Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PENELITIAN

17

3.1.4. Hipotesis

Berdasarkan persamaan regresi sederhana di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Harga lahan berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Apabila harga lahan semakin tinggi, maka pemilik lahan akan semakin tertarik untuk menjual lahan yang dimiliki, akibatnya konversi lahan akan semakin tinggi. 2. Lama menetap berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Semakin lama pemilik lahan tinggal di daerah tersebut maka kebutuhan rumah tangga tersebut akan meningkat dikarenakan adanya pertambahan anggota keluarga maupun adanya peningkatan keperluan hidup sehari-hari. Sehingga kecenderungan untuk menjual lahan menjadi besar dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, akibatnya konversi lahan menjadi tinggi. 3. Jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga maka konversi lahan akan semakin tinggi. 4. Tingkat pendapatan berpengaruh negatif terhadap konversi lahan. Apabila tingkat pendapatan suatu rumah tangga tinggi, maka konversi lahan semakin rendah. 5. Luas lahan yang dimiliki berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Semakin besar luas lahan yang dimiliki maka lahan yang dijual semakin tinggi.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Hulu sungai merupakan salah satu penyumbang aliran air ke daerah hilir. Adanya konversi lahan di daerah hulu dapat mengakibatkan berbagai macam ancaman, terutama peristiwa banjir di hilir. Tidak adanya penyerapan akibat lahan 18 terbuka hijau yang telah rusak merupakan salah satu penyebab kejadian tersebut. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya pembangunan luas pemukiman juga diduga menjadi pemicu kurangnya daya resapan air di daerah hulu sehingga menyebabkan debit air yang dialirkan ke hilir menjadi semakin besar. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian. Peneliti melakukan analisis laju konversi lahan dari data konversi lahan yang diperoleh dari Kecamatan untuk menjawab tujuan pertama dalam penelitian ini. Kajian mengenai laju konversi lahan tersebut bertujuan untuk melihat persentase untuk mengetahui seberapa besar lahan yang dikonversi. Berikutnya peneliti melakukan analisis keterkaitan harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian di hulu sungai yang merupakan daerah resapan air. Analisis menggunakan salah satu model statistik yaitu metode korelasi Pearson. Tahapan selanjutnya dan merupakan tahapan terakhir yang dilakukan peneliti untuk menjawab tujuan ketiga dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk dalam mengkonversi lahan dengan metode survei dengan unit analisis penduduk hulu sungai. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui hal apa saja yang mendorong penduduk melakukan konversi lahan. Selanjutnya dari hasil penelitian ini dirumuskan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah setempat dalam mengatur tata guna lahan di hulu sungai. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka berpikir terkait dengan rencana penelitian tersaji pada Gambar 3. 19 Gambar 3. Diagram Alur Berpikir Pembangunan Pemukiman dan Vila Konversi Lahan di Daerah Hulu Potensi Banjir di Daerah Hilir Perubahan Tutupan Lahan Pertambahan Jumlah Penduduk yang Semakin Meningkat Kecamatan Cisarua sebagai Tujuan Wisata Peningkatan Aliran Permukaan run-off Perubahan Tata Guna Lahan Keterkaitan Harga Lahan terhadap Konversi Lahan Diperlukan Kajian Secara Komprehensif Faktor-Faktor Pengaruh Konversi Lahan Laju Konversi Lahan Rekomendasi Kebijakan 20

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan alasan Kecamatan Cisarua merupakan letak hulu Sungai Ciliwung. Lokasi tersebut saat ini telah mengalami konversi lahan dan diduga menjadi salah satu penyebab banjir di daerah hilir. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Maret hingga April 2011. Data diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap penduduk dan aparat kecamatan dan aparat kedua wilayah tersebut. Ada pun perubahan tata guna lahan di kawasan Cisarua pada tahun 2000 ke tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Tahun 2000 Tahun 2009 Sumber: Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung, 2010 Gambar 4. Peta Guna Lahan Kecamatan Cisarua Tahun 2000 dan Tahun 2009