Ciri-ciri sektor informal Sektor Informal

Umumnya para pedagang sektor informal seperti pedagang kaki lima memiliki latar belakang social yang beraneka ragam baik tingkat pendidikan formal yang rendah dan keterampilan yang sederhana serta berasal dari keluarga yang secukupnya, akan tetapi memiliki semangat juang dan daya tahan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat kota. Pada awalnya para pedagang sektor informal seperti pedagang kaki lima muncul satu persatu dan terus bertambah setelah adanya reaksi pasar yang positif dan tanpa disadari semakin bertambah banyak yang pada akhirnya menciptakan “pasar kaget” dan berkembang menjadi pasar tradisional dan hal ini menjadi suatu realitas sosial yang tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan masyarakat indonesia khususnya dikota-kota besar. Hal ini dapat terjadi sebagai salah satu dampak pembangunan nasional yang tidak merata sampai ke daerah-daerah hingga pedesaan yang mengakibatkan jumlah kepadatan di kota-kota besar meningkat terus setiap tahun sejalan dengan meningkatnya urbanisasi

2.4.3. Ciri-ciri sektor informal

Fenomena dari sektor informal merupakan suatu gambaran unik dari wajah ekonomi kota. Dimana terdapat suatu komunitas masyarakat yang tidak mempunyai akses terhadap sektor ekonomi informal, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. kegiatan usahanya umumnya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama banyak orang dan sistem pembagian kerja yang ketat. Dengan demikian dapat dilakukan oleh perseorangan atau keluarga atau, usaha bersama atas dasar kepercayaan tanpa perjanjian tertulis. 2. Skala usaha relatif kecil, modal kerja dan omset penjualan pada umumnya kecil, dan diusahakan atas dasar hitungan harian. Universitas Sumatera Utara 3. Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha seperti halnya dalam bentuk sektor informal. 4. Bekerja disektor informal lebih mudah dibandingkan bekerja disektor formal. Seseorang dapat memulai dan melakukan sendiri usahanya adalkan ia mempunyai keinginan kesediaan untuk itu, misalnya disebabkan oleh adanya hubungan keluarga. 5. Tingkat penghasilan disektor informal umumnya rendah. 6. Keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil. Kebanyakan usaha- usaha sektor informal berfungsi sebagai produsen atau penyalur kecil yang langsung melayani konsumen. Pendeknya jalur usaha tersebut justru membuat resiko usaha semakin besar dan sangat mudah terpengaruh dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada konsumen. 7. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas menyerap bermacam-macam tingkat pendidikan tenaga kerja. 8. Usaha sektor informal sangat beraneka ragam seperti pedagang kaki lima,pedagang asongan,tukang becak,dan lain-lain. simanjuntak, 1996 : 115-117 Dari study yang dilakukan oleh magdalena dalam yustika, 2000 : 1940 Disimpulkan beberapa garis pokok mengenai sektor informal yang tidak jauh berbeda dengan pendapatan yang diutarakan oleh simanjuntak, sebagai berikut : 1. Mempunyai kegiatan yang tidak terorganisir secara baik,karena kegiatan usahanya timbul tanpa adanya bantuan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia disektor formal. 2. Secara umum aktivitas usaha ini tidak mempunyai izin usaha. 3. Mempunyai kegiatan usaha yang tidak teratur secara baik dari segi lokal maupun jam kerja. Universitas Sumatera Utara 4. Secara umum kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak menyentuh pelaku ekonomi sektor ini. 5. Kegiatan usahanya berganti-ganti dari sub sektor satu kesub sektor lainnya. 6. Menggunakan tehnologi sederhana tradisional 7. Tidak memiliki modal besar, sehingga skala operasinya kecil. 8. Usaha didasarkan atas pengalaman sehingga pendidikan tidak terlalu dibutuhkan. 9. Secara umum usahanya dilakukan oleh satu orang dan pekerjanya direkrut dari keluarga. 10. Hasil produksi atau jasa pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat menengah kebawah

2.4.4. Kekuatan sektor informal.