5.3. Perbedaan Pengetahuan Tokoh Masyarakat Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Intervensi Simulasi
Dari hasil penelitian, mayoritas pengetahuan tokoh masyarakat sebelum dilakukan intervensi adalah kategori cukup sebayak 16 orang 28,6, sama halnya
pada kelompok kontrol, mayoritas pengetahuan tokoh masyarakat sebelum intervensi dalam kategori cukup 20 orang, 35,7, sedang setelah dilakukan intervensi terjadi
perubahan diketahui bahwa mayoritas tokoh masyarakat mempunyai pengetahuan kategori baik sebayak 22 orang 39,9, sedangkan pada kelompok kontrol,
mayoritas pengetahuan tokoh masyarakat sebelum intervensi dalam kategori cukup 20 orang, 35,7
Dari hasil uji pair t-test pada taraf kepercayaan 95 ยท=0,05 untuk mengetahui perbedaan dan efektivitas simulasi terhadap pengetahuan Tokoh
masyarakat tentang PHBS tatanan rumah tangga, diambil kesimpulan terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan tokoh masyarakat sebelum dan sesudah
intervensi yaitu dari 30,89 menjadi 36,46 sesudah pada kelompok Intervensi. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan
terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi simulasi, sedangkan pada kelompok kontrol ada sedikit mengalami peningkatan rata-rata yaitu
dari 30,54 menjadi 30,64 dengan nilai p=0,083 0,05 , artinya tidak terdapat perubahan pengetahuan secara signifikan pada kelompok kontrol.
Keadaan ini memberikan gambaran bahwa intervensi simulasi sangat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan tokoh masyarakat tentang PHBS
Universitas Sumatera Utara
tatanan rumah tangga, meskipun masa evaluasi terhadap pengetahuan tokoh masyarakat dilakukan selama tiga hari, karena dalam metode simulasi ini
kecenderungan tokoh masyarakat untuk memahami tentang muatan informasi lebih mudah karena disertai dengan contoh-contoh dan alat peragaan.
Simulasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-
hari atau yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tanggung jawabnya.
Proses simulasi ini secara aktif merangsang tokoh masyarakat untuk lebih fokus memahami informasi yang diberikan, sehingga tingkatan pengetahuan
tokoh masyarakat tidak hanya sekedar tahu, tetapi sampai pada tahap analisis, yaitu tokoh masyarakat mampu menjabarkan dan menganalisis
keseluruhan informasi dengan keadaan yang ditemui di lapangan, dan masa satu minggu sebelum dilakukan evaluasi, tokoh masyarakat dapat mengaplikasikannya
dalam proses belajar mengajar, sehingga tahapan pengetahuan ke tahap sintetis secara perlahan mulai terbentuk, sehingga ketika dilakukan evaluasi pengetahuan
kembali terjadi peningkatan pemahanan keseluruhan indikator pengetahuan PHBS tatanan rumah tangga.
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Sukinah 2008 menunjukkan bahwa pelstihan CTS Cuci Tangan Pakai Sabun dengan metode
simulasi mampu meningkatkan pengetahuan siswa sebesar 87,3 dan secara statistik dengan nilai p=0,007 dengan uji independet test menunjukkan terdapat pengaruh
Universitas Sumatera Utara
signifikan pelatihan CTS dengan metode simulasi dengan pengetahuan siswa. Senada dengan penelitian Facturahman, dan Bulkani 2006 bahwa
penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap upaya penanggulangan narkoba dan pencegahan kehamilan tidak diinginkan,
dengan perbedaan rerata nila 59,0 sebelum dilakukan intervensi menjadi 73,5 setelah dilakukan intervensi simulasi dan secara statistik dengan uji pair t-test
menunjukkan pada nilai p=0,004 terdapat perbedaan signifikan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi simulasi, dan hasil uji pair t-test
juga menunjukkan pada nilai t=64,319 menunjukkan terdapat pengaruh metode simulasi dengan pengetahuan siswa tentang penanggulangan narkoba dan pencegahan
kehamilan tidak diinginkan.
5.4. Perbedaan Sikap Tokoh Masyarakat Sebelum dan Sesudah Dilakukan