HASIL PENGUJIAN ORIENTASI SUDUT .1 Hasil Pengujian Sifat Fisis Genteng Komposit Polimer

Gambar 4.7 Grafik Hasil Uji Jarak Bakar terhadap komposisi Pasir dan SSK Gambar 4.7 menunjukkan hasil uji bakar terhadap komposisi pasir dan SSK dimana jarak bakar sampel 1 tanpa serat yaitu komposisi pasir dan SSK 80 : 0 memiliki jarak bakar yang besar yaitu 15,14 mm. Hal ini disebabkan karena sampel yang digunakan hanya terdapat matrik aspal dan polipropilen.Dimana sifat aspal yang terbuat dari turunan minyak bumi. Jarak bakar terkecil ada pada sampel 4 sebesar 12,21 mm. Dimana pada sampel ini terjadi penguatan matrik dan filler. Pada sampel 5 dan 6 jarak bakar meningkat sampai 12,90 mm dan 13,17 mm hal ini terjadi karena ikatan matrik dan fillernya tidak homogen lagi sehingga terjadi ketidak seimbangan komposisi matrik dan filler. Dari data yang dihasilkan pada pembakaran sampel, maka diidentifikasi bahwa genteng komposit polimer ini termasuk kedalam habis terbakar sendiri. 4.4 HASIL PENGUJIAN ORIENTASI SUDUT 4.4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis Genteng Komposit Polimer

4.4.1.1 Hasil Pengujian Kerapatan

Hasil uji sifat fisis yang meliputi uji kerapatan dan daya serap air menunjukkan sampel 1 dengan komposisi 80 : 0 memiliki nilai kerapatan terbesar 16,14 12,35 12,91 12,21 12,90 13,17 2 4 6 8 10 12 14 16 18

80:0 79:1

78:2 77:3

76:4 75:5

Jar ak B ak ar m m Komposisi Pasir dan SSK Universitas Sumatera Utara yaitu 1,73 grcm 3 dan daya serap air paling kecil yaitu 0,44. Sementara dari hasil uji mekanik dan termal sampel 4 lebih unggul, kecuali untuk uji lentur hal ini. Oleh karena itu sampel 4 dengan komposisi 77 : 3 dilakukan orientasi SSK sebesar 0 , 45 dan 90 Data hasil pengujian kerapatan genteng komposit polimer dengan orientasi sudut 0 . , 45 dan 90 Tabel 4.7 Nilai Rata-rata Kerapatan Dengan orientasi sudut 0 dihitung dengan menggunakan Persamaa 2.10. Nilai rata-rata uji sampel untuk setiap variasi persentase berat agregat pasir dengan SSK dengan orientasi sudut diperlihatkan pada tabel L-2 lampiran B. Hasil yang didapat dari pengujian waktu nyala kekuatan tarik diperlihatkan pada tabel 4.7, terlampir pada tabel L10 Lampiran J. Data hasil penelitian waktu bakar dapat dilihat pada Tabel 4.7. Hasil perhitungan kerapatan dilihat dalam Tabel 4.7 berikut ini. , 45 dan 90 Orientasi sudut . Rata-rata Kerapatan grcm 3 1,59 45 1,60 90 1,61 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kerapatan pada sudut 0 ,45 dan 90 adalah sebesar 1,59 grcm 3 , 1,60 grcm 3 dan 1,61 grcm 3 Gambar 4.8 Hubungan Orientasi sudut terhadap kerapatan . 1,59 1,6 1,61 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 45 90 K e rap a tan gr c m 3 Orientasi serat Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 4.8 terlihat bahwa penambahan sudut orientasi SSK tidak berpengaruh besar terhadap nilai kerapatan . Nilai kerapatan pada sudut 0 ,45 dan 90 seharusnya sama karena komposisi masing-masing orientasi sama, yang berubah hanya peletakan sudut SSK saja. Terjadinya perubahan nilai kerapatan terhadap orientasi sudut disebabkan karena metode pembuatan sampel yang masih manual.

4.4.1.2 Hasil Pengujian Daya Serap Air

Data hasil pengujian daya serap air dengan orientasi sudut genteng komposit polimer dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.11. Nilai rata-rata uji sampel untuk setiap variasi persentase berat agregat pasir dengan SSK dengan orientasi sudut diperlihatkan pada tabel L-2 lampiran B. Hasil yang didapat dari pengujian daya serap air terhadap variasi orientasi sudut diperlihatkan pada tabel 4.8, terlampir pada tabel L11 Lampiran K. Hasil perhitungan nilai daya serap air rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini . Tabel 4.8 Nilai Rat-rata Hasil Pengujian Daya Serap Air Orientasi sudut Rata-rata Daya Serap Air 1,69 45 1,68 90 1,68 Dari tabel 4.8 daya serap air sampel dengan orientasi sudut SSK 0 , 45 dan 90 yang dihasilkan berkisar 1,68 dan 1,69. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi sudut tidak mempengaruhi besarnya daya serap air, karena komposisi pada masing-masing orientasi sama yaitu 77:3, yang berbeda hanya peletakan susut SSK. Terjadinya perbedaan nilai daya serap air dihasil uji ini karena cara pembuatan sampel yang masih manual. Hasil ini juga dapat dilihat melaui Gambar 4.9 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Hubungan Orientasi sudut terhadap daya serap air Dari Gambar 4.9 menunjukkan bahwa orientasi sudut SSK tidak mempengaruhi besarnya daya serap air pada komposisi yang sama. 4.4.2 Hasil Pengujian Sifat Mekanik Genteng Komposit Polimer 4.4.2.1 Hasil Pengujian Kekuatan Tarik, Lentur dan Impak Hasil penelitian diperoleh kuat tarik dan lentur pada orientasi sudut 0 ,45 lebih besar dari 90 . Nilai rata-rata uji sampel untuk setiap variasi persentase berat agregat pasir dengan SSK dengan orientasi sudut diperlihatkan pada Tabel L-2 lampiran B. Untuk pengujian kuat lentur menggunakan persamaan 2.12, kuat impak menggunakan persamaan 2.13 dan kuat tarik menggunakan persamaan 2.15. Hasil yang didapat dari pengujian kekuatan mekanik terhadap variasi orientasi sudut diperlihatkan pada tabel 4.9, dilampirkan pada Tabel L12 Lampiran K, Tabel 13 Lampiran M dan Tabel L14 Lampiran N. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini. 1,69 1,68 1,68 1 1,08 1,16 1,24 1,32 1,4 1,48 1,56 1,64 1,72 1,8 1,88 1,96 45 90 D a y a se rap ai r Orientasi serat Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Orientasi sudut terhadap kekuatan mekanik Tarik,Lentur dan Impak Orientasi sudut Rata-rata Kekuatan Tarik kgfcm 2 Rata-rata Kekuatan Lentur Kgfcm 2 Rata-rata Kekuatan Impak Kgfcm 2 53,26 91,37 2,00 45 10,40 56,14 0,22 90 8,98 53,90 0,60 Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kekuatan tarik terbesar terjadi pada orientasi sudut 0 dengan arah serat searah single layer yaitu sebesar 53,26 kgfcm 2 sementara pada sudut 45 kekuatan tarik menurun 80,47 dari sudut 0 sebesar 10,40 kgfcm 2. Pada sudut yang lebih besar 90 terlihat kekuatan tarik semakin menurun sebesar 8,98 kgfcm 2 . Gambar 4.10 Hubungan Orientasi sudut terhadap kekuatan mekanik Tarik,Lentur dan Impak Dari Gambar 4.10 juga dapat dilihat bahwa arah serat pada sampel memberikan pengaruh terhadap sifat mekanik komposit. Ini terjadi karena pengaruh orientasi sudut, karena arah orientasi merupakan hal penting dalam penguatan komposit. Arah orientasi serat berkaitan erat dengan penyebaran gaya 53,26 10,4 8,98 91,37 56,14 53,9 2 0,22 0,6 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 45 90 H a si l Uj i Mek a n ik orientasi serat Kuat Tarik kgfcm² Kuat Lentur kgfcm² Kuat ImpakJcm² Universitas Sumatera Utara yang bekerja pada komposit. Distribusi dari serat paling maksimum jika arah serat searah parallel dengan arah pembebanan. Kekuatan komposit akan berkurang dengan perubahan sudut dari serat, sehingga komposit akan mempunyai kekuatan yang tinggi jika struktur serat dan gaya yang bekerja adalah searah. Sedangkan kekuatannya akan melemah jika struktur arah seratnya berlawanan atau tegak lurus transversal sehingga serat lebih mudah patah. Serat yang transversal dengan arah pembebanan tidak memberi penguatan, malah akan memperlemah. Hal ini dikarenakan matrik komposit sebenarnya tidak mempunyai ikatan secara kimia dengan serat pengisinya melainkan hanya terjadi ikatan antar muka ikatan secara fisika. Ketika gaya makin besar beberapa serat mulai lepas debonding karena adanya tarikan gaya pada ujungnya. Akibat gaya antar muka serat dengan matrik makin lemah sehingga terjadi debonding yakni lepasnya ikatan antara serat dengan matriknya. Pada uji kekuatan lentur, dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kekuatan lentur terbesar ada pada sudut 0 sebesar 91,37 kgfcm 2 dan pada orientasi sudut 45 mulai menurun sebesar 56,14 kgfcm 2 dan 53,90 kgfcm 2 pada sudut 90 . Gambar 4.10 juga memperlihatkan penurunan kekuatan lentur seiring dengan pertambahan sudut orientasi hingga 90 Dari Tabel 4.9 juga terlihat hasil uji impak yang terbesar ada pada sudut . , yaitu sebesar 2 kJcm 2 , sementara pada sudut 45 sebesar 0,22 kJcm 2 dan sudut 90 menunjukkan kekuatan impak semakin turun sebesar 0,13 Jcm 2 Hasil penelitian ini menunjukkan orientasi sudut penempatan serat menyebabkan penurunan sifat mekanik genteng komposit polimer sesuai dengan proporsi orientasi sudutnya. . Universitas Sumatera Utara

4.4.2.2 Hasil Pengujian Ketahan Nyala Api Waktu Nyala dan Jarak Bakar

Nilai rata-rata uji sampel untuk setiap variasi persentase berat agregat pasir dengan SSK dengan orientasi sudut diperlihatkan pada Tabel L-2 lampiran B. Hasil yang didapat dari pengujian ketahanan nyala api variasi orientasi sudut diperlihatkan pada tabel 4.10, terlampir pada Tabel L12 Lampiran K, Tabel L15 Lampiran O dan Tabel L16 Lampiran P.Nilai rata-rata waktu nyala terhadap orientasi sudut serat dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Nilai Rat-rata Ketahanan Nyala Api Orientasi sudut Rata-rata Waktu Nyala detik Rata-rata Jarak Bakar mm 17,51 12,21 45 17,50 12,23 90 17,41 12,28 Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa rata-rata waktu nyala paling cepat pada orientasi sudut 90 pada serat 17,41 detik sampai waktu yang diperlukan agar sampel menyala yang paling lama sebesar 17,51 detik. Begitu juga dengan rata-rata jarak bakar pada orientsai sudut mulai 12,21 mm sampai 12,28 mm. Gambar 4.11 Grafik Orientasi sudut serat terhadap waktu nyala 17,51 17,5 17,41 17,3 17,35 17,4 17,45 17,5 17,55 45 90 W a k tu N y a la de ti k Orientasi sudut serat Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 juga memperlihatkan grafik orientaasi sudut terhadap waktu nyala. Tidak terlihat pengaruh yang besar orientasi serat terhadap waktu nyala.Semakin besar sudut penempatan serat mulai dari 0 , 45 sampai 90 perubahan waktu nyala untuk masing-masing sudut sebesar 17,51 detik, 17,50 detik dan 17,41 detik.Waktu nyala ini seharusnya memiliki nilai yang sama untuk masing-masing sudut karena komposisi serat sama yang berbeda hanya peletakan sudut serat, jadi waktu nyala tidak berpengaruh terhadap orientasi sudut serat. Terjadinya perbedaan nilai waktu nyala ini disebabkan karena pembuatan sampel yang masih manual dan pengujian waktu nyala juga masih manual. Gambar 4.12 Grafik Orientasi sudut serat terhadap Jarak Bakar Dari Gambar 4.12 terlihat bahwa pada masing-masing sudut 0 , 45 dan 90 jarak bakarnya sebesar 12,21 cm, 12,23 cm dan 12,28 cm. Nilai masing- masing jarak bakar seharusnya sama pada setiap sudut yaitu sebesar 12,21 mm, terjadinya perbedaan nilai jarak bakar ini sama halnya dengan waktu nyala yaitu disebabkan karena penbuatan sampel dan pengujian yang masih manual. 12,21 12,23 12,28 12,16 12,18 12,2 12,22 12,24 12,26 12,28 12,3 45 90 Jar ak B ak ar m m Orientasi Serat Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil serangkaian pengujian terhadap sifat fisis, mekanik dan termal pada genteng komposit polimer, pembahasan dan interpretasi data hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik genteng komposit polimer dapat dilihat dari hasil pengujian nilai kerapatan maksimum pada sampel 1 80:0 sebesar 1,73 grcm 3 . Sementara yang mendekati genteng komersil terdapat pada sampel 6 75:5 sebesar 1,54 grcm 3 nilai kerapatan genteng komersil 1,5 grcm 3 , nilai daya serap air minimum sebesar 0,44 berada pada sampel 1 80:0 sementara sampel 2 79:1 daya serap air sebesar 0,64 yang mendekati genteng komersil sebesar 0,6. Pada uji mekanik didapat nilai kekuatan tarik dan impak optimum berada pada sampel 4 77:3 sebesar masing-masing 53,26 kgfcm 2 dan 2 Jcm 2 . Hasil uji kekuatan lentur optimum sebesar 133,39 kgfcm 2 atau 13,08 MPa berada pada sampel 5 76:4 sementara nilai kuat lentur genteng komersil sebesar 10 MPa. 2. Penggunaan SSK dalam penelitian ini sebagai bahan pembuatan genteng komposit polimer belum optimal. Dari hasil uji termal waktu nyala dan jarak bakar optimum berada pada sampel 4 77:3 masing-masing sebesar 17,51detik dan 12,21 mm. 3. Orientasi sudut SSK tidak mempengaruhi sifat fisis dan termal genteng komposit polimer tetapi menyebabkan penurunan sifat mekaniknya kuat tarik, kuat impak dan kuat lentur, dimana besarnya penurunan tersebut berbeda-beda berdasarkan proporsi orientasi sudutnya. Orientasi sudut yang baik untuk pembuatan genteng komposit polimer sebesar 0 . Universitas Sumatera Utara