terhadap pegawai. Narapidana sudah dipergunakan untuk membantu kegiatan- kegiatan di dalam tembok Lapas.
3. Tahap Minimum security
Pada tahap ini masa pidana yang dijalani sudah mencapai lebih ½ dari masa pidana. Menurut Tim Pengamat Pemasyarakatan narapidana telah mencapai
kemajuan baik secara fisik maupun mental dan juga segi ketrampilannya maka wadah proses pembinaan diperluas dengan pengenalan assimilasi. Pengenalan
assimilasi pelaksanaannya terdiri dari dua bagian yaitu waktunya dimulai sejak berahirnya tahap awal sampai dengan 12 setengah dari masa
pidananya. Pada tahap ini pembinaannya masih dilaksanakan di dalam Lapas dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium security. Tahap kedua
dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama sampai dengan 23 masa hukuman pidananya. Dalam tahap lanjutan ini narapidana sudah memasuki
tahap assimilasi dan selanjutnya dapat diberikan pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan pengawasan minimum security.
4. Tahap Terahir.
Pembinaan ini disebut pembinaaan tahap akhir yaitu kegiatan berupa perencanaan dan pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berahirnya
tahap lanjutan sampai dengan berahirnya masa hukuman dari narapidan yang bersangkutan. Pembinaan tahap ini terhadap narapidana yang memenuhi
syarat diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat dan pembinaannya dilakukan diluar Lapas oleh Bapas yang kemudian disebut
Pembimbingan Klien Pemasyarakatan. Pembimbingan adalah pemberian tuntutan untuk meningkaatkan kualitas ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, intelektual, sikap dan perilaku, kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan.
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika adalah salah satu Lembaga
Pemasyarakatan yang mempunyai warga binaan khusus penyalahguna narkotika berfungsi untuk membina, mendidik, membimbing narapidana narkotika agar
memiliki kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, intelektual, mempunyai sikap dan prilaku positif, sadar hukum,
berkepribadian Pancasila, integritas moral, menyadari kesalahannya sehingga mampu kembali berintegrasi secara sehat jasmani dan rohaninya dimasyarakat setelah
menjalani seluruh masa pidana.
Universitas Sumatera Utara
Pembinaan yang dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Narkotika masih mengacu terhadap Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.02-PK.04.10
Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan NarapidanaTahanan oleh karena tidak ada juklak khusus pembinaan narapidana narkotika dalam Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika. Ruang lingkup pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehakiman RI Nomor : M.02.PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan NarapidanaTahanan dibagi dalam dua bidang :
1. Pembinaan Kepribadian meliputi :
a. Pembinaan kesadaran beragama.
Usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan imannya terutama member pengertian agar warga binaan pemasyarakatan dapat menyadari akibat-akibat
dari perbuatannya yang benar dan perbutan yang salah.
b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara.
Upaya yang dilaksanakan melalui pendidikan Pancasila termasuk menyadarkan mereka agar dapat menjadi warga Negara yang baik, dapat
berbakti bagi bangsa dan Negara. Mereka perlu disadarkan bahwa berbakti untuk bagsa dan Negara adalah sebagian dari iman takwa.
c. Pembinaan kemampuan intelektual kecerdasan.
Usaha ini diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan berpikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat sehingga dapt menunjang
kegiatan-kegiatan positif yang diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan intelektual dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan formal diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang telah ada yang ditetapkan oleh pemerintah agar dapat ditingkatkan kualitas warga binaan
pemasyarakatan. Pendidikan non formal diselenggarakan melalui kursus- kursus, latihan ketrampilan dan sebagainya.
d. Pembinaan kesadaran hukum.
Pembinaan kesadaran hukum warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan hukum yang bertujuan untuk mencapai
kesadaran hukum yang tinggi sehingga sebagai anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya dalam rangka turut menegakkan hukum dan keadilan,
perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman, kepastian hukum, dan terbentuknya prilaku setiap warga Negara Indonesia
yang taat kepada hukum. Penyuluhan hukum bertujuan lebih lanjut untuk membentuk keluarga yang sadar hokum yang dibina selama berada di
Universitas Sumatera Utara
lingkungan pembinaan maupun setelah berada kembali ditengah-tengah masyarakat
e. Pembinaan mengintegrasi diri dengan masyarakat.
Pembinaan di bidang ini dapat dikatakan juga pembinaan kehidupan sosial kemasyarakatan yang bertujuan pokok agar bekas narapidana mudah diterima
kembali oleh masyarakat lingkungannya. 2.
Pembinaan Kemandirian. Pembinaan kemandirian diberikan dalam Lembaga Pemasyarakatan melalui
program-program : a.
Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri misalnya : kerajinan tangan, industry rumah tangga, reparasi mesin dan alat-alat elektronik
b. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industry kecil, misalnya
pengelolaan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam menjadi bahan setengah jadi contoh mengolah rotan menjadi perabotan rumah tangga
c. Ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing. Dalam
hal ini bagi mereka yang memiliki bakat tertentu diusahan pengembangan bakat itu. Misalnya memilki kemampuan di bidang seni, maka diusahakan
untuk disalurkan ke perkumpulan-perkumpulan seniman untuk dapat mengembangkan bakat sekaligus mendapatkan nafkah.
d. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan pertanian
perkebunan dengan menggunakan teknologi biasa atau teknologi tinggi, misalnya industry kulit, industri pembuatan sepatu.
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika adalah salah satu penyelenggara Hak Asasi Manusia maka dalam pelaksanaan pembinaan di Lapas Narkotika
merekomendasikan hak-hak warga binaan yang berasaskan Pancasila, Undang- Undang Dasar 1945 dan Standart Minimum Rules SMR yang tercermin dalam 10
sepuluh Prinsip Pemasyarakatan. 10 Sepuluh prinsip pemasyarakatan yaitu :
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka menjalankan peranannya sebagai
warga masyarakat yang baik dan berguna. 2.
Penjatuhan pidana tidak lagi didasari oleh latar belakang pembalasan. Ini berarti tidak boleh ada penyiksaan terhadap narapidana dan anak didik pada umumnya,
baik yang berupa tindakan, perlakuan, ucapan, cara perawatan ataupun penempatan. Satu-satunya derita yang dialami oleh narapidana dan anak didik
hanya dibatasi kemerdekaannya untuk leluasa bergerak di dalam masyarakat bebas.
Universitas Sumatera Utara
3. Berikan bimbingan bukannya penyiksaan supaya mereka bertobat. Berikan
kepada mereka pengertian mengenai norma-norma hidup dan kegiatan-kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan.
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat
daripada sebelum dijatuhi pidana. Salah satu cara diantaranya agar tidak mencampur baurkan narapidana dengan
anak didik, yang melakukan tindak pidana berat dengan yang ringan dan sebagainya.
5. Selama kehilangan dibatasi kemerdekaan bergeraknya para narapidana dan anak
didik tidak boleh diasingkan dari masyarakat. Perlu ada kontak dengan masyarakat yang terjelma dalam bentuk kunjungnan hiburan ke LapasRutanCabang Rutan
oleh anggota-anggota masyarakat bebas dan kesempatan yang lebih banyak untuk berkumpul bersama sahabat dan keluarganya.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh bersifat
sekedar pengisi waktu. Juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk memenuhi keperluan jawatan atau kepentingan Negara kecuali pada waktu tertentu saja.
Pekerjaan yang terdapat di masyarakat dan yang menunjang pembangunan seperti meningkatkan produksi pangan.
7. Pembinaan dan bimbingan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik
adalah berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti bahwa kepada mereka harus ditanamkan semangat kekeluargaan dan toleransi di samping meningkatka
pemberian pendidikan rohani kepada mereka disertai dorongan untuk menunaikan ibadah sesuai dengan kepercayaan agama yang dianutnya.
8. Narapidana dan anak didik bagaikan orang sakit perlu diobati agar mereka sadar
bahwa pelanggaran hukum yang pernah dilakukan adalah merusak dirinya, keluarga dan lingkungannya kemudian dibinadibimbing kejalan yang benar.
Selain itu mereka harus diperlakukan sebagai manusia biasa yang memiliki pula harga diri agar tumbuh kembali kepribadiannya yang percaya akan kekuatan
sendiri.
9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana berupa membatasi
kemerdekaanya dalam jangka waktu tertentu. 10.Untuk pembinaan dan bimbingan para narapidana dan anak didik maka disediakan
sarana yang diperlukan.
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar memberikan pelatihan kerja adalah bertujuan untuk pembinaan kemandirian, begitu juga
penyuluhan hukum dilaksanakan 1 satu kali dalam sebulan oleh instansi terkait di Kabupaten Simalungun terlebih dengan pihak Kepolisian Satuan Narkoba yang
dibantu oleh petugas Lapas Narkotika.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan rehabilitasi narapidana narkotika dalam Lembaga Pemasyarakatan narkotika Klas IIA Pematangsiantar supaya berjalan dengan baik dan
lancar dibuatkan daftar register narapidana yang bertujuan untuk mengetahui tindak pidana yang telah dilanggar. Tujuan dari pembukuan ini untuk lebih memudahkan
petugas mengelompokkan tahap rehabilitasi yang akan diberikan.
Tabel I Data Warga Binaan Pemasyarakatan Narapidana
NarkotikaThn 2011 sampai dengan 2012.
NO BULAN
WBP PENGGUNA
WBP PENGEDAR
JUMLAH
01 AGUSTUS
- 10 orang
10 orang 02
SEPTEMBER -
20 orang 20 orang
03 OKTOBER
03 orang 27 orang
30 orang 04
NOPEMBER 03 orang
24 orang 27 orang
05 DESEMBER
03 orang 23 orang
26 orang 06
JANUARI 03 orang
22 orang 25 orang
07 FEBRUARI
03 orang 20 orang
23 orang 08
MARET 03 Orang
19 Orang 22 Orang
09 APRIL
01 orang 16 orang
17 orang 10
MEI 01 orang
16 orang 17 orang
Sumber data dari Kasubsi Registrasi Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar Tgl 01 Mei 2002
Menyangkut pelaksanaan rehabilitasi terhadap narapidana narkotika dalam
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar tidak terlaksana
Universitas Sumatera Utara
secara berkelompok sesuai dengan kategori tindak pidana yang dilakukan oleh narapidana. Cara pembinaan yang dilaksanakan di Lapas Narkotika Klas IIA
Pematangsiantar masih bersifat global atau secara keseluruhan tanpa memperhatikan latar belakang dari penyalahgunaan narkoba dalam hal sebagai pengedar, sebagai
korban penyalahguna dan pengguna.
C. PELAKSANAAN REHABILITASI 1. Rehabilitasi Medis
Pelaksanaan rehabilitasi medis di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika adalah dengan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di Lapas Narkotika merupakan
suatu hak bagi narapidana. Untuk menjalankan program ini telah tersedia klinik yang dilengkapi dengan ruangan rawat inap dan obat-obatan yang berkualitas serta telah
dilengkapi dengan tenaga dokter umum ataupun psikiater, selain itu ada kerja sama dengan para medis pemerintah setempat. Bagi warga binaan selanjutnya disebut
residence yang terjangkit penyakit dengan membutuhkan pelayanan yang intensif dari dokter maka di lanjutkan dengan rawat inap atau rawat jalan di RSU setempat.
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar hanya dapat melaksanakan pengobatan terhadap narapidana narkotika dengan bantuan dari
paramedis pemerintah setempat. Paramedis yang membantu di Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar adalah paramedis puskesmas setempat bukanlah
menjadi petugas kesehatan yang melaksanakan tugas rutin di Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar, pelaksanaan pelayanan kesehatan hanya pada saat ada
panggilan untuk melakukan pengobatan dalam waktu yang tidak tertentu. Petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan khusus untuk Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar belum ada sehingga pelayanan kesehatan kurang terlaksana dengan
baik, selain itu perlengkapan klinik dalam Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar untuk mendukung pelayanan kesehatan belum terpenuhi.
2. Rehabilitasi Sosial