“Identifikasi Parasetamol dalam sediaan Obat Tradisonal bentuk Serbuk secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible”. Adapun
pengujian dilakukan oleh penulis di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Medan. 1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya Parasetamol dalam salah satu sediaan jamu reumatik yang beredar di pasaran.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari identifikasi Parasetamol dalam sediaan Obat Tradisional bentuk serbuk secara Kromatografi Lapis Tipis dan
Spektrofotometri UV-Visible adalah agar mengetahui bahwa pada salah satu jamu mengobati reumatik, yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia obat
parasetamol sehingga jamu tersebut tidak lagi dikonsumsi dan beredar di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Depkes RI, 1994.
Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta
khasiat sebagai obat. Dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang di gunakan sebagai obat di sebut simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang di
pergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali di nyatakan lain berupa bahan yang telah di keringkan Depkes RI, 1995.
2.2. Serbuk
Serbuk, berasal dari bahasa latin pulvis adalah sediaan farmasi merupakan campuran obat danatau bahan kimia yang halus, terbagi-bagi dalam bentuk
kering. Beberapa serbuk di siapkan untuk pemakaiaan dalam internal, lainnya untuk pemakaian luar eksternal. Beberapa serbuk di berikan oleh ahli farmasi
dalam jumlah besar dan ada juga yang di bagi dalam bagian-bagian terbungkus, pada dasarnya tergantung dosis atau potensi dari sebuk tersebut.
Penggunaan serbuk internal adalah penggunaan serbuk melalui mulut namum untuk di minum dengan cara mencampurkannya dengan air. Memang
kurang begitu umum di bandingkan dengan penggunaan kapsul dan tablet, namun
Universitas Sumatera Utara
di senangi oleh sebagian pasien yang tidak sanggup menelan obat dengan bentuk sediaan padat lainnya. Akan tetapi kebanyakan obat dengan bentuk serbuk di
gunakan sebagai pemakaiaan eksternal luar biasanya pada kulit. Kebanyakan bahan-bahan obat yang di pakai sekarang terdapat dalam
bentuk serbuk atau kristal dan di campur dengan unsure-unsur serbuk lainnya sebagai pengisi dan penghancur sebelum di buat menjadi sediaan padat. Obat
serbuk kering juga di tambahkan ke dalam salep, pasta, supositoria, dan bentuk sediaan lain, pada waktu pengolahannya. Demikian pula granul yang merupakan
gumpalan-gumpalan baha dari bentuk serbuk di olah menjadi partikel yang dapat mengalir dengan bebas pada dasarnya di gunakan dalam pembuatan tablet dan
dalam sediaan yang kering yang di siapkan dalam bentuk cair sebelum di pakai, dengan penambahan bahan pembantu yang tepat sebagai bahan pengisi.
2.2.1 Pengolahan Serbuk 2.2.1.1 Ukuran Partikel
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
±
10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini
mempunyai standar maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah ”Very Coarse, Coarse, Moderately Coarse, Fine, dan Very Fine” sangat kasar, kasar,
cukup kasar, halus, dan sangat halus, yang di hubungkan denga bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah di standarisasi yang
berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika di adakan pengadukan dan biasanya alat pengaduk yang di gunakan pengaduk ayakan secara
Universitas Sumatera Utara
mekanis. Nomor Standar Ayakan dan masing-masing lubang ayakan di nyatakan dalam milimeter dan mikrometer. Contohnya: Ayakan nomor 2, lubang
ayakannya berukuran 9,5 mm Ansel, 1989.
2.2.2 Serbuk Obat Tradisional
Menurut SK Menkes, 1994 pengertian dari serbuk obat tradisonal adalah sediaan obat tradisonal berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok;
bahan baku nya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya. Sediaan serbuk ini penggunaan nya dengan cara diseduh dalam air
mendidih. Air seduhan diminum sesuai kebutuhan. Karena serbuk berbahankan dari bahan obat tumbuh-tumbuhan yang di keringkan secara alamiah ataupun
merupakan campuran dua atau lebih unsur kimia murni yang di buat menjadi serbuk dalam perbandingan tertentu, maka serbuk harus memiliki persyaratan agar
layak edar. Adapun persyaratan serbuk yang akan diedarkan meliputi : Kadar air : tidak lebih dari 10
Angka lempeng total : tidak lebih dari 10
6
. Angka kapang dan khamir : tidak lebih dari 10
4
. Mikroba patogen : negatif
Aflatoksin : tidak lebih dari 30 bpj. Bahan tambahan :
Pengawet, serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. Serbuk dengan bahan baku sediaan galenik dengan
penyari air atau campuran etanol – air bila diperlukan dapat ditambahkan bahan pengawet.
Universitas Sumatera Utara
Pemanis : Gula tebu gula pasir, gula aren, gula kelapa, gula bit dan pemanis alam lainnya yang belum menjadi zat kimia murni.
Pengisi : Sesuai dengan pengisi yang diperlukan pada sediaan galenik. Wadah dan Penyimpanan : Da|am wadah tertutup baik; disimpan pada suhu
kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari Depkes RI, 1994 Serbuk obat-obatan dari bahan tumbuh-tumbuhan atau hewan ditetapkan
dengan nomor sebagai berikut : Very Coarse powder serbuk sangat kasar atau nomor 8 – semua partikel serbuk
dapat melewati lubang ayakan nomor 8 dan tidak lebih dari 20 melewati lubang ayakan nomor 60.
Coarse powder serbuk kasar atau nomor 20 – semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 20 dan tidak lebih dari 40 yang melewati
lubang ayakan nomor 60. Moderately Coarse powder serbuk cukup kasar atau nomor 40 – semua partikel
serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 40 dan tidak lebih dari 40 yang melewati lubang ayakan nomor 80.
Fine powder serbuk halus atau nomor 60 – semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 60 dan tidak lebih dari 40 yang melewati
lubang ayakan nomor 100. Very Fine powder serbuk sangat halus atau nomor 80 – semua partikel serbuk
dapat melewati lubang ayakan nomor 80 dan tidak ada limitasi bagi yang lebih halus Ansel, 1989.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penyakit Reumatik
2.3.1 Fisiologi Reumatik
Reumatik di definisikan sebagai setiap kondisi yang di sertai rasa nyeri dan kaku pada sistem tulang otot muskuloskeletal dan penyakit yang terjadi pada
jaringan ikat connective tissue. Atau lebih sederhananya penyakit ini dapat di artikan sebagai suatu penyakit yang menyerang sendi, otot, dan jaringan tubuh. Ini
merupakan istilah dalam ilmu kedokteran, serta dalam ilmu kedokteran penyakit ini di masukkan dalam kelompok penyakit sendi atau reumatologi karena
peristiwa mengalirnya mukus ke sendi terjadi pada persendian . Namun jika di kaji dari penyebab terjadinya reumatik, penyakit ini berupa suatu penyakit yang di
sebabkan oleh kerusakan rawan sendi. Rawan sendi berfungsi sebagai bantalan untuk meredam benturan maupun beban berat akibat gerakan sendi dan
meneruskan beban tadi ke tulang bawah sendi. Rawan sendi terbentuk dari sel rawan sendi yang di sebut kondrosit dan matriks rawan yang sebagian besar
terdiri dari air, proteoglikan, dan kolagen. Rawan sendi yang normal selalu mengalami proses kerusakan dan perbaikan secara terus-menerus. Tapi, terkadang
kedua proses yang terjadi ini tidak berjalan lancar seperti biasanya, karena di akibatkan oleh rawan sendi yang rusak atau terjadi peradangan. Akibat kerusakan
yang terjadi timbul rasa nyeri dan sakit yang bukan kepalang rasanya. Keadaan ini terjadi akibat adanya cairan jahat yang di sebut mukus. Cairan ini mengalir dari
otak ke sendi dan struktur lain dalam tubuh. Kondisi ini dalam bahasa Yunani di sebut rheumatismos. Pada umumnya, masyarakat umum menyebutnya
Rheumatism, reumatik, atau rematik Utami, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Gejala Umum Reumatik Gejala umum dari reumatik adalah nyeri sendi, kaku pada sendi, bengkak
pada sendi, gangguan fungsi sendi, sendi tidak stabil, sendi berbunyi, pengecilan otot Atrofi, timbul tofi, perubahan fisik di bagian jari dan kuku, kelainan di
bagian selaput lendir, gangguan penglihatan, gejala lain, seperti: berat badan
menurun, rasa lelah dan lesu, susah tidur, aktivitas seksual suami istri terganggu,
dan selain itu muncul depresi. a.
Nyeri Sendi
Nyeri sendi merupakan keluhan utama setiap penderita rematik. Jika rematik sampai menyerang bagian syaraf, nyeri sendi dapat menjalar jauh hingga
keseliruh tubuh. Nyeri sendi ada dua macam, yaitu nyeri mekanis dan nyeri inflamasi nyeri radang. Nyeri mekanis biasanya muncul setelah manusia
melakukan aktivitasnya yang umum dan nyeri ini akan hilang setelah beristirahat. Sedangkan nyeri inflamasdi biasanya akan timbul di pagi hari ketika seseorang
bangun tidur. Nyeri inflamasi ini akan di sertai rasa kaku pada sendi dan rasa nyeri yang hebat bagi penderita ketika awal gerak dari masa istirahatnya tidur.
Biasanya rasa nyeri baru akan hilang setelah beberapa saat melakukan aktivitas dengan bertahap.
b. Kaku pada Sendi
Kaku sendi adalah kaku yang di akibatkan karena terjadinya desakan suatu cairan di sekitar jaringan tubuh yang sedang mengalami peradangan, seperti
kapsul sendi, sinovia, atau bursa. Gejala ini di tandai dengan sukarnya persendsian
Universitas Sumatera Utara
untuk di gerakkan. Kaku sendi terjadi pada pagi hari dan akan berkurang setelah beristirahat dari aktivitasnya.
c. Bengkak pada Sendi
Bengkak sendi terjadi karena adanya cairan yang menumpuk di sekitar kapsul sendi, sehingga sendi terasa kaku. Cairan yang menumpuk membuat
peradangan pada sendi tengah dalam jaringan lunak dan tulang. Biasanya di tandai dengan memerahnya warna kulit dan terasa panas jika di raba.
d. Gangguan Fungsi Sendi
Gangguan fungsi sendi di sebabkan oleh terjadinya tekukan pada posisi persendian. Tekukan ini sebenarnya adalah kesengajaan oleh si penderita karena
ingin menghilangkan rasa nyeri yang di derita.
e. Sendi Tidak Stabil