Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian

47 Pertambahan jalan tertinggi terjadi pada tahun 2005 hingga 2006. Hal ini sejalan dengan pertambahan pemukiman. Pertumbuhan pemukiman pada tahun 2005 hingga 2006 juga meningkat tinggi. Infrastruktur berupa jalan sering kali tidak dapat berkurang luasannya. Hal ini disebabkan karena jalan merupakan sarana yang dimanfaatkan tidak hanya untuk akses terhadap pemukiman namun juga untuk kebutuhan lainnya. Luasan jalan dapat bertambah seiring dengan pertambahan pemukiman maupun sarana lainnya karena sarana-sarana tersebut membutuhkan jalan sebagai kebutuhan utama untuk melakukan kegiatan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, laju konversi, baik untuk lahan pemukiman maupun sawah, perkebunan, dan hutan secara parsial yang tertinggi terjadi pada tahun 2006. Laju konversi lahan yang dikonversi untuk pemukiman yang tertinggi juga terjadi pada tahun 2006. Jumlah penduduk yang tinggi pada tahun 2006 menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal dan bangunan lainnya juga bertambah, sehingga lahan pertanian banyak yang dikonversi pada tahun tersebut.

6.2. Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian

Penelitian ini dilakukan pada tingkat makro berdasarkan data sekunder Kecamatan Cisarua sepanjang tahun 2001 hingga 2010. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Pearson untuk mengetahui hubungan harga lahan terhadap laju konversi lahan terhadap luasan pertanian yang terdiri dari sawah, perkebunan, dan hutan serta luasan pemukiman. Harga lahan rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga lahan yang diperoleh berdasarkan NJOP dengan sumber dari Kantor Kecamatan Cisarua dan Direktorat Jendral 48 Pajak Jakarta. Hasil analisis hubungan harga lahan terhadap laju konversi lahan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 3. Hasil Analisis Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian Tahun 2001-2010 dengan Korelasi Pearson Variabel Harga Lahan Lahan Pertanian Sawah, Perkebunan, dan Hutan Pemukiman Harga Lahan Pearson Correlation 1.000 -0.721 0.807 Sig. 2-tailed 0.019 0.005 Lahan Pertanian Sawah, Perkebunan, Hutan Pearson Correlation -0.721 1.000 -0.747 Sig. 2-tailed 0.019 0.013 Pemukiman Pearson Correlation 0.807 -0.747 1.000 Sig. 2-tailed 0.005 0.013 Sumber: Data Primer diolah Hubungan harga lahan terhadap luasan lahan sawah, perkebunan, dan hutan adalah negatif. Nilai korelasi harga lahan terhadap lahan pertanian sebesar - 0.721 dengan nilai p-value sebesar -0.019 pada taraf nyata 5 . Artinya, harga lahan rata-rata berkorelasi negatif dan signifikan terhadap luasan lahan sawah, perkebunan, dan hutan. Apabila harga lahan di Kecamatan Cisarua tinggi, maka luasan lahan sawah, perkebunan, dan hutan akan berkurang akibat adanya peningkatan penjualan lahan yang dilakukan oleh pemilik lahan. Pengurangan luas lahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas pembeli yang mengubah lahannya menjadi vila, hotel, restoran, obyek wisata, dan lain-lain. Selain hubungan harga lahan terhadap sawah, perkebunan, dan hutan dilihat juga korelasi harga lahan terhadap luas pemukiman. Hubungan tersebut berkorelasi positif. Nilai korelasi harga lahan terhadap luas pemukiman sebesar - 0.807 dengan nilai p-value sebesar 0.005 pada taraf nyata 5 . Artinya, harga 49 lahan berkorelasi signfikan terhadap luasan lahan untuk pemukiman. Meskipun harga lahan tinggi kegiatan pembangunan pemukiman terus meningkat karena kenaikan harga lahan cenderung tidak signifikan dibanding dengan wilayah lainnya seperti Jakarta. Hal tersebut menjadi pemicu para pembeli lahan untuk meningkatkan nilai jual lahan yang telah dibeli dengan cara membangun lahan tersebut menjadi tempat tinggal maupun tempat untuk mengembangkan usaha. Pembeli yang berasal dari wilayah Jakarta tetap bersaing untuk membeli lahan di Kecamatan Cisarua meskipun harga lahan di wilayah tersebut terus meningkat pada setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga lahan di Kecamatan Cisarua cenderung tidak signifikan dibandingkan dengan harga lahan per meter persegi yang ada di tempat asal pembeli yaitu Jakarta. Hal ini disebabkan oleh persepsi pembeli mengenai harga lahan yang ada di Kecamatan Cisarua dinilai masih sangat murah dibandingkan harga lahan per meter persegi di Jakarta yang mencapai jutaan rupiah. Ada pun perbedaan harga lahan rata-rata Kecamatan Cisarua dengan DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini. Sumber: Pemerintah Kecamatan Cisarua, 2011 Gambar 9. Harga Lahan Rata-Rata Kecamatan Cisarua dan Jakarta Tahun 2001 – 2010 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 Harga Tahun Harga Lahan Cisarua Harga Lahan Jakarta 50 Kenaikan harga lahan rata-rata di Kecamatan Cisarua cenderung lebih landai jika dibandingkan dengan wilayah Jakarta. Harga lahan rata-rata di Kecamatan Cisarua jauh lebih murah mulai dari Rp 82 000.00 pada tahun 2001 hingga Rp 270 000.00 pada tahun 2010 per meter. Sedangkan harga lahan rata- rata wilayah Jakarta mencapai jutaan rupiah, dimulai dari Rp 800 000.00 pada tahun 2001 hingga Rp 7 455 000.00 pada tahun 2010. Tingkat harga lahan pada Kecamatan Cisarua jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat harga lahan pada wilayah Jakarta. Lebih rendahnya tingkat harga lahan wilayah Kecamatan Cisarua menjadi salah satu faktor pendorong bagi para pembeli lahan yang sebagian besar berasal dari wilayah Jakarta untuk membeli lahan pada Kecamatan Cisarua. harga lahan di Jakarta mencapai Rp 7 455 000.00 per m 2 pada tahun 2010. Hal ini lebih besar dari pada harga lahan yang berlaku pada tahun yang sama di Kecamatan Cisarua yaitu sebesar Rp 270 000.00 per m 2 . Perbedaan harga yang sangat jauh menjadi penyebab tingginya kegiatan jual beli lahan yang menyebabkan terjadinya konversi lahan yang dilakukan pada wilayah Cisarua.

6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan