BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI OLEH PETUGAS LEMBAGA
PEMASYARAKATAN NARKOTIKA PEMATANGSIANTAR DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA
A. HAMBATAN YANG DIHADAPI
Untuk menciptakan suatu program rehabilitasi yang konfrehensif idealnya menerapkan rehabilitasi sebagai bagian dari sistem pembinaan terhadap narapidana
narkotika memerlukan usaha keras dari semua pihak yang membutuhkan keahlian, ketrampilan, motivasi, sarana dan prasarana bahkan ilmu pengetahuan dari seluruh
petugas Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar serta pedoman-pedoman pelaksanaan program tersebut sebagai alat pendukung pelaksanaan tugas.
Berdasarkan penelitian bahwa rehabilitasi terpadu terhadap narapidana narkotika efektif digunakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika, bahkan perlu ada
terapi pengobatan untuk mengurangi penggunaan yang bersifat ketergantungan. Untuk mencapai tujuan program ini menghadapi banyak rintangan dan hambatan
supaya program yang efektif dan efisien. Ada beberapa hal yang menjadi penghambat program rehabilitasi di Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar.
1. Hambatan Normatif Sebaga Pedoman Pelaksanaan
Peraturan perundang-undangan merupakan faktor pendukung untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas
Universitas Sumatera Utara
IIA. Sebagai Lapas Khusus Narkotika yang diperuntukkan untuk pembinaan narapidanaanak didik narkotika maka perundang-undangan yang di pergunakan
masih mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku terhadap Lembaga Pemasyarakatan Umum.
117
2. Masalah Tingkat SDM Petugas Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar
Untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar sumber daya manusia Lapas
memberi pengaruh besar terhadap pelaksanaan rehabilitasi. Petugas di Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar yang sebelumnya bertugas di Lapas Umum,
untuk melaksanakan tugas di Lapas Narkotika belum melaksanakan pelatihan atau pendidikan khusus dalam melaksanakan tugas sebagai pembina narapidana narkotika.
Penanganan secara khusus terhadap narapidana narkotika disebabkan sifat dan kebiasaan narapidana narkotika terutama yang dikategorikan pengguna mempunyai
sifat berbeda dengan kriminal lain yaitu bahwa narapidana narkotika ini mempunyai sifat pemalas dan susah diatur, lebih banyak menghayal. Perbedaan sifat ini dapat di
lihat dari tingkat kerajinan untuk melaksanakan perintah petugas. Mereka banyak memberi alasan untuk tidak bekerja.
Hal ini membuat petugas harus mempunyai keahlian khusus dan kesabaran untuk bisa membaca pola pikir narapidana narkotika karena bentuk rehabilitasi yang
117
Konsideran Keputusan Menteri Kehakiman dan Ham RI Nomor: M.04.PR.07.03 Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Pematang Siantar, Lubuk Linggau,
Bandar lampung, Jakarta, Bandung, Nusakambangan, Madiun, Pemekasan, Martapura, Bangli, Maros dan Jayapura.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan adalah membina mereka supaya tidak mengalami kekambuhan replase dan adiksi ketergantungan.
Kekurangan pengetahuan dan skill dari petugas dapat menjadi penghambat terlaksananya program rehabilitasi sebagai bagian dari pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan narkotika Klas IIA Pematangsiantar. Selain tingkat pengetahuan yang kurang, dari sisi kuantitas pegawai juga
menjadi perhatian khusus di Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar. Saat ini situasi petugas di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika belum mencukupi untuk
menjadikan Lapas Narkotika seeperti Lapas lain yang sudah berjalan dengan baik dan maksimal. Seperti Kebutuhan tenaga dokter dan para medis untuk melakukan
pengobatan bagi narapidana narkotika belum dapat terlaksana dengan baik.
3. Masalah Kurangnya Sarana dan Prasarana Untuk Mendukung Program Rehabilitasi.