BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika merupakan salah satu instansi pemerintah
sebagai tempat pembinaan penyalahaguna narkotika. Pembinaan yang dilaksanakan terhadap narapidana narkotika masih mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang UUP. Pembinaan yang dilaksanakan terhadap narapidana berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman
RI No.M.02.PK.04.10.Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana ada dua
bidang yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika adalah salah satu Lembaga Pemasyarakatan Khusus
Penyalahguna Narkotika. Bentuk rehabilitasi yang dilaksanakan terhadap narapidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika merupakan wujud
dari sistem pemasyarakatan yang pelaksanaanya bersifat konfrehensif dari rehabilitasi sosial terpadu, Rehabilitasi medis, rehabilitasi keagamaan, rehabilitasi
kemandirian dan rehabilitasi penyuluhan hukum. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika dalam pelayanan pembinaan bersifat rehabilitatif, edukatif, korektif dan
reintegratif dalam melaksanakan tugas dan fungsi sehingga pemidanaan bukan hanya sebagai penjeraan tetapi bertujuan untuk menyadarkan manusia menjadi
warga Negara yang bertanggung jawab dan berguna .
Universitas Sumatera Utara
Secara idealnya mengandung makna bahwa pembinaan narapidana narkotika berdasarkan sistem pemasyarakatan dalam arti memasyarakatkan narapidana
anak didik narkotika ke dalam masyarakat. 2.
Rehabilitasi terhadap pengguna narkotika adalah bentuk pengobatan dan perawatan. Penyalahguna narkotika supaya dapat menjalani pengobatan dan
perawatan, penyalahguna tersebut harus dapat membuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahguna narkotika kemudian penyalahguna dapat dimasukkan
kerumah rehabilitasi. Terapi dan Rehabilitasi yang dijalani oleh korban penyalahguna narkotika diperhitungkan sebagai masa menjalani pidana seiring
dengan terapi pengobatan untuk melepaskan pencandu dari ketergantungan dan pengobatan dari penyakit menular akibat dari penggunaan jarum suntik seperti
HIVAIDS, Hepatitis B dan TBC. Jika dalam pemeriksaan ditemukan penyakit tersebut maka terlebih dahulu dilakukan pengobatan kemudian berlanjut ke
rehabilitasi non medis. Rehabilitasi yang dilaksanakan terhadap pengguna adalah rehabilitasi sosial dan medis, namun demikian pada setiap rumah rehabilitasi yang
berada di seluruh Indonesia melaksanakan secara berbeda – beda sesuai dengan prinsip perawatan setiap rumah rehabilitasi.
3. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar ternyata belum
dapat menjalankan fungsi sebagai rumah rehabilitasi narapidana narkotika. Faktor- faktor pendukung supaya terlaksananya rehabilitasi sebagai bagian pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar kurang mendukung untuk kelancaran tugas dan fungsinya. Sehingga Lembaga
Pemasyrakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar masih memerlukan banyak
Universitas Sumatera Utara
pembenahan dari berbagai bidang. Hambatan-hambatan yang menjadi penghalang untuk pelaksanaan rehabilitasi di Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar
adalah Adanya hambatan normatif sebagai pedoman pelaksanaan rehabilitasi, masalah tingkat SDM petugas Lapas Narkotika Klas IIA Pematangsiantar,
Kurangnya sarana dan prasarana untuk mendukung program rehabilitasi, Kurangnya kepedulian dari lingkungan, dan masalah warga binaaan
pemasyarakatan itu sendiri.
B. Saran