Subiyanto B, 2003 yang menyatakan bahwa adanya kecenderungan tidak adanya elemen – elemen penguat ketika terjadinya penambahan serat filler.
Massijaya MY, 2000, menyatakan ikatan antar partikel serat dengan pengikatnya hanya ikatan mekanis saja sehingga ikatan antar partikel rendah,
kemungkinan tidak terjadinya homogenitas pada campuran. Kekuatan ikatan matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan komposit,
jika ikatan matrik dan serat sempurna, maka kekuatan komposit ditentukan oleh kekuatan seratnya, adanya adhesi yang kuat antara matrik dan serat membuat
bidang antar muka menjadi kuat.
4.2.2 Hasil Pengujian Kuat Impak
Kekuatan impak suatu bahan adalah kriteria penting untuk mengetahui kegetasan bahan polimer Surdia, T.1995. Nilai rata-rata uji sampel untuk setiap
variasi persentase berat agregat pasir dengan SSK diperlihatkan pada tabel L-1 lampiran A.
Perhitungan pada kuat impak menggunakan Persamaan 2.13. Hasil yang didapat dari pengujian kekuatan impak diperlihatkan pada tabel 4.4, terlampir
pada tabel L.7 Lampiran G. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Pengujian Hasil Kuat Impak
No Sampel
Komposisi Pasir : SSK
Rata – rata Kuat Impak
Jcm
2
1 80 : 0
0,22 2
79 : 1 0,24
3 78 : 2
0,44 4
77 : 3 2,00
5 76 : 4
0,99 6
75 : 5 0,71
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.4 hasil pengujian kuat impak pada sampel 1 dengan komposisi 80 : 0 merupakan nilai kegetasan yang paling kecil yaitu 0,22 Jcm
2
. Komposisi ini hanya terdapat matrik sebagai pengikat agregat pasir tetapi tanpa
serat yang berfungsi sebagai penahan gaya yang efektif. Kuat impak yang terbesar ada pada sampel 4 dengan komposisi 77 : 3 yaitu 2 Jcm
2
.
Gambar 4.4 Hasil pengujian Kuat Impak Berdasarkan Gambar 4.4 penambahan komposisi serat dapat memperbesar
kekuatan impak, hal ini sesuai dengan fungsi keberadaan serat sebagai penguat atau penahan beban.
Seiring penambahan komposisi serat dan penguranga pasir maka kekuatan impak semakin meningkat, hal ini sesuai dengan fungsi keberadaan serat sebagai
penguat atau penahan gaya dan pasir sebagai agregat sebagai material perkerasan yang memikul beban dan daya tahan terhadap cuaca.
Pada sampel 4 komposisi 77 : 3, didapat nilai impak yang tertinggi sebesar 2 Jcm
2
. Ini terjadi pada saat penambahan serat 3 dan penguranga pasir 1 garam menjadi 77 dengan nilai komposisi matrik tetap maka partikel-partikel antar
agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal dengan baik sesuai dengan fungsi aspal sebagai bahan pengikat yang memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan
0,22 0,24
0,44 2,00
0,99 0,71
0,5 1
1,5 2
2,5
80 : 0 79 : 1
78 : 2 77 : 3
76 : 4 75 :5
U ji I
m p
a k
J cm
2
Komposisi Pasir dan Serat Sabut Kelapa
Universitas Sumatera Utara
agregat pasir serta sebagai bahan pengisi untuk mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori yang ada antara agregat itu sendiri, sehingga terjadi penguatan
ikatan antara matrik dan filler. Tetapi pada sampel 5 dan 6 dengan komposisi 76 : 4 dan 75 : 5, semakin
menurun kekuatan impaknya karena pada komposisi ini dengan bertambahnya serat dan berkurangnya pasir sementara nilai matrik tetap maka ikatan antara
matrik dan SSK mulai melemah karena keberadaan serat yang sudah mendominasi sementara komposisi matrik tidak berubah sehingga berkurangnya
ikatan antara matrik dan filler. Kurangnya ikatan ini mengakibatkan banyak serat yang terlepas dari matrik debonding. Adanya kecenderungan tidak adanya
elemen-elemen penguat ketika terjadinya penambahan filler, Subiyanto B S. E., 2003
4.2.3. Hasil Pengujian Kuat Lentur