tinggi gelombang terendah adalah 0.85 m dengan periode 3.83 detik. Tinggi gelombang laut lepas yang dibangkitkan oleh kecepatan angin rata-rata berkisar
antara 0.18 - 0.56 m dengan periode berkisar antara 1.84 - 3.19 detik. Gelombang ini menyebabkan terjadinya angkutan sedimen di Pantai Balikpapan. Arah
angkutan sedimen adalah dari barat daya menuju timur laut bersamaan dengan bertiupnya angin dari Selatan dimana angkutan mencapai maksimum pada bulan
September.
III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pantai Teritip hingga Pantai Ambarawang kurang lebih 9.5 km dengan koordinat x = 116
o
59
’
56.4
’’
– 117
o
8
’
31.2
’’
BT dan y = 1
o
7
’
1.2’’ – 1
o
11
’
6
’’
LS Gambar 4. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2009.
Gambar 4 Peta lokasi penelitian dan peta sounding batimetri.
3.2 Metode Perolehan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Data sekunder merupakan data penunjang yang didapatkan dari instansi dan
lembaga terkait, sedangkan data primer diperoleh dari data yang diambil di lokasi penelitian dengan menggunakan alat seperti diperlihatkan pada Tabel 2. Jenis dan
sumber data yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 2 Alat dan data yang digunakan
Alat dan Data Kegunaan
Perangkat survei lapangan : 1. Kapal
2. GPS akuisisi 3 meter 3.
Echosounder odom Echotrac DF3200 MKII akuisisi 0.1 meter
4. Batu duga 5. Citra Landsat tahun 2000 dan 2007
wahana sampling penentuan posisi
menentukan kedalaman untuk mengoreksi Echosounder
mengetahui perubahan garis pantai
Perangkat analisis data :
1. Hardware dan Software Komputer MS. Excel, Macro Excel
, WRPLOT view, ERmapper, Surfer dan Arcview
analisis data
Tabel 3 Jenis dan sumber data yang digunakan
No Jenis data
Sifat Data Sumber
Pr L
P S
1 Pasang surut
√ Dishidros 3
Batimetri √
√ 4
Citra Landsat √ Biotrop
5 6
Arah dan kecepatan angin Gelombang
√ √ Stasiun meteorologi balikpapan
Keterangan : Pr
= Prediksi L
= Lapangan P
= Primer S
= Sekunder
3.2.1 Batimetri
Pengukuran batimetri diukur dengan menggunakan Echosounder pada beberapa titik yang membentuk lintasan sepanjang transek lokasi penelitian
Gambar 4, sedangkan posisi titik pengukuran kedalaman diukur menggunakan GPS. Hasil pengukuran kedalaman dan posisi diplot pada peta digital guna
mendapatkan peta batimetri kedalaman laut. Pemeruman dilakukan sepanjang garis pantai kurang lebih 9.5 km dan ke arah laut sejauh 13 km hingga
kedalaman lebih dari 24 m. Hasil pemeruman ini dikoreksi dengan data pasang surut sehingga dapat diketahui kedalaman sesungguhnya terhadap referensi MSL.
Data batimetri hasil pengukuran digunakan untuk menghitung transformasi gelombang dari tahun 2000 – 2007 dengan asumsi bahwa batimetri yang diukur
tahun 2009 dianggap tidak mengalami perubahan yang berarti.