Variabel Kriteria Penilaian
Bermassa daun padat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05PRTM2008
Kontrol Kelembabana
Udara Pola percabangan horizontal Grey dan Deneke 1978
Berdaun jarum Grey dan Deneke 1978 Kerapatan daun rendah Bianpoen et al. 1989
Peredam Kebisingan
Tajuk rapat dan massa daun rapat Dirjen Binamarga 1996
Struktur cabang dan batang besar Grey dan Deneke 1978
Daun tebal dan tajuk rindang Grey dan Deneke 1978 Penahan Angin
Tajuk massif dan rindang YAI dan BAPPEDA DKI 2001
Dahan yang kuat tapi cukup lentur Dahlan 1992 Vegetasi tinggi Carpenter 1975
Kehadiran Satwa Burung
Memiliki nektar dan bunga Hernowo dan Prasetyo 1989
Jenis pohon berbuah Hernowo dan Prasetyo 1989 Memiliki bentuk batang yang menarik Hernowo dan
Prasetyo 1989
3.3.4 Rekomendasi
Perumusan rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap penilaian fungsi ekologis pohon serta rekomendasi secara
deskriptif berdasarkan kondisi dari eksisting kawasan. Rumusan rekomendasi untuk fungsi ekologis pohon yaitu berupa peta komposit dari hasil analisis sebaran
lima aspek penilaian, yang selanjutnya diberikan rekomendasi untuk memperoleh manfaat secara maksimum bagi pengunjung Setu Babakan. Selain itu,
memberikan rekomendasi bagi fasilitas-fasilitas dan program wisata yang masih belum terlihat pada kawasan berupa ilustrasi yang berfungsi untuk memaparkan
kondisi atau perbaikan yang dapat dilakukan. Tabel 4. Variabel Fungsi Ekologis dan Kriteria Penilaian Lanjutan
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Sejarah
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan sebuah kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah Jakarta sebagai lokasi pelestarian dan
pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Sebagian besar penduduknya adalah orang Betawi asli yang secara turun temurun tinggal di
daerah tersebut, sedangkan sebagian kecil merupakan para pendatang yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini. Kawasan yang mengusung konsep
kampung wisata ini terdiri dari area pemukiman warga dengan desain rumah- rumah Betawi melalui pola-pola ukiran pada fasad bangunannya, objek dan
kegiatan agrowisata, perdagangan rumah makan dan toko cenderamata sebagai penunjang ekonomi warga, serta berbagai fasilitas rekreasi yang disediakan bagi
pengunjung Setu Babakan. Aktivitas wisata yang disuguhkan cenderung beragam. Konsep yang diusung tidak terlepas dari nilai budaya Betawi yang saling
berkesinambungan dengan kegiatan masyarakat di dalam kawasan. Setu Babakan diresmikan pada tahun 2004 melalui SK Gubernur No. 9
Tahun 2000, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya, bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Kawasan ini dianggap masih melestarikan
nilai-nilai budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini juga
pernah menjadi lokasi kunjungan wisata para peserta konferensi PATA Pasific Asia Travel Association di Jakarta pada bulan Oktober 2002. Penetapan Setu
Babakan sebagai Cagar Budaya Betawi telah direncanakan sejak tahun 1996. Kawasan seperti Condet, Jakarta Timur, juga sempat direncanakan sebagai cagar
budaya. Akan tetapi seiring berkembangnya waktu, nuansa budaya Betawi kawasan tersebut semakin luntur sehingga rencana penetapan cagar budaya urung
dilaksanakan.