Hasil Perngujian Ketahanan Nyala Api Waktu Bakar dan Jarak Bakar

Berdasarkan kuat lentur genteng komersil, besar kuat lenturnya 10 Mpa dapat dilihat pada Lampiran Q, dari hasil penelitian ini didapat kuat lentur terbesar 133,39 kgfcm 2

4.3 SIFAT TERMAL GENTENG KOMPOSIT POLIMER

atau 13,08 Mpa konversi ini dapat dilihat pada Lampiran F, Tabel F6.

4.3.1 Hasil Perngujian Ketahanan Nyala Api Waktu Bakar dan Jarak Bakar

Penilaian sifat tahanan api dilakukan dari nyala api alat pembakar Bunsen, kemudian diujung specimen yang digantung untuk waktu selama 30 detik dan api dijauhkan. Dalam pengujian ini akan didapatkan data hubungan waktu yang diperlukan agar specimen menyala yang disebut waktu penyalaan detik. Nilai rata-rata uji sampel untuk setiap variasi persentase berat agregat pasir dengan SSK diperlihatkan pada tabel L-2 lampiran B. Hasil yang didapat dari pengujian waktu nyala dan jarak bakar diperlihatkan pada tabel 4.6, terlampir pada tabel L.8 Lampiran H dan tabel L.9 lampiran I. Data hasil penelitian waktu bakar dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Waktu Nyala dan Jarak bakar No Sampel Komposisi Pasir : SSK Rata-rata Waktu Nyala detik Rata – rata Jarak Bakar mm 1 80 : 0 17,07 16,14 2 79 : 1 17,22 12,35 3 78 : 2 17,40 12,91 4 77 : 3 17,51 12,21 5 76 : 4 17,46 12,90 6 75 : 5 17,22 13,17 Dari data pada Tabel 4.6 didapat waktu penyalaan berkisar antara 17,07 detik sampai 17,51 detik, dimana sampel 1 merupakan waktu nyala yang terendah terjadi pada saat sampel tanpa serat yaitu pada komposisi pasir dan SSK 80 : 0, sebesar 17,07 detik. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Grafik Hasil Uji Waktu Nyala terhadap komposisi pasir dan SSK Gambar 4.6 menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya komposisi SSK dan pengurangan komposisi pasir maka waktu benda untuk menyala semakin lama kecuali untuk sampel 5 dan 6 dengan komposisi 76 : 4 dan 76 : 5, sebesar 17,46 detik dan 17,22 detik, waktu sampel menyala semakin menurun. hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan komposisi matrik dan filler sehingga ikatan matrik dan filler tidak homogen lagi, dimana serat sudah mendominasi. Hal ini menyebabkan waktu nyala sampel 5 dan 6 semakin cepat. Kemampuan nyala ini juga berhubungan dengan matrik yang digunakan yaitu aspal yang terbentuk dari turunan minyak bumi dengan titik leleh 49 – 56 C. 17,07 17,22 17,4 17,51 17,46 17,22 5 10 15 20

80:0 79:1

78:2 77:3

76:4 75:5

W a k tu N y a la de ti k Komposisi Pasir dan SSK Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Grafik Hasil Uji Jarak Bakar terhadap komposisi Pasir dan SSK Gambar 4.7 menunjukkan hasil uji bakar terhadap komposisi pasir dan SSK dimana jarak bakar sampel 1 tanpa serat yaitu komposisi pasir dan SSK 80 : 0 memiliki jarak bakar yang besar yaitu 15,14 mm. Hal ini disebabkan karena sampel yang digunakan hanya terdapat matrik aspal dan polipropilen.Dimana sifat aspal yang terbuat dari turunan minyak bumi. Jarak bakar terkecil ada pada sampel 4 sebesar 12,21 mm. Dimana pada sampel ini terjadi penguatan matrik dan filler. Pada sampel 5 dan 6 jarak bakar meningkat sampai 12,90 mm dan 13,17 mm hal ini terjadi karena ikatan matrik dan fillernya tidak homogen lagi sehingga terjadi ketidak seimbangan komposisi matrik dan filler. Dari data yang dihasilkan pada pembakaran sampel, maka diidentifikasi bahwa genteng komposit polimer ini termasuk kedalam habis terbakar sendiri. 4.4 HASIL PENGUJIAN ORIENTASI SUDUT 4.4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis Genteng Komposit Polimer