23 Uji beda antara GCA genotipe tetua dan antara SCA genotipe hasil
persilangan dilakukan dengan menggunakan uji beda kritis critical difference dengan rumus dari Singh dan Chaudhary 1979 :
CD = SE x t
5
Keterangan : CD = critical difference
SE = Standard Error = a α adalah varians beda efek DGUDGK
2. Analisis Nilai Heterosis
Pendugaan nilai heterosis hibrida dianalisis berdasarkan nilai tengah kedua tetua mid parent heterosis atau heterosis dan nilai tengah tetua terbaik best
parents atau heterobeltiosis.
Heterosis = 100
1 x
MP MP
F μ
μ μ −
Heterobeltiosis = 100
1 x
BP BP
F μ
μ μ −
Keterangan : μF1 = nilai tengah progeni
μMP = nilai tengah kedua tetua ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ +
2 2
1 P P
μBP = nilai tengah tetua terbaik Untuk mengetahui adanya beda nyata nilai heterosis yang diperoleh diantara
genotipe hibrida hasil persilangan yang diuji, maka data yang diperoleh diuji dengan menggunakan uji F.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil rekapitulasi analisis varians Tabel 4 menunjukkan ketiga karakter, yaitu panjang tongkol, jumlah biji per tongkol dan bobot 1000 biji berbeda nyata
antar genotipe pada taraf 1 di kedua lokasi. Selanjutnya dapat dilakukan pendugaan nilai daya gabung untuk karakter-karakter tersebut. Sementara itu interaksi antara
genotipe dan lingkungan menunjukkan nilai yang berbeda nyata pada karakter panjang tongkol dan bobot 1000 biji.
Tabel 4. Rekapitulasi kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan Resiprokal hasil persilangan dialel 8x8 di dua lokasi.
Sumber Variasi
db Panjang Tongkol
Jumlah Biji per Tongkol Bobot 1000 Biji
Bogor Lampung Bogor Lampung
Bogor Lampung
Genotipe 63 11.88 9.53
10,847.33 19,659.44
1,857.94 3030.39
DGU 7 3.52
7.76 3,875.06
4711.91 497.62
659.47 DGK 27
7.78 4.61
6,527.77 12,951.86
1,102.28 1,938.28
Resiprokal 27 0.25
tn
0.60 638.96
tn
614.75
tn
166.77 169.64
Galat 126 0.24 0.09 440.38 486.59 75.03 96.27 CV
4.87 3.15 8.47 8.24 6.24
7.07
Ketiga karakter memiliki kuadrat tengah nilai daya gabung umum dan nilai daya gabung khusus yang berbeda nyata pada taraf 1 di kedua lokasi. Berdasarkan
nilai kuadrat tengah yang sangat nyata untuk nilai DGU, berarti terdapat satu atau lebih galur yang merupakan penggabung yang baik untuk karakter komponen hasil
ini. Nilai yang berbeda nyata untuk DGU dan DGK pada karakter di atas mengindikasikan bahwa gen aditif dan non aditif berperan dalam mengontrol karakter
tersebut Baker 1978. Kuadrat tengah efek resiprokal, karakter panjang tongkol di lokasi Lampung
dan bobot 1000 biji di kedua lokasi memberikan nilai yang berbeda nyata pada taraf 1. Pengaruh resiprokal yang berbeda sangat nyata untuk karakter bobot 1000 biji di
kedua lokasi mengindikasikan adanya pengaruh tetua betina.
Keterangan : Berbeda nyata pada taraf 1,
Berbeda nyata pada taraf 5
tn
Tidak berbeda nyata
25 Ketiga karakter yang lain, yaitu diameter tongkol, Bobot tongkol panen dan
hasil menunjukkan beda nyata antar genotipe pada taraf 1 Tabel 5. Demikian pula dengan kuadrat tengah DGU dan DGK untuk karakter diameter tongkol, Bobot
tongkol panen dan hasil di kedua lokasi berbeda nyata pada taraf 1, hal ini menunjukkan bahwa terdapat satu atau lebih genotipe yang merupakan penggabung
yang baik dan terdapat satu atau lebih kombinasi persilangan terbaik. Bari et. al. 1974 menyatakan bahwa ragam DGU disusun oleh ragam genetik aditif sehingga
apabila nilai DGU menunjukkan hasil yang nyata dapat diasumsikan pengaruh ragam genetik aditif besar. Galur yang memiliki ragam aditif besar sebaiknya tidak
diarahkan dalam pembentukan hibrida. Efek gen non aditif untuk karakter hasil pipilan kering pada jagung memiliki nilai yang signifikan Dehghanpour et al., 1996;
San-Vicente et al., 1998; Kalla et al., 2001. Sementara itu, interaksi genotipe dengan lingkungan menunjukkan nilai yang berbeda nyata untuk karakter Bobot tongkol
panen dan hasil Efek resiprokal untuk seluruh karakter juga berbeda nyata pada taraf 1,
hanya untuk karakter diameter tongkol di lokasi bogor yang berbeda yanta pada taraf 5. Keadaan ini menunjukkan bahwa untuk karakter diameter tongkol, Bobot
tongkol dan hasil dipengaruhi oleh efek tetua betina. Tabel 5. Rekapitulasi kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan Resiprokal hasil
persilangan dialel 8x8 di dua lokasi
Sumber Variasi
db Diameter Tongkol
Bobot Tongkol Panen
Hasil Bogor Lampung
Bogor Lampung
Bogor Lampung
Genotipe 63 0.53 0.60
2.15 1.34
5,733,892.34 3,593,874.08
DGU 7 0.09
0.05 1.07
1.22 2,848,699.10
3,403,087.92 DGK 27
0.36 0.42
1.18 0.59
3,132,436.43 1,559,156.79
Resiprokal 27 0.01 0.01
0.17 0.11
455,808.05 285,476.79
Galat 126
0.008 0.003
0.025 0.026
66,409.944 80,838.700
CV 3.39 1.91
12.20 15.30 12.20
15.30 Keterangan :
Berbeda nyata pada taraf 1, Berbeda nyata pada taraf 5
tn
Tidak berbeda nyata
26 Tabel 6. Rekapitulasi kuadrat tengah interaksi DGU, DGK dan Resiprokal dengan
Lingkungan.
Sumber Variasi db
Panjang Tongkol
Jumlah Biji per Tongkol
Bobot 1000 Biji
DGU X LINGK 7
1.34 tn 1836.59 tn
243.67 tn DGK X LINGK
27 8.74
9687.72 2895.97
RECIP X LINGK 27
0.45 574.67 tn
175.89
Tabel 7. Rekapitulasi kuadrat tengah interaksi DGU, DGK dan Resiprokal dengan Lingkungan.
Sumber Variasi db
Diameter Tongkol
Berat Tongkol Panen Hasil
DGU X LINGK 7
0.02 tn 0.15 tn
923567.35 tn DGK X LINGK
27 0.49
2.17 3458476.47
RECIP X LINGK 27
0.03 0.14
536198.84
Nilai kuadrat tengah interaksi DGU dengan lingkungan untuk seluruh karakter, yaitu panjang tongkol, jumlah biji per tongkol, bobot 1000 biji, diameter
tongkol, berat tongkol panen dan hasil menunjukkan tidak berbeda nyata. Dengan kata lain bahwa kondisi lingkungan tidak berpengaruh pada nilai DGU galur-galur
jagung yang diuji. Sementara untuk kuadrat tengah interaksi DGK dengan lingkungan
menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata pada seluruh karakter yang diamati, hal ini menandakan bahwa nilai DGK kombinasi persilangan di lokasi Bogor berbeda
dengan nilai DGK kombinasi persilangan di lokasi Lampung. Demikian pula dengan nilai kuadrat tengah interaksi resiprokal dengan lingkungan yang berbeda nyata,
kecuali pada karakter jumlah biji per tongkol.
Keterangan : Berbeda nyata pada taraf 1,
Berbeda nyata pada taraf 5
tn
Tidak berbeda nyata
Keterangan : Berbeda nyata pada taraf 1,
Berbeda nyata pada taraf 5
tn
Tidak berbeda nyata
27
Penampilan Hibrida
Nilai tengah karakter panjang tongkol, jumlah biji per tongkol dan bobot 1000 biji di dua lokasi Tabel 6 menunjukkan hasil yang lebih baik dari varietas
pembandingnya, yaitu BISI 2 dan SHS 12. Di lokasi Bogor, persilangan P4P6 memberikan nilai tengah panjang tongkol tertinggi, yaitu 20.30 cm, jumlah biji per
tongkol 429.09 dan bobot 1000 biji 250 g pada kadar air 10. Di lokasi Lampung, persilangan P8P3 menunjukkan nilai tengah panjang tongkol 19.00 cm, jumlah biji
per tongkol 536.13 dan bobot 1000 biji 261.2 g. Tabel 8. Nilai Tengah Karakter Panjang Tongkol, Jumlah Biji per Tongkol dan Bobot