Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

kecamatan dalam 3. Adanya Pedum, Juklak dan Juknis PMUK Alih teknologi Faktor Eksternal Peluang Opportunities O Ancaman Threat T 1. Adanya program K2I. 1. Status petani masih penggarap 2. Pemasaran hasil cukup baik. 2. Luas lahan garapan yang sempit 3. Adanya kelompok tani yang bergerak pada komoditi sayuran 3. Infrastruktur wilayah kurang baik 4. Terjadinya alih fungsi lahan. 4. Ketersediaan lahan cukup 5. Koordinasi lintas sektoral masih lemah.

A. Kekuatan Strength

Faktor kekuatan Strength yang mempengaruhi program PMUK melalui pola BPLM dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adanya dana PMUK Program PMUK melalui pola BPLM yang dirancang oleh Departemen Pertanian telah diimplementasikan dengan dukungan APBN yang berupa bantuan modal bagi usaha tani kecil dan berupa uang tunai langsung ke rekening kelompok tani. Di samping bantuan langsung kelompok tani APBN juga memfasilitasi kegiatan pembinaan untuk alih teknologi. 2. Adanya kelembagaan penyuluhan tingkat kabupaten dan kecamatan Program PMUK melalui pola BPLM secara operasional dilaksanakan oleh Dinas KabupatenKota melalui program penyuluhan dan di tingkat kecamatan dilaksanakan oleh Kantor Dinas Pertanian KecamatanBalai Penyuluhan Pertanian sehingga dalam penyelenggaraan program PMUK dalam aspek birokrasi pemerintahan tidak akan mendapatkan kendala yang berarti. 3. Adanya Pedum, Juklak dan Juknis program PMUK. Untuk persamaan persepsi baik petugas Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan serta mempermudah dalam mengimplementasikan Program PMUK, Direktorat Jenderal Hortikultura menerbitkan Pedoman Umum untuk pelaksanaan program PMUK dan dijabarkan oleh Dinas Tanaman Pangan Propinsi dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan Juklak dan Dinas Pertanian Kabupaten menyusun Petunjuk Teknis Juknis yang akan dipedomani oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapang PPL dalam membina petani atau kelompok tani. 70

B. Kelemahan Weakness

Faktor kelemahan yang menghambat pencapaian sasaran program PMUK antara lain sebagai berikut : 1. Jumlah Petugas terbatas Berpedoman pada Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kabupaten Pelalawan yang membidangi Produksi Hortikultura berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 satu orang Kepala Sub Dinas Produksi Hortikultura, 1 satu orang Kepala Seksi Benih Hortikultura dan 1 satu orang Kepala seksi Sayuran, yang mana ketiga petugas ini merangkap sebagai staf dalam mengerjakan administrasi dan pembinaan ke lapangan. 2. Sarana Mobilitas petugas belum memadai. Untuk melakukan monitoring, pembinaan program PMUK, petugas kabupaten belum mendapatkan kendaraan yang memadai sehingga pembinaan ke kelompok tidak tepat waktu disamping itu jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya sangat berjauhan. 3. Masih rendah kemapuan petugas dalam alih teknologi. Terlihat kualitas dan kuantitas produksi sayuran yang dihasilkan oleh petani penerima Program belum maksimal dikarenakan rendahnya pengetahuan petugas tentang teknik budidaya sayur-sayuran

C. Peluang Opportunities

Faktor peluang adalah faktor eksternal yang dapat diperkirakan mendukung keberhasilan program, faktor pendukung tersebut antara lain : 1. Adanya program K2I Propinsi Riau. Program K2I adalah singkatan dari program penanggulangan kemiskinan dan kebodohan serta peningkatan infrastruktur yang merupakan kebijakan utama dalam pembangunan di Propinsi Riau sejak tahun 2004 sampai dengan 2009. Program PMUK sangat selaras dengan program K2I, sehingga untuk mendukung program PMUK dapat disinkronisasi dengan program K2I guna mendapatkan dukungan dari APBD Propinsi Riau. 2. Pemasaran hasil cukup baik 71 Hasil produksi petani yang berupa sayuran untuk memasarkannya tidak menemui kendala yang berarti karena permintaan yang cukup tinggi di masyarakat. Pada umumnya petani telah mempunyai hubungan yang baik dengan para pedagang pengumpul di desa atau petani menjual langsung ke pasar terdekat. 3. Adanya kelompok tani yang bergerak pada komoditi sayuran. Kelompok tani sayuran sudah ada sebelum adanya program PMUK akan tetapi teknik budidayanya masih konfensional belum menerapkan budidaya yang baik dan benar. 4. Ketersediaan lahan cukup Ketersediaan lahan untuk pengembangan hortikultura di Kabupaten Pelalawan cukup luas ini terlihat dari luas lahan kering yang dapat dimanfaatkan ada seluas 20.520 ha.

D. Faktor ancaman Threat

Faktor ancaman adalah faktor eksternal yang diperkirakan akan menghambat pencapaian atau keberhasilan program. Faktor ancaman tersebut adalah : 1. Status petani masih penggarap. Pada umumnya status lahan usaha tani peserta program adalah pinjaman pinjaman dari lahan milik desa atau milik pribadi yang sementara waktu belum akan dimanfaatkan oleh si pemilik. Dengan status lahan seperti ini maka jaminan keberlanjutan pelaksanaan program akan menjadi terhambat. Kondisi di lapangan memperlihatkan kecenderungan bahwa setelah dipakai oleh petani selama 2 sampai dengan 3 tahun lahan pinjaman tersebut telah dalam kondisi baik, maka si pemilik akan memintanya kembali dengan berbagai alasan. Status lahan pinjaman. 2. Luas lahan garapan yang sempit. Luas garapan petani sayuran di Propinsi Riau peserta program PMUK melalui pola BPLM umumnya adalah pada lahan sempit dengan luas lahan garapan untuk usaha taninya antara 0,30 – 0,40 ha per keluarga petani. Dengan lahan yang sempit ini akan sulit dilakukan peningkatan kapasitas dan efisiensi produksi. 72 3. Infrastruktur wilayah kurang baik. Seperti diketahui bahwa infrastruktur wilayah yang baik akan sangat mendukung aktifitas dan perkembangan usaha ekonomi masyarakat. Pada saat ini kondisi infrastruktur wilayah seperti jalan desa, jembatan dan transportasi pada lokasi sentra pengembangan usaha tani program PMUK malalui pola BPLM sangat minim sehingga menghambat petani dalam melaksanakan usaha taninya dan pemasaran hasil. 4. Terjadinya alih fungsi lahan. Terjadinya alih fungsi lahan pangan dan hortikultura menjadi lahan perkebunan dan peruntukan lainnya menjadi ancaman yang paling nyata bagi keberadaan usaha tani pangan di Propinsi Riau. Pada kondisi saat sebagian besar lahan pangan dan hortikultura telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan, terutama lahan perkebunan kelapa sawit yang memang saat ini lebih menjanjikan secara ekonomi. 5. Koordinasi lintas sektoral masih lemah. Persoalan klasik dalam implentasi program pembangunan di wilayah adalah lemahnya koordnasi antara pihak-pihak terkait dalam melaksanakan program. Lemahnya koordinasi antara instansi pelaksana program pada satu wilayah akan menyebabkan program akan tumpang tindih, dan akibatnya terjadi persaingan terhadap pemanfaatan lahan dan peserta binaan. Hal ini juga mengakibatkan banyak program pemberdayaan masyarakat di pedesaan menjadi kurang fokus. 6.2.Analisis Matriks IFE 73 Dari hasil pembobotan dan penentuan rating maka dapat diperoleh nilai dari IFE Tabel 16. Tabel 16. Matriks IFE No. Faktor strategis internal Bobot Rating Bobot skor A Kekuatan 0.14 1 Adanya dana PMUK 4 0.560 Adanya kelembagaan penyuluhan tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan 2 0.19 3 0.570 3 Adanya Pedum, Juklak dan Juknis PMUK 0.16 4 0.640 1.770 B Kelemahan 1 Jumlah Petugas terbatas 0.17 2 0.340 2 Sarana mobilitas petugas terbatas 0.17 1 0.170 Masih kurangnya kemampuan petugas dalam alih teknologi 3 0.17 2 0.340 0.85 Jumlah 2.620 Hasil akhir analisis matriks IFE untuk elemen kekuatan dan kelemahan untuk elemen kekuatan diperoleh dari nilai indeks akumulatif skor sebesar 1,770, sedangkan nilai akhir bobot skor untuk kelemahan sebesar 0,85. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan pandangan yang cukup tinggi pada faktor kekuatan dan respon yang relatif kecil untuk faktor kelemahan. Sedangkan untuk total nilai bobot skor faktor strategis internal sebesar 2,620. Melihat hasil tersebut, menunjukkan bahwa pengembangan program PMUK di Kabupaten Pelalawan di atas rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhannya, nilai bobot skor untuk elemen kekuatan lebih besar dari nilai bobot skor elemen kelemahan, maka dapat kita katakan bahwa dalam pengembangan program PMUK di Kabupaten Pelalawan mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada. 74

6.3. Analisis Matriks EFE

Dari hasil pembobotan dan penentuan rating maka dapat diperoleh nilai dari EFE Tabel 17. Tabel 17. Matriks EFE Bobot skor Faktor strategis internal Bobot Rating No. Peluang A Hasil akhir analisis matriks EFE untuk elemen peluang dan ancaman untuk elemen peluang diperoleh dari nilai indeks akumulatif skor sebesar 1,650, sedangkan nilai akhir bobot skor untuk ancaman sebesar 0,760. Hal ini 1 Adanya Program K2I 0.09 1 0.090 2 Pemasaran hasil cukup baik 0.07 3 0.210 3 Adanya kelompk tani yang bergerak pada komoditi sayuran 0.10 2 0.200 4 Ketersediaan lahan yang cukup 0.13 3 0.390 0.890 Ancaman B 1 Status masih penggarap 0.11 1 0.110 2 Luas lahan garapan yang sempit 0.15 2 0.300 3 Infrastruktur wilayah kurang baik 0.10 1 0.100 4 Terjadinya alih fungsi lahan 0.14 1 0.140 5 Koordinasi lintas sektoral masih lemah 0.11 1 0.110 0.760 1.650 Jumlah 75 menunjukkan bahwa responden memberikan pandangan yang cukup tinggi pada faktor peluang dan respon yang relatif kecil untuk faktor ancaman. Sedangkan untuk total nilai bobot skor faktor strategis eksternal sebesar 1,650. Melihat hasil tersebut, menunjukkan bahwa pengembangan program PMUK di Kabupaten Pelalawan di bawah rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhannya, nilai bobot skor untuk elemen peluang lebih besar dari nilai bobot skor elemen ancaman, maka dapat kita katakan bahwa dalam pengembangan program PMUK di Kabupaten Pelalawan mampu memanfaatkan peluang sebaik mungkin.

6.4. Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan matriks matching tool yang membantu untuk mengembangkan empat tipe strategi untuk penyempurnaan strategi baru penyaluran dana usaha desakelurahan yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Strategi SO adalah menggunakan kekuatan internal Program PMUK untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar Program PMUK. Strategi WO adalah memperkecil kelemahan-kelemahan internal Program PMUK dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Strategi ST adalah Program PMUK berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Terakhir, strategi WT adalah merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Strategi yang dikembangkan untuk penyempurnaanmembentuk strategi baru penyaluran dana usaha desakelurahan untuk masing-masing tipe strategi ditunjukkan pada Gambar 5. 76

Dokumen yang terkait

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat

21 135 83

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER

0 13 7

Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat)

0 11 106

Pemberdayaan kelompok tani karet melalui penguatan modal usaha kelompok (kasus desa teluk sampudau, kecamatan karau kuala, kabupaten Barito Selatan)

0 13 111

Pemberdayaan kelompok tani karet melalui penguatan modal usaha kelompok (kasus desa teluk sampudau, kecamatan karau kuala, kabupaten Barito Selatan)

0 40 101

Strategi Peningkatan Peran Program Penguatan Modal Kelompok (PMUK) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sayur di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

0 3 118

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Petani Bawang Merah di Kabupaten Bantul

0 2 16

Keberhasilan Program Kredit Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) pada Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul

0 3 16

PELAKSANAAN PROGRAM PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) PADA KELOMPOK TANI SERBA USAHA DI KELURAHAN BATIPUAH PANJANG KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG.

0 0 10

Manfaat Program Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Penguatan Aksebilitas Petani (studi Kasus di Kelompok Tani Bina Harapan, Desa Karamatwangi, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut).

0 0 2