Yang dipandang bersumber pada perekonomian kota di Negara dunia ketiga yang non sosialis. Ini berarti bahwa istilah sektor informal menunjuk pada adanya dualisme yang ciri kedua bagian
saling bertentangan, sektor formal digunakan dalam pengertian pekerja bergaji dan perusahaan besar yang lain, karena itu beberapa penulis berbicara tentang sektor yang terorganisasi, terdaftar
dan dilindungi oleh hukum Kegiatan perekonomian yang tidak memenuhi kriteria ini kemudian dimasukkan dalam
istilah sektor informal,suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang sering tercakup dalam istilah umum “usaha sendiri”. Ini merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang
terorganisir yang sulit dipantau atau karena itu sering dilupakan dalam sensus resmi akhirnya merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-aturan
hukum, karena defenisi sektor informal ini kurang baik sehingga sering dilengkapi dengan suatu daftar kegiatan agak berbeda yang terlihat apabila menyusuri jalan-jalan kota didunia ketiga
seperti : pekerja kaki lima,penjual Koran, anak-anak penyemir sepatu, penjaga kios,penjaga keliling dan lain-lain. Dengan kata lain mereka adalah kumpulan pedagang kecil,pekerja yang
tidak terlihat dan tidak terampil serta golongan lain dengan pendapatan rendah dan tidak tetap.
2.4.2. Latar belakang Lahirnya Sektor Informal
Sektor informal lahir karena adanya dualisme dalam pembangunan ekonomi yang diterapkan pada zaman colonial. Ciri ekonomi kolonial adalah adanya dualisme antara kota
yang maju dan tempat lokasi industri barang konsumsi dan desa yang terbelakang dan tempat dominasi tenaga kerja berlebihan, didaerah pedesaan juga terdapat dualisme lain, yaitu anatara
ekonomi enklave lokasi perkebunan dan usaha pertambangan modern dan ekonomi tradisional lokasi pertenakan,petani,nelayan,pengrajin, dan lain-lain krissantono.
Universitas Sumatera Utara
Sektor informal dikota selama era pembangunan ini antara lain dipadati oleh kelompok migran sekuler. Motif utama mereka berimigrasi adalah alas an ekonomi. Hal ini didasari atas
adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah pedesaan dan pekotaan. Di kota terdapat kesempatan ekonomi yang lebih besar dibanding dengan pedesaan Todaro, 1995 :
265. Penekanan pada latar belakang pedesaan ini tidak mengejutkan bila diingat bahwa sektor
informal dianggap bermula dari proses urbanisasi yang berlangsung terus, yakni arus tenaga kerja yang berlebih keluar dari pedesaan secara besar-besaran. Dan meskipun para imigran
pedesaan ini merupakan bagian dari kaum miskin di kota, studi-studi yang didasarkan pada penelitian empiris telah membuktikan : pertama bahwa di sektor informal persentase ini tidak
tentu jauh lebih rendah, dan kedua bahwa sejumlah besar mereka yang memperoleh keberhasilan dari sektor informal dilahirkan di daerah kota manning, 1985 : 145
Betapapun kecilnya pendapatan diperoleh pekerja dalam sektor informal di kota, kesempatan kerja dikota senantiasa lebih banyak tersedia daripada di daerah pedesaan dan
standar hidup minimum dikota juga lebih tinggi. Bahkan keadaan penduduk yang paling miskin dikota barangkali jauh lebih baik daripada lapisan berpendapatan rendah dipedesaan manning,
1985 : 146. Sulit dirumuskan secara tegas batasan-batasannya karena luasnya spectrum dan
kompleksitas sektor informal ini walaupun dengan mudah orang menggolongkan mereka yang bekerja debagai pedagang kecil, termasuk kategori bekerja di sektor informal, sehingga proses
pemberian batasan tampaknya harus ditempuh secara terbalik. Dari data empiris yang ada diturunkan karakteristik umumnya untuk kemudian digunakan sebagai batasan apa yang
dimaksud dengan sektor informal ini.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya para pedagang sektor informal seperti pedagang kaki lima memiliki latar belakang social yang beraneka ragam baik tingkat pendidikan formal yang rendah dan
keterampilan yang sederhana serta berasal dari keluarga yang secukupnya, akan tetapi memiliki semangat juang dan daya tahan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat kota.
Pada awalnya para pedagang sektor informal seperti pedagang kaki lima muncul satu persatu dan terus bertambah setelah adanya reaksi pasar yang positif dan tanpa disadari semakin
bertambah banyak yang pada akhirnya menciptakan “pasar kaget” dan berkembang menjadi pasar tradisional dan hal ini menjadi suatu realitas sosial yang tidak dapat dipungkiri dalam
kehidupan masyarakat indonesia khususnya dikota-kota besar. Hal ini dapat terjadi sebagai salah satu dampak pembangunan nasional yang tidak merata sampai ke daerah-daerah hingga pedesaan
yang mengakibatkan jumlah kepadatan di kota-kota besar meningkat terus setiap tahun sejalan dengan meningkatnya urbanisasi
2.4.3. Ciri-ciri sektor informal