66
nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0 ditolak dan menerima HA Ghozali, 2013.
c. Uji Statistik t
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Apabila t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel berarti t hitung signifikan yang berarti hipotesis diterima. Sebaliknya apabila t
hitung yang diperoleh lebih kecil dari t tabel maka berarti hipotesis ditolak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05
α=5. Penerimaan dan penolakan hipotesis dapat dilihat dari masing- masing variabel. Apabila nilai t 0,05 maka hipotesis ditolak dan
sebaliknya jika t 0,05 maka hipotesis diterima Ghozali, 2013.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi 7 yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri atas Environmental
Performance, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, Size, Leverage, dan Profitabilitas. Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Praktik Environmental Disclosure.
1. Variabel Independen
a. Environmental Performance
Menurut Berry dan Rondinelli 1998 dan Pfleiger et al 2005 dalam Ja’far dan Arifah 2006, kinerja lingkungan sangat dipengaruhi oleh
adanya faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah dan tekanan media
67
yang mendorong bagi pengelolaan lingkungan, serta faktor internal seperti kemauan manajemen untuk melakukan manajemen lingkungan secara
proaktif. Lebih jauh, manajemen perusahaan juga akan terdorong untuk melakukan pengungkapan environmental disclosure dalam annual report
sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan. Kinerja lingkungan perusahaan diukur dari PROPER yang
diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup KLH. PROPER merupakan program KLH untuk menilai prestasi perusahaan dalam
pengelolaan lingkungannya. PROPER menggunakan peringkat untuk mengukur kinerja lingkungan perusahaan. Terdapat lima 5 kategori yang
ditandai dengan warna-warna sebagai pemeringkatnya. Urutan peringkat dari yang terkecil ke yang terbesar dalam PROPER adalah hitam, merah,
biru, hijau, dan emas. Dalam penelitian ini digunakan data ordinal yaitu pengukuran kinerja lingkungan menggunakan skor 1 hingga 5 PROPER
Pratama dan Rahardja, 2013.
b. Ukuran Dewan Komisaris Teori agensi menyatakan bahwa dewan komisaris bertugas
melakukan mekanisme untuk mengatasi masalah keagenan yang muncul dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen selaku agen.
68
Karena mungkin fungsi pengawasan dan pemonitoran dewan komisaris sangat efektif dilakukan Nugroho dan Purwanto, 2013.
Dewan komisaris sebagai organ puncak pengelolaan internal perusahaan memiliki peran terhadap aktivitas pengawasan Ardian dan
Rahardja, 2013. Dewan komisaris adalah salah satu mekanisme yang banyak dipakai untuk memonitor manajer. Ukuran dewan komisaris diukur
dengan jumlah dewan komisaris Suaryana dan Febriana, 2012.
c. Proporsi Dewan Komisaris Independen Menurut Herwidayatmo 2000 dalam Suhardjanto 2010,
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuanya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia BEI Nomor I-A
tentang Ketentuan Umum Pencatatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di
BEI wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris
69
independen 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Suhardjanto, 2010.
Indikator yang digunakan adalah indikator yang digunakan dalam penelitian Eng dan Mak 2005 dalam Suhardjanto 2010, yaitu
persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan
dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.
d. Ukuran Komite Audit Adanya komite audit dalam struktur organisasi perusahaan,
pengawasan manajemen menjadi lebih baik dan terperinci. Komite audit sebagai wakil dari dewan komisaris yang langsung mengawasi operasi
perusahaan, sehingga shareholder dalam hal ini diwakili oleh dewan komisaris menjadi lebih mudah dalam mengontrol manajemen. Sehingga
biaya agensi yang ditimbulkan oleh adanya moral hazard lebih dapat diminimalkan Nugroho dan Purwanto, 2013.
Keberadaan Komite Audit dalam perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan, sehingga perusahaan dapat
terhindar dari resiko yang dapat memperburuk kinerja perusahaan Pratama dan Rahardja, 2013. Ukuran komite audit dihitung dengan
70
jumlah anggota komite audit yang ada dalam perusahaan Nugroho dan Purwanto, 2013
.
e. Size Perusahaan Size perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara, yaitu melalui
total aset, total penjualan, maupun nilai pasar saham. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah
mencapai tahap kedewasaan umumnya arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang
relatif lama, selain itu mencerminkan juga bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan
total aset kecil Sudaryono, 2006. Size perusahaan diukur menggunakan logaritma total aset Alexander, 2006, dalam Suaryana dan Febriana,
2012. Perhitungan size perusahaan berdasarkan logaritma total aset adalah sebagai berikut:
f. Leverage Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai
dengan utang Suhardjanto, 2010. Leverage juga memberikan gambaran tentang mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga
71
dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah
Debt to Equity Ratio DER Nugroho dan Purwanto, 2013. Berikut adalah rumus perhitungan leverage:
g. Profitabilitas Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan ukuran kemampuan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan perusahaan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
dan jumlah cabang Sudaryono, 2006. Kemampuan menghasilkan laba dalam penelitian ini adalah
kemampuan menghasilkan laba menggunakan aset yaitu Return on Assets ROA. ROA diukur dengan membandingkan antara laba bersih dengan
total aktiva Suhardjanto dan Choiriyah, 2010. Pengukuran profitabilitas menggunakan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
2. Variabel Dependen