Lanskap Budaya TINJAUAN PUSTAKA

tipe-tipe vegetasi berlainan, serta mempengaruhi kesuburan dan produktivitas kawasan. Ketiga, faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban, dan defisit tekanan uap air yang memilki pengaruh besar pada pertumbuhan pohon. Iklim mikro pada suatu area yang dipengaruhi kondisi topografi dapat mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan pohon Soerianegara dan Indrawan 2008. Selain faktor-faktor yang mempengaruhinya, geografi tumbuhan dapat membantu dalam mengetahui pola penyebaran berbagai jenis pohon dalam hubungan dengan keadaan fisik bumi, terutama iklim dan geomorfologi atau fisiografi.

2.4 Lanskap Budaya

Lanskap budaya merefleksikan suatu interaksi antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya pada area dan waktu tertentu. Alam pada konteks ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komunitas masyarakat di dalamnya. Keduanya saling berkaitan satu sama lain membentuk karakter lanskap. Pada beberapa bagian wilayah di dalam dunia ini, lanskap budaya berkembang sebagai model interaksi antara manusia, sistem sosial, dan cara mereka mengorganisasi ruang di mana mereka tinggal. Lanskap budaya juga menjadi sebuah fenomena yang kompleks melalui identitasnya yang terlihat secara langsung maupun tersirat dan dapat dirasakan Droste et al 1995. Lanskap budaya tergolong ke dalam lanskap yang dilindungi. Lucas 1992 menyebutkan bahwa terdapat beberapa kategori yang membedakan sifat dari tipe-tipe area yang dilindungi tersebut. Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan dalam hal ini tergolong ke dalam kelompok B kategori VII, yaitu sebagai natural biotic area atau anthropological reserve. Kondisi lanskap dengan segala kegiatan sosial di dalamnya pada kategori ini mengikuti gaya hidup dari komunitas suatu manusia yang hidup secara harmonis dengan lingkungan alam untuk menghindari intervensi yang datang dari teknologi modern. Menurut Lucas 1992, terdapat enam nilai manfaat utama yang baik dimiliki oleh sebuah lanskap budaya. Pertama, keberadaannya dapat mengkonservasi keanekaragaman alam dan hayati, tidak hanya sebatas area dengan sumber daya alam di dalamnya melainkan juga ekosistem pada lanskap yang lebih luas, termasuk tanaman dan beragam jenis satwa yang telah berevolusi seiring dengan berkembangnya campur tangan manusia. Kedua, mengkonservasi bangunan dan praktek-praktek penggunaan lahan tertentu yang menyimpan sejarah manusia. Ketiga, memelihara gaya hidup lokal atau tradisional. Konsep yang dimiliki oleh lanskap yang dilindungi mampu memberikan hal tersebut melalui penyediaan sarana untuk mengontrol pembangunan yang tidak berbasis budaya lokal yang dapat merusak karakter sosial dari komunitas masyarakatnya. Keempat, mampu menawarkan kegiatan rekreasi dan inspirasi. Kelima, menawarkan nilai edukasi dan pemahaman yang dapat memberikan ilustrasi melalui contoh representatif terhadap bentukan-bentukan lanskap dari campur tangan manusia dan keberadaan manusianya itu sendiri dari lingkungan alami tempat di mana mereka tinggal. Keenam, mampu menunjukkan suatu sistem pada kegiatan pemanfaatan secara berkelanjutan yang selaras dengan alam. Kawasan ini akan lebih baik mampu memberikan nilai ekonomi bagi tempat tinggal mereka, menjaga identitas budaya dari komunitas masyarakatnya, memberikan kepuasan secara sosial dan spiritual, serta nyaman melalui keindahannya.

2.5 Ruang Terbuka Hijau