kering papan partikel maksimum terjadi pada perbandingan Serbuk Bambu : PP-g-MA 50:40g. Hal tersebut dikarenakan butiran
serbuk bambu dapat merekat secara maksimal antara satu dengan yang lain sehingga dapat membentuk suatu komposit yang baik. Sedangkan pada perbandingan serbuk bambu : PP-
g-MA 40:50g, nilai keteguhan lentur kering menurun. Ini disebabkan kemungkinan terjadi homopolimerisasi yang menyebabkan PP-g-MA cenderung membentuk diri menjadi
polimer sendiri dibandingkan bereaksi dengan Serbuk Bambu Arbintarso, 2008.
Keteguhan lentur kering papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 100,35 – 318,34 kgfcm
2
dengan nilai optimum pada perbandingan Serbuk Bambu : PP-g-MA 50:40g. Keteguhan lentur kering papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan SNI 03-2105-2006 yaitu 107 kgfcm
2
.
100,35 194,19
199,65 318,34
252,35
50 100
150 200
250 300
350
80:10:10:10:2 70:20:10:10:2 60:30:10:10:2 50:40:10:10:2 40:50:10:10:2 K
e te
gu h
an Le
n tu
r K
e r
in g k
gf c
m
2
Sampel
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5. Grafik modulus elastisitas lentur papan partikel
Dari gambar 4.5 diperoleh grafik hasil pengujian modulus elastisitas lentur dimana nilai maksimum diperoleh pada perbandingan serbuk bambu : PP-g-MA 50:40g, senada
dengan keteguhan lentur kering. Hal tersebut dikarenakan butiran serbuk bambu dapat merekat secara maksimal antara satu dengan yang lain sehingga dapat membentuk suatu
komposit yang baik Arbintarso, 2008.
Nilai modulus elastisitas lentur yang dihasilkan dari penelitian berkisar antara 4056,63 – 11607,53 kgfcm
2
. Nilai ini masih jauh dibawah standar mutu SNI 03-2105- 2006 yaitu 2,04 x 10
4
kgfcm
2
.
Rendahnya nilai modulus elastisitas lentur kemungkinan dikarenakan partikel Serbuk Bambu, PP-g-MA, PP, DVB, dan BPO saling berinteraksi dengan sangat kuat,
sehingga menyebabkan papan partikel bersifat tegangkaku dan mengurangi nilai elastisitas dari papan partikel.
4.5. Analisis Scanning Electron Microscopy SEM