BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Kecacingan diderita oleh lebih dari dua milyar orang di seluruh dunia, tiga ratus juta
di antaranya menderita penyakit yang berat, dan setengah dari angka tersebut merupakan anak usia sekolah. Pada tahun 1999, World Health Organization WHO
memperkirakan lebih dari 40 penyakit tropis selain malaria disebabkan oleh infeksi cacing. Dua milyar di antaranya merupakan penderita soil-transmitted helminth
STH, dengan delapan ratus juta di antaranya merupakan anak usia sekolah. Iklim tropis Indonesia sangat cocok untuk infeksi STH.
1 2
Ada beberapa spesies cacing yang mempunyai prevalensi tinggi dan tersebar luas. Infeksi Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura memiliki prevalensi lebih dari 70. Untuk Sumatera Utara angka prevalensi T. trichiura didapati sampai dengan 78.6.
Infeksi T. trichiura sebagai salah satu STH terbanyak membahayakan kesehatan anak dengan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan kognitif,
status besi, dan mengganggu respon imun anak yang terinfeksi.
3
1,3-6
Kontrol angka kesakitan terhadap STH merupakan hal yang sangat penting.
1
Salah satu program WHO dalam mengatasi kecacingan adalah dengan pemberian tablet antihelmintik secara periodik yang dilakukan melalui program kesehatan
sekolah di daerah endemis. Intervensi ini dilakukan di seluruh dunia dalam rangka mencapai target 75 anak usia sekolah secara global di tahun 2010.
1,5,7
Universitas Sumatera Utara
Albendazole merupakan salah satu antihelmintik yang direkomendasikan WHO untuk pengobatan STH termasuk T.trichiura.
5,4,6,8
Dosis albendazole yang sekarang direkomendasikan adalah 400 mg dosis tunggal. Akan tetapi pemberian
albendazole dengan dosis ini menunjukkan angka kesembuhan yang bervariasi mulai dari 8 sampai 93.48,
9
dan angka penurunan telur sebesar 0 sampai 89.7.
Hasil meta analisis menunjukkan pemberian albendazole dosis tunggal 400 mg hanya memberikan angka kesembuhan trichuriasis yang rendah.
5
5
Beberapa penelitian mendapatkan efektivitas albendazole yang lebih tinggi dengan cara
meningkatkan jumlah dosis yang diberikan terutama dengan teknik pemberian regimen lebih dari satu hari.
10
Data yang ada menunjukkan peningkatan dosis yang diberikan secara dosis tunggal tidak selalu meningkatkan efektivitas karena sifat
kerja antihelmintik yang tergantung lama waktu kontak. Salah satu regimen yang diajukan adalah dengan memberikan albendazole
dosis 400 mg selama 3 hari berturut-turut.
11
10
Suatu penelitian di Afrika mendapatkan angka kesembuhan sebesar 67 bila albendazole diberikan selama 3 hari dibanding
23 bila dosis tunggal. Angka penurunan telur juga lebih baik yaitu 99.7 dibanding 96.8.
12
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu diketahui bagaimana
efektivitas pemberian albendazole 400 mg selama 3 hari berturut dalam mengatasi infeksi T. Trichiura?
1.3 Hipotesis Pemberian albendazole 400 mg selama tiga hari berturut lebih efektif mengatasi
infeksi T.trichiura dibandingkan dengan pemberian albendazole 400 mg selama satu hari
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas pemberian albendazole 400 mg 3 hari berturut dan satu hari.
1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi infeksi T. trichiura pada anak usia sekolah di lokasi
penelitian. 2. Untuk mengetahui angka kesembuhan T. trichiura dengan pemberian
albendazole 400 mg selama 3 hari berturut dan satu hari.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui angka penurunan telur T. trichiura dengan pemberian albendazole 400 mg selama 3 hari berturut dan satu hari.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Untuk mendapatkan regimen pemberian albendazole yang lebih efektif untuk
mengatasi infeksi T. trichiura 2. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi ilmah dalam
penanganan infeksi T. trichiura dan akan bermanfaat untuk meningkatkan upaya peningkatan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan anak.
3. Membantu program Departemen Kesehatan khususnya Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dalam memberantas
penyakit menular terutama kecacingan. 4. Membantu program WHO dalam pemberian antihelmintik yang tepat untuk
mencapai target 75 anak usia sekolah secara global pada tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA