Strategi Peningkatan Peran Program Penguatan Modal Kelompok (PMUK) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sayur di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PERAN PROGRAM

PENGUATAN MODAL KELOMPOK (PMUK) DALAM

PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAYUR

DI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

YULIATMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Srategi Peningkatan Program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dalam Pemberdayaan Klomok Tani Sayur di Kabupaten Pelalawan. Adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebitkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini,

Bogor, Januari 2009

Yuliami


(3)

ABSTRACT

YULIATMI. Strategies in Improving the Role of the Program in Strengthening Group Business’s Capital (PSGBC) in the Empowerment of Vegetable Farmer Groups in the Regency of Pelalawan, Province of Riau. Under the Supervision of Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Sc as Head and Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja,M.Sc as Member of the Supervisory Commission

In the empowerment of farmer community, a Program in Strengthening Group Business’s Capital (PSGBC) has been conducted through a Direct Loan to the community. Pelalawan is one regency that has received PSGBC since 2004. The program has involved eight groups of farmers (consisting of 54 farmers) who deal with vegetables commodities such as chilly, spinach, kangkung (water spinach), etc. In its operation, PSGBC has some problems. First, there are still farmers who have not returned the fund of PSGBC to the farmer groups. This has affected the sustainability of their farm businesses. Second, some farmers still move from one area to another because those who receive PSGBC are the farmers who cultivate lands. Further, the farmers in the Regency of Palalawan often produce the same commodities as other farmer groups, thus making the price of the commodities low. Those problems above will certainly inhibit the attainment of PSGBC’s goals, particularly increased production, productivity, and the income of farmers receiving PSGBC. The first objective of the study was descriptively analyzed and the second was examined with the methods of SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats) and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Based on the resulted evaluation of the PSGBC, the vegetable farmers have not been successful as a result of their low education (of nine years). The relatively low education will cause a slow change in thinking ability through the development program because in general a person with a low education is slow in making decisions. The status of borrowed land is also a constraint to the success of PSGBC because the period of utilizing the land is only 2-3 years and after the period the land must be returned to its owner. The results of SWOT and QSPM analysis show that there are three major priorities for the improved role of PSGBC in the Regency of Pelalawan in increasing the income of vegetable farmers: (1) accelerating land certification for the farmers of PSGBC; (2) improving access to


(4)

marketing; and (3) empowering institutions for extension, capital arrangement, promotion, and marketing in the Regency of Pelalawan to support PSGBC.

To be successful, PSGBC requires the support of the local government, particularly of Pelalawan Regency. First, it is necessary for the related institution to form RTRW (a neighborhood) for the purpose of developing and establishing a vegetable region as well as confirming the land rights for the farmers. Second, it is necessary to create coordination between the provincial government and regency government in formulating the development plan in horticultural agribusiness (vegetables) by expanding cultivated land (sharing program). Third, it is necessary to improve human resources through training, internship, and comparative studies to successful regions; in which case the most important to consider is the identification of potential farmers and locations. Fourth, institutional empowerment is also necessary, i.e. by developing and supervising the existing institutions, conducted by the local governments through related institutions such as Food Crop Services, and by empowering KUD (Sub-district Cooperative Unit) in providing production facilities. The role of the government is also needed to facilitate the provision of capital for farmers.


(5)

RINGKASAN

YULIATMI. Strategi Peningkatan Peran Program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sayur di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Dibimbing oleh Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Sc sebagai ketua dan Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja,M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat petani telah diterapkan program PMUK melalui pendekatan (pola) Bantuan Pinjaman Langsung ke Masyarakat (BPLM). Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang mendapatkan program PMUK yaitu sejak tahun 2004. Program ini telah melibatkan 8 kelompok tani, dengan jumlah petani 54 orang, dengan berbagai komoditas sayuran seperti cabai, bayam, kangkung, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan PMUK, terdapat beberapa permasalahan. Pertama, masih ada petani yang belum mengembalikan dana PMUK kepada kelompok tani. Sehingga hal tersebut berdampak pada status keberlanjutan para petani dalam usahataninya. Permasalahan kedua yaitu masih ditemukannya petani yang berpindah-pindah. Hal tersebut terjadi karena petani yang mendapatkan PMUK adalah petani penggarap. Selain kedua masalah tersebut para petani di Kabupaten Palalawan sering mempoduksi komoditi yang sama dengan kelompok tani lainnya sehingga harga komoditi tersebut menjadi murah. Permasalahan di atas tentunya akan menghambat pencapaian tujuan PMUK khususnya peningkatan produksi, produktivitas, dan pendapatan petani penerima PMUK. Tujuan penelitan pertama dianalisis secara diskriptif sedangkan untuk tujuan ke dua dianalisia dengan metoda SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Berdasarkan hasil evaluasi Program PMUK petani sayur di Kabupaten Pelalawan belum berhasil dikarenakan tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu 9 tahun, kondisi tingkat pendidikan yang relatif rendah ini menyebabkan perubahan pola pikir melalui program pembangunan akan berjalan lambat, karena pada umumnya orang yang berpendidikan rendah akan lambat dalam pengambilan keputusan. Status lahan pinjam ini juga merupakan penghambat keberhasilan


(6)

program PMUK karena jangka waktu pemanfaatan lahan pinjaman 2-3 tahun setelah itu diambil kembali oleh pemilik lahan. Sedangkan hasil analisis SWOT dan QSPM menunjukkan bahwa tiga prioritas utama strategi peningkatan peran program PMUK di Kabupaten Pelalawan untuk meningkatkan pendapatan petani sayur yaitu (1) mempercepat sertifikasi lahan petani PMUK; (2) mempercepat peningkatan akses jalan pemasaran; dan (3) pemberdayaan kelembagaan seperti penyuluhan, Permodalan, promosi dan pemasayaran di Kabupaten Pelalawan untuk mendukung program PMUK.

Untuk mencapai keberhasilan program PMUK maka diperlukan dukungan dari Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Pelalawan. Pertama, perlu penyusunan RTRW oleh instansi terkait, untuk menumbuhkan dan memantapkan kawasan sayuran serta memberikan penguatan hak atas tanah kepada petani. Kedua, perlu koordinasi antara pemerintah provinsi dengan Kabupaten dalam penyusunan rencana pengembangan agribisnis hortikultura (sayuran) melalui Perluasan areal tanam (sharing program). Ketiga, perlu melakukan peningkatan sumberdaya manusia melalui pelatihan, magang dan studi banding ke daerah yang telah berhasil, yang paling diperhatikan sekali yaitu Identifikasi calon petani dan calon lokasi. Keempat, perlu pemberdayaan kelembagaan dengan cara menumbuh kembangkan serta pembinaan kelembagaan yang ada oleh pemda melalui instansi terkait seperti dinas Tanaman Pangan, Koperasi, memberdayaan KUD dalam hal penyediaan sarana produksi serta perlu peran pemerintah guna menfasilitasi ketersediaan modal bagi petani.


(7)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(8)

STRATEGI PENINGKATAN PERAN PROGRAM

PENGUATAN MODAL KELOMPOK (PMUK) DALAM

PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAYUR

DI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

YULIATMI

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(9)

(10)

Judul Tesis : Strategi Peningkatan Peran Program Penguatan Modal Kelompok (PMUK) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sayur di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

Nama : Yuliatmi

NRP : A 153050235

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Sc Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kajian pembangunan daerah dengan judul ”STRATEGI PENINGKATAN PERAN PROGRAM PENGUATAN MODAL KELOMPOK (PMUK) DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAYUR DI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU” telah berhasil disusun dengan baik, semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi kebijakan program pembangunan Kabupaten Pelalawan pada masa yang akan datang.

Kajian ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc sebagai anggota Komisi Pembimbing.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, MS sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Sc sebaai Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarja Institut Pertanian Bogor.

3. Pemerintah Propinsi Riau atas izin dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

4. Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Pelalawan mulai dalam memberi dukungan dan bantuan baik berupa fasilitas dan dukungan moril dalam pelaksanaan penelitian ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya semoga laporan kajian yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Pekanbaru, Januari 2009 Yuliatmi,


(12)

FTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian ... 5

1.3. Cakupan Kajian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pemberdayaan Masyarakat ... 7

2.2. Program PMUK dan Pola BPLM ... 10

2.3. Pendapatan dan Kesejahteraan... 13

2.4. Ikhtisar ... 14

BAB III METODE KAJIAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Kajian ... 16

3.2. Tempat dan Waktu Kajian ... 18

3.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 18

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.5. Metode Analisis Data... 20

3.5.1. Analisis Deskriptif ... 20

3.5.2. Analisis IFE dan EFE... 21

3.5.3. Analisis SWOT ... 25

3.5.1. Analisis QSPM... 29

3.6. Metode Perancangan Program ... 31

3.7. Definisi Operasional ... 33

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH KAJIAN ... 36

4.1. Kondisi Geografis ... 36

4.2. Kondisi Demografis ... 37

4.2.1. Penduduk Kabupaten Pelalawan... 37

4.2.2. Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan ... 38

4.2.3. Pendidikan... 38


(13)

4.3. Kondisi Perekonomian... 40

4.3.1. Pertumbuhan Ekonomi... 40

4.3.2. Pertumbuhan Investasi ... 41

4.3.3. Potensi Unggulan Daerah ... 41

BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN... 43

5.1. PMUK dan Proses Bergulir PMUK ... 43

5.1.1. Latar Belakang PMUK ... 43

5.1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan PMUK ... 43

5.1.3. Maksud dan Tujuan PMUK ... 44

5.1.4. Langkah-langkah Operasional PMUK... 44

5.2. Kriteria Penerima PMUK ... 49

5.3. Keadaan Umum Responden... 50

5.4. Pendapatan keluarga petani responden ... 53

5.5. Kepemilikan kekayaan (aset) keluarga petani responden ... 55

5.6. Kondisi rumah tempat hunian responden ... 56

5.7. Persepsi petani responden ... 56

5.8. Tingkat kesejahteraan petani responden ... 58

5.9. Mekanisme Pemberdayaan Kelompok... 58

5.10.Pemanfaatan Dana Penguatan Modal Kelompok... 59

BAB VI STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI PROGRAM PMUK UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SAYUR DI KABUPATEN PELALAWAN 6.1. Identifikasi faktor internal dan eksternal ... 61

6.2. Analisis Matriks IFE ... 67

6.3. Analisis Matriks EFE ... 68

6.4. Analisis Matriks SWOT... 69

6.5. Strategi Peningkatan Peran PMUK... 69

6.6. Prioritas Strategi Pengembangan Program PMUK di Kabupaten Pelalawan ... 72

6.7. Program dan Rencana Kegiatan... 73

BAB VII KESIMPILAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ... 78

7.1. Kesimpulan ... 78

7.2. Implikasi Kebijakan ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Kelompok Tani Sayur Penerima Proram PMUK Melalui Pola BPLM

Kabupaten Pelalawan 2004... 4

2. Realisasi Penyaluran dan Pengembalian PMUK Melalui BPLM 2005-2007 (ribuan)... 4

3. Tujuan, Analisis, Data dan Output Kajian ... 20

4. Matriks Analisis Lingkungan Internal Pengembangan Program PMUK ... 22

5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah... 23

6. Matriks Analisis Lingkungan Eksternal Pengembangan Program PMUK ... 24

7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah... 25

8. Matriks Analisis QSPM ... 31

9. Keadaan Umum Petani Sampel ... 52

10. Pendapatan Keluarga Petani Penerima PMUK dan Non Program PMUK (Luas Lahan Garapan Rata-Rata 0,47 Ha) ... 53

11. Pengeluaran Keluarga Petani Responden (Rp/Tahun)... 54

12. Kepemilikan Kekayaan (Asset) Keluarga Petani Responden ... 55

13. Persepsi (pendapat) petani responden tentang program PMUK/BPLM ... 56

14. Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Petani Responden Berdasarkan Kriteria BKKBN ... 58

15. Faktor Internal dan Ekternal Program PMUK ... 62

16. Matriks IFE ... 67

17. Matriks EFE ... 68

18. Hasil Analisis QSPM Dalam Perumusan Prioritas Strategi Pengembangan Program PMUK di Kabupaten Pelalawan ... 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Kajian ... 18

2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal... 26

3. Matrik SWOT ... 27

4. Analisis SWOT ... 28

5. Matriks SWOT Untuk Memformulasikan Strategi Baru Program PMUK Kabupaten Pelalawan. ... 70


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kriteria Badan Keluaraga Berencana Nasional (BKKBN)……… 83

2. Identitas Responden ………... 87

3. Pendapatan dan Pengeluaran Responden………... 88

4. Pendapatan Petani dari sektor tani utama dan sampingan……….. 89

5. Matriks IFE/EFE……… 90

6. Hasil Analisis QSPM ... 92 7. Kuesioner Untuk Petani ... 95 8. Kuesioner Untuk Stakeholder ... 10 4


(17)

DAFTAR SINGKATAN

PMUK Penguatan Modal Usaha Kelompok BPLM Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat SWOT Strength Weakness Opportunities Threat QSPM Quantitative Strategic Palnning Matrix IFE Internal Factor Evaluation

IFE Exsternal Factor Evaluation TAS Total Attractiveness Score

AS Attractiveness Score

KUT Kredit Usaha Tani KKP Kridit Ketahanan Pangan

KPPN Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara SPP-LS Surat Permintaan Pembayaran Langsung RUK Rencana Usaha Kelompok

KTNA Kelompok Tani Nelayan Andalan GAP Good Agriculture Practice

SOP Standar Operasional Prosedur BLM Bantuan Langsung Masyarakat SCM Supply Chain Management

BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

K2I Kemiskinan, Kebodohan dan Ketertinggalan Infrastruktur BPS Badan Pusat Statistik

SMART Specific Measurable Aggressive Realistic Time-bound

PMDN Penanaman Modal

RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di negara berkembang yang agraris seperti Indonesia pembangunan pertanian merupakan faktor penentu utama dalam pembangunan perekonomian nasional, yang akhirnya akan sangat menentukan tingkat perekonomian masyarakat. Sampai saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia masih bekerja pada sektor pertanian, dengan demikian keberhasilan pembangunan pertanian menentukan kesejahteraan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Pelaku utama dalam pembangunan pertanian adalah para petani, dan di Indonesia sebagian besar petani adalah petani kecil yang selalu berhadapan dengan berbagai keterbatasan dalam melaksanakan usaha taninya. Keterbatasan yang selalu dihadapi oleh petani kecil antara lain keterbatasan modal usaha tani, keterbatasan untuk mendapatkan informasi teknologi, lahan yang sempit, serta aksesibilitas yang juga terbatas. Petani kecil adalah rumah tangga pertanian yang menguasai lahan kurang dari 0,5 ha. Lahan yang dikuasai bisa milik sendiri ataupun dari pihak lain (BPS Provinsi Riau, 2003).

Dengan berbagai keterbatasan tersebut maka petani memerlukan fasilitas dari Pemerintah agar mereka dapat lebih berdaya dalam melakukan usaha taninya. Untuk memfasilitasi petani Departemen Pertanian Republik Indonesia telah menjalankan program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). PMUK merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat agribisnis melalui stimulasi dana bagi para petani yang mengalami keterbatasan modal yang selanjutnya mampu mengakses pada lembaga permodalan secara mandiri. (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007)

Fasilitas PMUK ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat petani, yang diikuti dengan kegiatan terkait yaitu penguatan kelembagaan petani dan peningkatan sumber daya manusia petani melalui pembinaan, penyuluhan, pelatihan, monitoring dan evaluasi. Direktorat Jenderal


(19)

Hortikultura (2007) menyatakan bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat pertanian melalui PMUK adalah: 1) memperkuat modal pelaku usaha dalam mengembangkan usaha agribisnis dan ketahanan pangan; 2) meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan pelaku usaha pertanian; 3) mengembangkan usaha pertanian dan agroindustri di kawasan pengembangan; 4) meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok; 5) mendorong berkembangnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.

Indikator keberhasilan (outcome) kegiatan pemberdayaan masyarakat pertanian melalui penguatan modal usaha kelompok antara lain: 1) tumbuhnya usaha kelompok yang mampu mengelola permodalan sesuai kaidah-kaidah bisnis melalui pemanfaatan dan PMUK sesuai sasaran; 2) terjadinya peningkatan produktivitas usaha kelompok penerima PMUK; 3) terjadinya pemupukan modal dan pengembalian/perguliran dari komponen yang harus digulirkan ke kelompok-kelompok lain sehingga dapat menjangkau kelompok-kelompok–kelompok-kelompok lain dan kelompok sasaran yang lebih luas. Sementara itu, statistik keberhasilan (impact and benefit) dari pemberdayaan masyarakat pertanian melalui penguatan modal usaha kelompok antara lain: 4) peningkatan modal usaha agribisnis dan ketahanan pangan; 6) perkembangan usaha agribisnis dan agroindustri di kawasan pengembangan; 7) peningkatan kemandirian dan kerjasama kelompok; 8) pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan mikro agribisnis dan lembaga ekonomi pedesaan lainnya.(Direktorat Jendral Hortikultura, 2007)

Program PMUK di Provinsi Riau dimulai sejak tahun 1998. Setelah berjalannya program PMUK selama empat tahun, berbagai kendala dan masalah menghadang untuk mencapai keberhasilan program tersebut seperti belum seluruhnya petani penerima progam dapat mengembalikan pinjaman yang diberikan kepada kelompok, masih ditemukan adanya petani yang berpindah-pindah, sering terjadi produksi yang bersamaan dengan kelompok tani lainnya sehingga mengakibatkan harga menjadi murah dengan demikian perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan proragm PMUK ini apakah telah berjalan sebagaimana mestinya sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani.


(20)

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat petani telah diterapkan program PMUK melalui pendekatan (pola) Bantuan Pinjaman Langsung ke Masyarakat (BPLM). BPLM merupakan bantuan pinjaman berbunga lunak kepada petani untuk menambah modal usaha taninya agar tersedia tepat waktu dengan jumlah yang cukup disertai dengan bimbingan teknik oleh instansi pembina.

Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang mendapatkan program PMUK yaitu sejak tahun 2004. Program ini telah melibatkan 8 kelompok tani, dengan jumlah petani 54 orang, dengan berbagai komoditas sayuran seperti cabai, bayam, kangkung, dan lain sebagainya dapat dilihat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Kelompok Tani Sayur Penerima Program PMUK melalui pola BPLM Kabupaten Pelalawan 2004

No Desa Kelompok Tani Jumlah Anggota

(orang)

Luas Areal (ha) Komoditas

1 Makmur Tani Makmur 11 Sayuran 2 2 Batang Kulim Sp Teladan 5 Sayuran 1 3 Betung Sp Empat 5 Sayuran 1 4 Genduang Genduang Sakti 5 Sayuran 1

Sidomulyo 4 Sayuran 1 5 Pematang Tinggi Karya Makmur 10 Sayuran 3 6 Bukit Lembah Subur Berkah Tani 8 Sayuran 1 7 Lubuk Keranji Buing Sakti III 6 Sayuran 3 Sumber : Dinas Tanaman Pangan Propinsi Riau

Dalam pelaksanaan PMUK, terdapat beberapa permasalahan. Pertama, masih ada petani yang belum mengembalikan dana PMUK kepada kelompok tani. Sehingga hal tersebut berdampak pada status keberlanjutan para petani dalam usahataninya. Berdasarkan laporan dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Pelalawan (2007), pengembalian dana BPLM baru sekitar 50 persen padahal PMUK di Kabupaten Pelalawan sudah ada dari tahun 2004. realisasi penyaluran dan pengembalian 2005-2007 dapat dilihat pada Tabel 2.


(21)

Tabel 2. Realisasi Penyaluran dan Pengembalian PMUK Melalui BPLM 2005-2007 (ribuan)

2005 2006 2007 Penya-

Pengem- Pengem-

Pengem-

No Kecamatan Luran Sisa Sisa Sisa

balian balian

balian

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

(Rp) (Rp)

(Rp)

1. Bunut 33.000 8.012 24.988 10.300 22.700 22.050 10.950 2. PKL Kuras 12.500 1.200 10.800 11.050 1.450 7.800 4.700 3. PKL Kuras 12.500 0 12.500 1.600 10.900 9.500 3.000

4. PKL Lesung 12.500 500 12.000 500 12.000 500 12.000

5. Kerumutan 12.000 450 11.550 2.850 9.150 4.950 7.050

6. PKL Kerinci 25.000 2.320 22.680 4.500 20.500 5.740 19.260 7. Kerumutan 30.000 2.382 27.618 14.286 15.714 22.995 7.005

8. PKL Lesung 12.500 500 12.000 500 12.000 500 12.000

Jumlah 150.000 75.965

Sumber : Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Palalawan (2007)

Permasalahan kedua yaitu masih ditemukannya petani yang berpindah-pindah. Hal tersebut terjadi karena petani yang mendapatkan PMUK adalah petani penggarap. Padahal seharusnya petani yang mendapatkan PMUK adalah petani pemilik. Namun, karena identifikasi pre-survey yang kurang cermat maka banyak bukan petani milik yang mendapatkan PMUK. Selain kedua masalah tersebut para petani di Kabupaten Pelalawan sering mempoduksi komoditi yang sama dengan kelompok tani lainnya sehingga harga komoditi tersebut menjadi murah karena menjadi lebih banyak. Hal ini diduga karena masih rendahnya tingkat pendidikan para petani di Kabupaten Pelalawan. Permasalahan di atas tentunya akan menghambat pencapaian tujuan PMUK khususnya peningkatan produksi, produktivitas, dan pendapatan petani penerima PMUK.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan yang paling mendasar adalah :


(22)

2. Bagaimana strategi peningkatan peran program PMUK dalam pemberdayaan kelompok petani sayur di Kabupaten Pelalawan sehingga dapat mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan petani?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum yang akan dicapai untuk memecahkan masalah-masalah yang dikemukakan diatas adalah merumuskan pola dan program yang tepat untuk keberhasilan program PMUK petani sayur di Kabupaten Pelalawan. Untuk memenuhi tujuan umum tersebut, maka tujuan spesifik dari kajian ini adalah

1. Mengevaluasi pelaksanaan program PMUK di Kabupaten Pelalawan

2. Memformulasi strategi peningkatan peran Program PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur di Kabupaten Pelalawan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sayur.

Manfaat dari kajian ini diharapkan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan baik dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan di Provinsi Riau, sehingga program PMUK terlaksanakan sebagaimana mestinya terutama di Kabupaten Pelalawan.

1.4. Cakupan Kajian

Cakupan penelitian ini ialah membahas pelaksanaan program PMUK di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau dan strategi peningkatan peran PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur di Kabupaten Pelalawan. Evaluasi pelaksanaan program PMUK dalam penelitian ini dilihat dari pendapatan, pengeluaran, dan asset petani responden. Petani responden yang diambil yaitu petani yang mengikuti program PMUK di Kabupaten Pelalawan. Untuk membandingkan pendapatan antara petani penerima PMUK dengan yang tidak menerima PMUK maka juga dilakukan wawancara terhadap petani yang usahataninya homogen dengan petani penerima PMUK namun tidak menerima PMUK. Sementara, untuk mendapatkan strategi peningkatan peran PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur, dilakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal dengan responden 3 orang stakeholder. Setelah itu, dilakukan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi peningkatan peran PMUK di Kabupaten Pelalawan. Selanjutnya penelitian ini menggunakan analisis QSPM untuk


(23)

memperoleh prioritas strategi yang kemudian disusun program dan rencana kegiatannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat (Community Development) adalah perwujudan dari capacity building masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kelembagaan pembangunan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat pedesaan seiring dengan pembangunan sistem ekonomi rakyat, sarana dan prasarana serta pengembangan Tiga-P; Pendampingan yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat, Penyuluhan dapat merespon dan memantau ubahan-ubahan yang terjadi di masyarakat serta pelayanan yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketepatan distribusi asset sumberdaya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat (Vitalaya, 2000). Uraian tersebut diatas dapat memberikan suatu acuan yang lebih efisien dan efektif di dalam pengembangan kelembagaan pembangunan, yang pada gilirannya petani akan lebih merespon semua hal-hal yang berkaitan dengan penyuluhan.

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat agar mampu: 1) menganalisis situasi perikehidupan dan masalah-masalahnya; 2) mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki; 3) mengembangkan usahanya dengan segala kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki sendiri; 4) mengembangkan sistem untuk mengakses sumberdaya yang diperlukan. Pada intinya masyarakat adalah pengambil keputusan pada setiap kegiatan yang akan mereka lakukan dan menjadi bagian dalam keseluruhan proses pembangunan nasional Indonesia. Sementara fungsi Pemerintah dan lembaga lainnya hanya sebatas memfasilitasi kebutuhan yang tumbuh di lapangan sebagai perwujudan dari perannya sebagai abdi masyarakat (Saharia, 2003).


(24)

Pemberdayaan masyarakat memiliki dua makna pokok dalam kegiatannya yaitu: 1) meningkatkan kemampuan masyarakat (to give ability or enable) melalui program pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan yaitu mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan, 2) memberikan kewenangan secara proporsional kepada masyarakat untuk mengambil keputusan dalam upaya membangun diri dan lingkungan secara mandiri (Sihombing, 2004).

Rencana program pengembangan masyarakat biasanya dibuat di tingkat pusat (atas) dan dilaksanakan oleh instansi propinsi dan kabupaten. Masyarakat sering kali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi masukan. Hal ini biasanya disebabkan adanya anggapan bahwa untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan bagi masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisis kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya (Sandra, 2002).

Program yang dilakukan dengan pendekatan dari atas ke bawah sering tidak berhasil dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat, karena masyarakat kurang terlibat sehingga mereka merasa kurang bertanggung jawab terhadap program dan keberhasilannya. Bantuan yang diberikan menciptakan ketergantungan yang pada gilirannya akan lebih menyusahkan masyarakat daripada menolongnya. Bantuan tersebut kadang tidak sesuai kebutuhan dan prioritas masyarakat (Saharia, 2003).

Sebaliknya ada pola pendekatan yang dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan. Pendekatan tersebut lebih bersifat memberdayakan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah menguji coba pendekatan ini, namun belum diterapkan secara luas. Salah satu model yang dikembangkan adalah pemberdayaan masyarakat. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang terpinggirkan, misalnya masyarakat sekitar hutan yang terabaikan. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi orang lain untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menganalisa kondisi dan potensi serta masalah-masalah yang perlu diatasi.


(25)

Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan nilai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan sampai penilaian kegiatan yang dikembangkan oleh dan untuk mereka. Partisipasi masyarakat ini merupakan inti proses pemberdayaan masyarakat (Sihombing, 2004).

Selain itu, proses pemberdayaan sangat bermanfaat untuk dinas dan instansi lain dalam peningkatan pelayanan yang lebih tanggap bagi kebutuhan pelanggan yang telah diidentifikasi oleh masyarakat sendiri. Proses pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menyampaikan kebutuhan kepada instansi-instansi pemberi layanan. Dengan demikian instansi dapat menyesuaikan dan memperbaiki pelayanannya.

Saharia (2003), menyatakan bahwa dalam menyikapi perubahan paradigma pembangunan terutama di wilayah pedesaan, ada beberapa langkah yang harus dipertimbangkan yakni: 1) menghubungi tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh petani; 2) menjelaskan latar belakang dan tujuan dari program yang akan diterapkan; 3) menumbuhkan motivasi pada diri tokok-tokoh masyarakat dan tokoh petani agar mendiskusikan bersama-sama alasan dan tujuan dari pelaksanaan program tersebut.

Sesuai dengan pendapat Saharia (2003) tadi, didukung juga oleh Vitalaya (2000) menjelaskan bahwa ada beberapa metode pendekatan yang telah dikembangkan untuk memposisikan masyarakat yang ada di pedesaan dalam hal ini masyarakat tani, bukan hanya sebagai objek atau penonton tetapi harus secara aktif ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati pembangunan. Metode yang dimaksud diantaranya adalah: 1) pendekatan secara partisipatif dan dialogis, dilakukan antar petani dimana mereka secara bersama-sama menganalisis masalah dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata sehingga pengambilan keputusan diambil secara musyawarah dan mufakat sesuai aspirasi dan kepentingan petani dalam mengatasi permasalahan; 2) memadukan pendekatan dari bawah dan dari atas (bottom-up and up-bottom approach).


(26)

Sejalan dengan program pusat, pembangunan pertanian dan perkebunan Kabupaten Pelalawan, dilaksanakan melalui dua program pokok, yaitu (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan (2) Program Pengembangan Agribisnis. Program Peningkatan Ketahanan Pangan bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan pangan baik dari sisi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas, melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan diversifikasi konsumsi. Pengembangan agribisnis bertujuan untuk mendorong berkembangnya usaha di bidang pertanian yang berwawasan agribisnis yang mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing tinggi, menghasilkan nilai tambahan bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani dan produsen serta mendukung pertumbuhan ekonomi baik regional maupun nasional.

Dalam kerangka pengembangan ekonomi nasional, terlihat bahwa peran serta pertanian strategis dan memiliki kaitan kuat di hulu dan hilir. Namun demikian peran strategis tersebut belum mampu mendorong partisipasi masyarakat dan swasta, antara lain karena berbagai kendala permasalahan aktual yang berkaitan dengan pemanfaatan peluang ekonomi yang dapat membawa perubahan dan dinamisasi kesejahteraan masyarakat. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan swasta dihadapkan pada berbagai kendala, antara lain kendala teknis dan sosial budaya, untuk itu dalam rangka pemberdayaan masyarakat tidak saja memerlukan pendekatan teknis seperti yang telah diterapkan selama ini, tetapi juga pendekatan sosial budaya (socio-cultural) yang mampu merangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja. Untuk mendukung proses perubahan tersebut, maka peran Pemerintah dapat dilakukan antara lain melalui: 1) fasilitas penyediaan sarana dan prasarana fisik yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan untuk mendukung sektor pertanian serta lingkungan usaha secara luas; 2) fasilitas dalam rangka percepatan pembangunan di wilayah; 3) fasilitas untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi perkembangan kreatifitas dan kegiatan ekonomi masyarakat serta merangsang tumbuhnya masyarakat pelaku pembangunan pertanian.

Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) melalui pola BPLM dilaksanakan sejak tahun 1998 sampai sekarang dan lokasinya di empat Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak, Kota Dumai,


(27)

dan Kota Pekanbaru, dengan kelompok tani berjumlah 27 kelompok yang beranggotakan 245 KK. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya pendapatan, sebagai balas jasa atau kontra prestasi dari sektor formal. Pendapatan ini meliputi: 1) pendapatan berupa uang dari: a) gaji dan upah; b) penghasilan investasi. 2) pendapatan berupa barang, antara lain meliputi: a) beras; b) pengobatan; c) transportasi; d) perumahan; e) rekreasi.

Pendapatan yang meningkat biasanya orang ingin mengubah corak kehidupan yang lama ke corak kehidupan yang dipandang lebih maju dan modern. Begitu pula yang dialami oleh para petani. Mereka akan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya, yang selama ini belum terkabulkan. Mereka ingin menyekolahkan anaknya setinggi mungkin, walaupun mereka sebelumnya tidak tamat SR atau SD. Akan tetapi mereka mempunyai cita-cita yang amat luhur, agar bagaimana anaknya lebih maju dari orangtuanya.

Adapun faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan ini diantaranya adalah: jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, usia penduduk, jumlah biaya produksi. Aspek pendapatan dan kesempatan kerja merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk, disamping hak untuk mendapatkan pendidikan, rasa kebebasan, keamanan, dan politik atau kebebasan mengeluarkan pendapat dan seterusnya dari waktu ke waktu terus berkembang (Mubyarto, 1995).

2.3. Pendapatan dan Kesejahteraan

Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usaha tani. Pendapatan kotor adalah jumlah produksi yang diperoleh dari usaha tani dikalikan dengan harga jual petani yang berlaku, (Hernanto, 1991), sedangkan menurut Kadariah (1994) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima dalam periode waktu tertentu misalnya satu bulan atau satu tahun. Dan pendapatan itu sendiri berkaitan dengan kelangsungan hidup seseorang, termasuk masyarakat petani. Bentuk pendapatan menurut Samuelson dalam Rasyid Baswedan (1980) berupa gaji, upah, hasil sewa tanah, bunga, tunjangan pensiun, dan lain-lain.


(28)

Priyono (1982), mengelompokkan pendapatan ke dalam dua bagian, yaitu pendapatan sektor formal dan informal. Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan diterima biasanya kecocokan keterampilan dan keahlian dari tenaga kerja yang tersedia dengan bidang industrialisasi, yang dikembangkan belum sepadan. Sedangkan pendapatan informal adalah segala penghasilan yang diterima dari hasil atau jasa yang sifatnya temporer namun dapat memberikan bantuan di dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan perubahan kondisi kehidupan sosial yang lebih baik menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat (BKKBN, 1997). Pengelompokan masyarakat menurut BKKBN (1997) adalah sebagai berikut: 1) masyarakat pra sejahtera, yaitu masyarakat yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan pangan, sandang, dan kesehatan; 2) masyarakat sejahtera I, yaitu masyarakat yang telah memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi, interaksi dalam keluarga; 3) masyarakat sejahtera II, yaitu masyarakat yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologi tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya; 4) masyarakat sejahtera III, yaitu masyarakat yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologi dan pengembangannya tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat. Pada masyarakat sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial psikologinya dan pengembangannya telah terpenuhi; 5) masyarakat sejahtera III plus yaitu masyarakat yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam masyarakat.

2.4. Ikhtisar

Setiap program yang bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat bukan hanya menciptakan peningkatan pada produksi


(29)

nasional riel tetapi juga harus ada perubahan dalam kelembagaan, struktur administrasi, perubahan sikap bahkan kebiasaan. Dukungan kekuatan dari dalam (indegeneous forces) yaitu kekuatan yang ada pada masyarakat itu sendiri yang berkeinginan untuk menaikkan taraf hidupnya, merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari pelaksanaan program terhadap masyarakat tersebut. Kemampuan masyarakat untuk mewujudkan dan mempengaruhi arah serta pelaksanaan suatu program yang ditentukan dengan mengandalkan kekuatan yang dimilikinya sehingga pemberdayaan merupakan tema sentral atau jiwa partisipasi yang sifatnya aktif dan kreatif.

Penerapan pola pemberdayaan melalui berbagai kegiatan pembangunan berbasis komunitas, salah satunya dilaksanakan melalui fasilitasi penguatan modal usaha kelompok-kelompok sosial ekonomi yang berskala kecil dan menengah seperti kelompok usaha di bidang pertanian yang dikelola oleh petani atau kelompok tani dan pelaku agribisnis. Pengembangan kelompok-kelompok seperti itu akan mampu menurunkan angka pengangguran, meningkatkan daya beli masyarakat dan mampu berdampak ganda terutama memberikan peluang pengembangan ekonomi lokal dan usaha-usaha produktif di tingkat komunitas. Dengan demikian usaha penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan usaha ekonomi produktif masyarakat merupakan suatu strategi pembangunan daerah yang berbasiskan pada pengembangan masyarakat yang dapat membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan dan menurunkan angka kemiskinan.


(30)

BAB III METODE KAJIAN

3.1. Kerangka Kajian

Untuk mengatasi keterbatasan modal usaha tani, keterbatasan dalam akses terhadap akses informasi teknologi, pemasaran hasil dan lain-lain, petani kecil memerlukan bantuan fasilitas dari pihak Pemerintah. Pihak Pemerintah melalui Departemen Pertanian berupaya memberdayakan petani melalui program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dengan pola Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM). BLPM merupakan bantuan uang tunai langsung ke kelompok tani berupa pinjaman yang diharapkan untuk memperkuat permodalan usaha tani sehingga petani dan kelompoknya dapat meningkatkan produktifitas, produksi dan pendapatannya; yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani peserta (petani binaan). Pola BPLM juga ditujukan untuk pemupukan modal kelompok sehingga semakin lama semakin membesar jumlahnya yang tersedia pada setiap musim tanam.

Dengan tersedianya modal yang cukup maka petani dapat memanfaatkan input teknologi (seperti: pupuk, benih/bibit unggul, pengendalian hama/penyakit, penggunaan alat dan mesin, pengolahan hasil, dan lain-lain) secara optimal, hal ini akan meningkatkan produktivitas hasil dan produksi. Dengan permodalan yang cukup petani juga dapat memasarkan hasil dengan baik sehingga mendapatkan harga yang wajar, sehingga pendapatan petani juga meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan diharapkan kesejahteraan juga meningkat.

Selain dari fasilitas permodalan petani juga diberikan bimbingan dan penyuluhan dalam rangka melaksanakan usaha tani yang sesuai dengan teknologi anjuran. Bimbingan dan penyuluhan dilakukan oleh Dinas Teknis melalui penyuluh pertanian lapangan secara terencana dan berkelanjutan. Dengan


(31)

bimbingan dan penyuluhan juga diharapkan terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Secara skematis kerangka pemikiran dari penelitan ini adalah sebagai berikut (lihat Gambar 1). Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa melalui program PMUK akan mengatasi masalah keterbatasan permodalan, informasi teknologi, dan pemasaran.

Dengan dukungan/partisipasi tokoh masyarakat dan lembaga/instansi terkaitnya, serta penyuluhan pertanian yang intensif diharapkan terwujudnya pemupukan modal, penerapan input teknologi yang optimal, perubahan sikap dan perilaku petani kecil ke arah yang lebih baik. Perubahan sikap dan perilaku petani kecil untuk meningkatkan usaha perekonomian rumah tangganya diharapkan terwujud dengan melakukan kegiatan atau aktifitas yang positif dan produktif, seperti mengikuti pertemuan di kelompok tani, kursus tani, pelatihan studi banding, gotong royong, arisan, melakukan pencatatan usaha tani, dan kegiatan lainnya. Hal ini akan meningkatkan produktifitas hasil pertanian, peningkatan produksi, yang selanjutnya akan menciptakan peningkatan pendapatan petani. Dengan adanya peningkatan pendapatan diharapkan terwujud peningkatan kesejateraan petani peserta program.

Penyuluhan Pertanian

• Memperkuat modal

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian

3.2. Tempat dan Waktu Kajian Pemberdayaan

Kelompok Tani Melalui PMUK

Petani Kecil :

Pemupukan Modal • Modal • Informasi • Teknologi • Pemasaran

Dukungan Tokoh Masyarakat dan Lembaga/Instansi

Input Teknologi Optimal

• Produksi, Produktivitas, dan pendapatan

meningkat Peningkatan kesejahteraan • Usaha pertanian

berkembang • Kemandirian dan

kerjasama kelompok Perubahan Sikap & Mental • Lembaga keuangan mikro agribisnis berkembang


(32)

Tempat Kajian ini adalah di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Kabupaten Pelalawan dipilih sebagai tempat Kajian ini adalah karena program PMUK dengan pola BPLM telah dilaksanakan selama empat tahun, mulai tahun 2004, dengan berbasiskan pengembangan agribisnis sayuran. Selain itu kondisi petani relatif homogen yaitu terdiri dari petani kecil dengan lahan sempit, dengan penerapan teknologi yang hampir sama, komoditas yang diusahakan adalah sayuran buah dan daun karena jenis lahan yang cocok untuk komoditas tersebut.

Waktu pengambilan data adalah 2 (dua) bulan, yakni dari bulan Juli s/d Agustus 2007.

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ditetapkan secara sengaja (purposive) yaitu kelompok tani peserta (binaan) yang mendapatkan fasilitas PMUK dengan pola BPLM sebanyak 5 kelompok tani, dengan jumlah anggota sebanyak 35 orang.

Dari masing kelompok tani sampel diambil 3 responden dengan cara sengaja (purposive). Alasan dari pemakaian metode puposive sampling ini adalah karena kondisi kelompok tani tersebut relatif homogen dari aspek lahan dengan rata pengusahaan lahan 1.000 m2 per petani, komoditi yang diusahakan, teknologi yang diterapkan, modal yang diterima dan bimbingan yang diperoleh. Dengan demikian jumlah responden dalam kajian ini adalah 15 responden petani penerima PMUK. Untuk melihat perbedaan pendapatan usahatani antara petani penerima PMUK dengan petani yang tidak ikut PMUK, responden petani yang tidak ikut PMUK diambil sebanyak 15 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk kajian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode survey melalui wawancara langsung terhadap responden yang terdiri dari petani yang mengikuti program PMUK dan stakeholder sebanyak 22 orang dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Stakeholder yang dijadikan responden terdiri dari Kepala Sub Dinas Pengembangan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan Propinsi Riau, Kepala seksi intensifikasi pengembangan


(33)

hortikultura Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau, Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pelalawan, pelaksana program tingkat Kabupaten yaitu Kepala Sub Dinas Pengembangan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Pelalawan, kepala seksi Produksi dinas Pertanian Pelalawan dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Pemilihan stakeholder tersebut karena mereka yang diduga mengetahui lebih banyak dalam hal faktor internal maupun faktor eksternal program PMUK di Kabupaten Pelalawan. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada hubungan atau keterkaitan dengan kajian ini seperti Dinas Pertanian Propinsi Riau, Dinas Pertanian Kabupaten Pelalawan, Badan Pusat Statistik Propinsi Riau, dan lain-lain.

Data primer yang diambil dari petani/kelompok tani antara lain:

1) Profil responden (nama, umur, alamat, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman berusaha tani, komoditi yang diusahakan).

2) Pemilikan asset (kekayaan) seperta; lahan yang dimiliki, ternak besar, ternak kecil, alat transportasi, radio, TV, alat dan mesin, tempat tinggal, perhiasan atau barang/benda berharga lainnya).

3) Pendapatan usaha tani.

4) Pendapatan luar usaha tani dan pendapatan lainnya.

5) Pengeluaran rumah tangga (untuk keperluan makanan pokok, biaya pendidikan, biaya kesehatan, biaya pakaian, sosial, listrik, telekomunikasi, transportasi, pemeliharaan rumah, pajak, cicilan hutang, dan lain-lain.). 6)

Tabel 3. Tujuan, Analisis, Data dan Output Kajian

TUJUAN ANALISIS PARAMETER DATA & SUMBER

DATA OUTPUT Mengevaluasi

pelaksanaan

program PMUK di kabupaten

Pelalawan

Analisa Deskriptif

Wawancara dengan Petani Responden

- Kegiatan PMUK

• Kegiatan

PMUK - Pendapatan Petani

- Kepemilikan Asset

• Pendapatan Petani

• Kepemilikan Asset


(34)

Memformulasikan strategi peningkatan peran Program PMUK dalam pemberdayaan

kelompok tani sayur di Kab. Pelalawan sehingga dapat mempengaruhi pendapatan & kesejahteraan petani sayur SWOT dan QSPM Kekuatan PMUK Persepsi Berbagai Pihak terhadap program PMUK Formulasi Strategi peningkatan peran Program PMUK dalam pemberdayaan

kelompok tani sayur di Kab Pelalawan dan penentuan prioritas Kelemahan PMUK Peluang PMUK Ancaman PMUK

3.5. Metode Analisis Data 3.5.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengevaluasi pelaksanaan program PMUK di Kabupaten Pelalawan. Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel dan persentase. Untuk mengetahui manfaat Program PMUK terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka dilakukan analisis deskriptif.

3.5.2. Analisis IFE dan EFE

Untuk menjawab tujuan Kajian ke dua yaitu memformulasikan strategi peningkatan peran Program PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur di Kabupaten Pelalawan digunakan analisis faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT. Sementara untuk menentukan prioritas strategi digunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Penentuan faktor-faktor dari setiap komponen SWOT dan pembobotan diperoleh dari hasil wawancara dengan responden.

Adapun variabel lingkungan internal meliputi : a).adanya dana PMUK, b). adanya kelembagaan penyuluh tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan, c) adanya Pedum, Juklak, dan Juknis PMUK, d) jumlah petugas terbatas, e) sarana


(35)

mobilitas petugas terbatas, dan f) masih kurangnya kemampuan petugas dalam alih teknologi.

Sedangkanvariabel lingkungan eksternal meliputi : a). adanya program K2I, b). pemasaran hasil cukup baik, c) adanya kelompok tani yang bergerak pada komoditi sayuran, d). ketersediaan lahan cukup, e). status petani masih penggarap, f). luas lahan garapan yang sempit, g). infrastruktur wilayah kurang baik, h). terjadinya alih fungsi lahan, dan i). koordinasi lintas sektoral masih lemah.

Setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan program PMUK, maka data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis lingkungan internal (terdiri dari kekuatan dan kelemahan) dan analisis lingkungan eksternal (terdiri dari peluang dan ancaman), kemudian ditabulasikan ke dalam matrik EFE (External Faktor Evaluation) dan IFE (Internal Faktor Evaluation).

a. Analisis Lingkungan Internal ( Internal Faktor Evaluation)

Analisis Lingkungan Internal dilakukan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor tersebut dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE (Tabel 4).

Tabel 4 . Matriks Analisis Lingkungan Internal Pengembangan Program PMUK

Internal Faktor Bobot Rating Nilai (B x R)

Kekuatan :

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 1. ... 2. ... 3. ... 4. ... Kelemahan :

1. ... ... ... ... ...

... ... ... 2. ... ...

... ...

3. ... 4. ...

1,00 T o t a l


(36)

Sumber : David (2004)

Dengan langkah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor kekuatan dan kelemahan dengan meminta keterangan dari informan kunci.

2. Menentukan bobot dari faktor diatas dengan memberi skala 1 (satu) sampai 4 (empat), untuk mendapatkan bobot nilai setiap faktor dibagi dengan total nilai dari analisis eksternal, jumlah seluruh bobot adalah 1,00. Bentuk penilaian bobot faktor strategis internal wilayah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah

Faktor Strategis

Internal a b c d …. Total

a

b

c

d

Total

Jika point a (baris) kurang penting dari faktor Point a pada kolom 1 Jika poin pada baris sama pentingnya dari faktor pada kolom 2 Jika point pada baris lebih penting dari faktor pada kolom 3

3. Memberi rating 1 (satu) sampai 4 (empat). Untuk faktor kekuatan nilai 1(satu) jika faktor tersebut berpengaruh kurang, nilai 2 (dua) jika berpengaruh sedang, nilai 3 (tiga) jika berpengaruh besar dan 4 (empat) jika berpengaruh sangat besar. Sedangkan untuk kelemahan angka 1 (satu) untuk kelemahan yang sangat besar dan angka 4 (empat) untuk kelemahan yang kurang.


(37)

5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 (satu) menunjukkan bahwa faktor eksternal sangat buruk dan nilai 4 (empat) menunjukkan sangat baik.

b. Analisis Lingkungan Eksternal (External Faktor Evaluation)

Analisis Lingkungan Eksternal digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor yang menyangkut persoalan sosial, ekonomi, budaya, demografi, lingkungan, teknologi dan faktor lingkungan berupa lingkungan usaha, distribusi, keadaan infrastruktur dan tenaga kerja. Hasil analisis lingkungan eksternal digunakan untuk mengetahui seberapa baik strategi yang telah dilakukan selama ini serta melihat peluang dan ancaman yang ada. Analisis lingkungan eksternal ini menggunakan matriks EFE(Tabel 6).

Tabel 6 . Matriks Analisis Lingkungan Eksternal Pengembangan Program PMUK

Eksternal Faktor Bobot Rating Nilai (B x R) Peluang :

1. ... …………. ………… ……….. 2. ... …………. ………… ……….. 3. ... …………. ………… ……….. 4. ... …………. ………… ………..

Ancaman :

1. ……… ... ... ... 2. ……… ... ... ... 3. ……… ... ... ... 4. ……… ... ... ...

1,00 T o t a l

Sumber : David (2004)


(38)

1. Membuat faktor utama yang berpengaruh penting pada kesuksesan dan kegagalan usaha yang mencakup peluang dan ancaman dengan melibatkan beberapa informan kunci .

2. Menentukan bobot dan faktor di atas dengan skala 1 (satu) sampai 4 (empat), untuk mendapatkan bobot nilai setiap faktor dibagi dengan total nilai dari analisis lingkungan eksternal, jumlah seluruh bobot adalah 1,00. Memberi rating 1 (satu) sampai 4 (empat) pada peluang dan ancaman. Untuk peluang angka 1 (satu) menunjukkan berpeluang kurang, 2 berpeluang sedang, 3 berpeluang besar dan 4 berpeluang sangat besar, sedangkan untuk ancaman kebalikannya, yaitu angka 1 (satu) menunjukkan ancaman yang sangat besar dan 4 (empat) menunjukkan ancaman kurang. Bentuk penilaian bobot faktor strategis eksternal wilayah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah

a b c d …. Total

Faktor Strategis Eksternal

a

b

c

d

Total

Jika point a (baris) kurang penting dari faktor Point a pada kolom 1 Jika poin pada baris sama pentingnya dari faktor pada kolom 2 Jika point pada baris lebih penting dari faktor pada kolom 3

3. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan weighted score.

4. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 (satu) menunjukkan bahwa faktor eksternal sangat buruk dan nilai 4 (empat) menunjukkan sangat baik.


(39)

3.5.3. Analisis SWOT

Setelah dilakukan analisis lingkungan internal dan eksternal maka kegiatan selanjutnya adalah analisis SWOT. Langkah-langkah dalam membuat matriks SWOT adalah sebagai berikut :

1. Membuat daftar peluang eksternal. 2. Membuat daftar ancaman eksternal. 3. Membuat daftar kekuatan internal. 4. Membuat daftar kelemahan internal.

5. Strategi SO mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal. 6. Strategi WO mencocokkan kelemahan internal dan peluang ekternal. 7. Strategi ST mencocokkan kekuatan internal dan ancaman ekternal.

8. Strategi WT mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal. Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan Kelemahan yang merujuk pada situasi di lingkungan internal Program PMUK di Kabupaten Pelalawan. Kuadran Peluang dan Ancaman merujuk pada situasi lingkungan eksternal Program PMUK di Kabupaten Pelalawan. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.

Kekuatan – S Kelemahan –W

1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

Peluang – O Ancaman – T

1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.


(40)

1. Matriks SWOT yang merupakan matrik matching tool membantu untuk mengembangkan empat tipe strategi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.

(a) Strategi SO: menggunakan kekuatan internal Program PMUK di Kabupaten Pelalawan untuk meraih peluang-peluang yang ada. Pada umumnya, pelaksanaan strategi WO, ST atau WT untuk menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika Program PMUK di Kabupaten Pelalawan memiliki banyak kelemahan dalam pelaksanaannya, mau tidak mau Program PMUK di Kabupaten Pelalawan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan jika Program PMUK di Kabupaten Pelalawan ini menghadapi banyak ancaman, maka Program PMUK di Kabupaten Pelalawan ini harus berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada peluang-peluang yang ada.

Gambar 3. Matrik SWOT

(b) Strategi WO: Memperkecil kelemahan-kelemahan internal Program Kekuatan – S

1. 2. 3.

Kelemahan – W 1.

2. 3.

Peluang – O Strategi SO Strategi WO

1. Gunakan kekuatan untuk mengeksploitasi

Atasi kelemahan untuk eksploitasi peluang 2.

3. Peluang

Ancaman – T Strategi ST Strategi WT

1. Gunakan kekuatan untuk hindari ancaman

Kurangi kelemahan dan hindari ancaman 2.

3. .


(41)

eksternal. Kadang kala Program PMUK di Kabupaten Pelalawan ini menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan peluang karena adanya kelemahan-kelemahan internal.

(c) Strategi ST : Program PMUK di Kabupaten Pelalawan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa Program PMUK di Kabupaten Pelalawan yang tangguh harus selalu mendapat ancaman.

(d) Strategi WT : Merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Program PMUK di Kabupaten Pelalawan dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal berada dalam posisi berbahaya. Ia harus berjuang untuk tetap dapat bertahan dengan melakukan strategi untuk mengatasinya.

2. Berdasarkan matriks SWOT secara ringkas, analisis SWOT ditunjukkan pada Gambar 4.

Penyempurnaan/menyusun strategi alternatif program PMUK dalam peningkatan

pendapatan petani

Faktor internal Faktor eksternal

Kekuatan (Strengths)

Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportunities)

Ancaman (Threats)

Faktor 1 Faktor 4 Faktor 7

Faktor 10

Strategi SO Strategi WO Strategi ST Strategi WT

Faktor 2 Faktor 5 Faktor 8

Faktor 11


(42)

Gambar 4. Analisis SWOT

3.5.4. Analisis QSPM

Analisis QSPM digunakan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan program PMUK. Setelah diperoleh beberapa strategi alternatif yang dihasilkan melalui analisis SWOT, selanjutnya menetapkan prioritas strategi dari beberapa pilihan tersebut dengan menggunakan analisis QSPM. Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah :

1. Mendaftar peluang/ancaman kunci eksternal dan kekuatan/kelemahan internal dalam kolom kiri dari QSPM, informasi ini diambil dari matriks EFE dan IFE. 2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.

Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan matriks IFE. Bobot dituliskan dalam kolom di sebelah kanan faktor sukses kritisk eksternal dan internal.

3. Memeriksa matriks SWOT dan mengidentifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk diimplementasikan. Catat semua strategi ini di baris teratas dari QSPM.

4. Menetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Score = AS), tentukan nilai yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif. Nilai daya tarik ditetapkan dengan memeriksa setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal, satu per satu, dan mengajukan pertanyaan, apakah faktor ini mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat. Bila jawaban atas pertanyaan ini ya, maka strategi ini harus dibadingkan relatif pada faktor kunci. Secara spesifik, nilai daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lain, mempertimbangkan faktor tertentu.


(43)

Nilai daya tarik itu adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, dan 4 = sangat menarik. Bila jawaban atas pertanyaan di atas tidak, menunjukkan bahwa faktor sukses kritis yang bersangkutan tidak mempunyai pengaruh pada pilihan paling spesifik yang akan dibuat, kita tidak perlu memberikan nilai daya tarik pada strategi tersebut.

5. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score = TAS). Total nilai daya tarik diterapkan sebagai hasil perkalian bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah 4) dalam setiap baris. Total nilai daya tarik menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif, hanya mempertimbangkan dampak dari faktor sukses kritis eksternal dan internal di baris tertentu. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik strategi alternatif itu (hanya mempertimbangkan faktor suskes kritis di baris itu). 6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Menjumlahkan total nilai daya tarik

dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi itu semakin menarik, mempertimbangkan semua faktor sukses kritis eksternal dan internal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Besarnya perbedaan antara jumlah total nilai daya tarik dalam satu set strategi alternatif tertentu menunjukkan seberapa besar sebuah strategi lebih diinginkan relatif terhadap yang lain. Analisis metode QSPM dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Matriks Analisis QSPM

Strategi Alternatif

I II III

Faktor Kunci Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-faktor kunci Eksternal

……….

……….

Faktor-faktor kunci Internal

……….

……….


(44)

3.6. Metode Perancangan Program

Pembuatan program dan rencana kegiatan pengembangan PMUK dalam penelitian ini didasarkan pada hasil strategi pengembagan PMUK yang sudah diperoleh dari hasil analisis SWOT. Dalam proses pembuatan program tersebut hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan program harus berdasarkan atas fakta yang objektif, rasional dan pertimbangan-pertimbangan terhadap perkembangan kegiatan.

2. Program harus mempunyai sasaran yang jelas.

3. Program harus memenuhi komponen 5W + H yaitu What (Apa), Why (Kenapa), Who (Siapa), Where (Dimana), When (Kapan) dan How (Bagaimana).

4. Pembuatan program harus mempertimbangkan kebijaksanaan pemerintah daerah.

5. Antara satu kegiatan dengan kegiatan yang saling mengisi dan berkaitan. 6. Tidak kaku dalam batas-batas tertentu sesuai dengan perkembangan. 7. Mudah dipahami dan penafsiran harus sama oleh pelaksana kegiatan.

Perencanaan program dalam pelaksanaannya belum tentu berjalan dengan seharusnya, sehingga pemerintah harus dapat memperkecil kendala-kendala yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Kendala yang datang dari dalam adalah berupa kurangnya pengertian dan pemahaman, kesadaran dan tanggung jawab, waktu dan pendanaan, pola manajemen. Sedangkan yang datang dari luar seperti peraturan/ketentuan-ketentuan (birokrasi) yang berlaku, faktor sosial, politik dan ekonomi.

Kegiatan adalah suatu tindakan nyata yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu oleh instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Rencana kegiatan terdiri dari pilihan-pilihan instansi pemerintah untuk melaksanakan metode, proses, keterampilan, peralatan, dan sistem kerja dalam rangka mengimplementasikan program kerja operasional yang telah dibuat dengan memperhatikan lingkungan


(45)

yang ada di organisasi, baik lingkungan internal maupun eksternal. Dalam menyusun kegiatan hendaknya memperhatikan kriteria “SMART” yaitu :

Specific artinya statu kegiatan harus menggambarkan hasil yang spesifik yang diinginkannya, memberikan arah dan tolok ukur yang jelas.

Measurable artinya kegiatan harus dapat diukur, dapat dipastikan waktu/tingkat pencapaiannya.

Aggressive but attainable artinya statu kegiatan harus dijadikan standar keberhasilan dalam satu tahun sehingga cukup menantang Namur masih dalam tingkat keberhasilan.

Realistic artinya kegiatan harus bersifat realistis sesuai dengan kemampuan dan kapasitas.

Time-bound artinya kegiatan harus memiliki batas waktu.

3.7. Definisi Operasional

1) Pendapatan Petani

Pendapatan petani adalah pendapatan yang diterima keluarga petani responden yang terdiri dari:

1.a). Pendapatan usaha tani utama (PdUT). Pendapatan usaha dihitung dengan menggunakan rumus:

PdUT = TP – TB

Dimana, TP : Total Penerimaan, yaitu (produksi x harga) dihitung dalam rupiah per musim tanam.

TB : Total Biaya, yaitu penjumlahan semua biaya dalam rupiah yang diperlukan dalam satu musim tanam. 1.b). Pendapatan luar usaha tani (PdLUT)

Pendapatan luar usaha tani adalah pendapatan yang diterima dari kegiatan luar usaha tani seperti menerima upah, berdagang, bantuan dari pihak keluarga lain, dan lain-lain. Dihitung dari dalam rupiah per bulan. 1.c). Pendapatan usaha tani komoditi lainnya

Pendapatan dihitung dari penerimaan bersih dari mengusahakan komoditi pertanian lainnya, disamping komoditi utama. Dihitung dalam rupiah per bulan.


(46)

Keterangan :

Keseluruhan pendapatan tersebut akan dijumlahkan menjadi pendapatan keluarga petani dan akan dikonversikan menjadi pendapatan per tahun dalam rupiah. Menghitung pendapatan per tahun adalah nilai hasil panen yang dijual oleh petani dalam periode satu tahun dan dihitung dalam rupiah.

2) Untuk menghitung tabungan dan aset (kekayaan) petani responden akan dihitung atau dinilai dalam rupiah.

2.a). Tabungan

Tabungan terdiri dari tabungan individu dan tabungan kelompok. Tabungan dapat disimpan di Bank/Koperasi/Kelompok.

2.b). Aset (kekayaan) adalah barang berharga bergerak atau tidak bergerak yang dimiliki responden dinilai dalam rupiah. Aset tersebut adalah rumah, lahan, kebun/ladang, ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, kibas), sepeda, sepeda motor, mobil, traktor, perhiasan berharga, TV, kulkas, radio, dan lain-lain.

3) Untuk mengetahui perubahan perilaku petani responden dilakukan pengamatan terhadap kegiatan atau aktifitas yang positif dan produktif yang dilakukan petani responden untuk meningkatkan usaha perekonomian rumah tangganya seperti:

• Mengikuti pertemuan di kelompok tani, kursus tani, pelatihan studi banding, gotong royong, arisan, dan lain-lain.

• Melakukan pencatatan usaha tani atau usaha ekonomi lainnya.

• Mengikuti kegiatan-kegiatan dalam pembangunan desa, dan lain-lain. 4) Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani responden digunakan kriteria

Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2006 sebagai berikut:

a. Keluarga pra sejahtera b. Keluarga sejahtera I c. Keluarga sejahtera II d. Keluarga sejahtera III


(47)

BAB IV

KEADAAN UMUM WILAYAH KAJIAN

4.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Pelalawan secara resmi berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam. Secara operasional peresmian Kabupaten Pelalawan dilakukan oleh Gubernur Riau pada tanggal 5 Desember 1999. Di usia yang relatif masih muda Pemerintah Kabupaten Pelalawan harus segera melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Secara geografis Kabupaten Pelalawan terletak antara 1°,25” Lintang Utara dan 0°,20” Lintang Selatan serta antara 100°,42” sampai 103°,28” Bujur Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Siak Sri Indrapura dan Bengkalis di sebelah Utara, Kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, dan Kuantan Singingi di sebelah Selatan, Kabupaten Karimun di sebelah Timur, dan Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru di sebelah Barat.

Kondisi topografi Kabupaten Pelalawan merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan daerah perbukitan yang bergelombang. Secara umum ketinggian beberapa daerah berkisar antara 3 - 6 meter dengan kemiringan lahan rata-rata ± 0 – 15 persen dan 15 – 40 persen. Daerah yang tertinggi adalah Sorek I


(48)

dengan ketinggian ± 6 meter dan yang terendah adalah Teluk Dalam (Kecamatan Kuala Kampar) dengan ketinggian ± 3½ meter.

Di wilayah Kabupaten Pelalawan terdapat Sungai Kampar yang panjangnya sekitar 413,5 kilometer dengan kedalaman rata-rata 7,7 meter dan lebar rata-rata 143 meter. Sungai Kampar dan anak sungainya berfungsi sebagai prasarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya perikanan, dan irigasi. Wilayah dataran rendah Kabupaten Pelalawan pada umumnya merupakan dataran rawa gambut, dan dataran aluvium. Dataran ini dibentuk 11 oleh endapan aluvium yang terdiri dari endapan pasir, danau, lempung, sisa tumbuhan dan gambut. Sedangkan wilayah berbukit dan bergelombang tanahnya termasuk jenis orgosonal dan humus yang mengandung bahan organik.

Bentuk wilayah dengan topografinya dan kedudukan wilayah terhadap khatulistiwa menjadikan Kabupaten Pelalawan beriklim sub tropis dengan temperatur rata-rata 22°C - 32°C dan kelembaban nisbi antara 80-88 persen serta curah hujan rata-rata 2.598 mili meter per tahun.

4.2. Kondisi Demografis

4.2.1. Penduduk Kabupaten Pelalawan

Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2005 sebanyak 247.849 jiwa yang terdiri dari 133.679 jiwa laki-laki (53,94 %) dan 114.170 jiwa perempuan (46,06%). Dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan akhir tahun 1995 sebanyak 123.693 jiwa yang terdiri dari 63.739 jiwa laki-laki (51,53%) dan 59.954 jiwa perempuan (48,47%), maka selama periode pertengahan tahun 1995 sampai dengan 2005 laju pertumbuhan penduduk rata-rata setiap tahun 10,04 %

Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan sampai dengan tahun 2005 terus mengalami kenaikan. Hal ini telah menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Pelalawan, sehingga pertumbuhan penduduk terkendali dan dapat mendorong percepatan 12 pertumbuhan ekonomi, bukan justru menimbulkan berbagai masalah sosial.

Sebaran penduduk Kabupaten Pelalawan pada tahun 2005 sebesar 22,84 persen berdomisili di Kecamatan Pangkalan Kerinci atau sebanyak 56.609 jiwa.


(49)

Sedangkan kecamatan paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bunut yaitu hanya 3,82 persen atau 9.468 jiwa.

4.2.2. Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan

Lapangan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah lapangan usaha pertanian. Sebanyak 63,70 persen dari penduduk bekerja di sektor pertanian. Setelah sektor pertanian, mata pencaharian utama di Kabupaten Pelalawan adalah sektor jasa, perdagangan dan sektor industri. Pemerintah Kabupaten Pelalawan bertekad untuk terus mendorong peran swasta dalam menghidupkan sektor industri serta berperan dalam proses peralihan struktur masyarakat dari masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri.

4.2.3. Pendidikan

Menurut Badan Pusat Statistik, belum semua penduduk usia sekolah di Kabupaten Pelalawan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan jenjangnya. Sebanyak 3,08 persen penduduk usia sekolah dasar belum pernah mendapatkan pendidikan, sementara 1,82 persen bersekolah tetapi tidak dapat menyelesaikan pendidikannya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak penduduk usia sekolah tersebut yang tidak dapat menyelesaikan pendidikannya. Pada kelompok usia sekolah menengah pertama, sebanyak 16,59 persen penduduk tidak bersekolah lagi. Sementara sebanyak 6.978 jiwa penduduk usia sekolah menengah atas tidak dapat menyelesaikan pendidikan sesuai jenjang usianya atau mengalami putus sekolah. Jumlah tersebut mencapai lebih dari 50 persen dari seluruh penduduk usia 16-18 tahun.

Komponen yang diperhitungkan dalam perhitungan indeks pembangunan manusia adalah kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis. Sebanyak 74,47 persen penduduk usia 10 tahun ke atas mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan kondisi idealnya harus 100%, hal ini mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Kabupaten Pelalawan dalam rangka mencapai sasaran pembangunan manusia yang berpihak kepada rakyat.


(50)

4.2.4. Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, dikatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Secara umum derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Pelalawan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Salah satu indikator dalam bidang kesehatan adalah angka kematian bayi. Indikator tersebut sensitif terhadap ketersediaan, pemantapan dan kualitas pelayanan kesehatan terlebih-lebih terhadap pelayanan perinatal. Juga mempunyai asosiasi dengan angka pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan keadaan gizi keluarga. Indikator ini juga merupakan indikator yang terbaik untuk pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

4.3. Kondisi Perekonomian 4.3.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu sasaran yang perlu dicapai dalam pelaksanaan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menunjukkan kinerja sektor-sektor ekonomi yang membaik. Sebagai kabupaten pemekaran, Kabupaten Pelalawan telah mengalami perkembangan yang cukup pesat sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan, yakni dengan didukung dua sektor ekonomi andalan yaitu sektor industri dan sektor pertanian yang berbasiskan sub sektor perkebunan.

Pada tahun 2001 tercatat angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,26 persen, kemudian sedikit meningkat menjadi 6,36 persen pada tahun 2002. Laju pertumbuhan ekonomi kembali sedikit meningkat pada tahun 2003, yakni menjadi 6,7 persen. Kondisi ini terus berlanjut pada tahun 2004 yang mencatat kenaikan cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya, yaitu mencapai 7,16 persen. Kenaikan laju pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran tentang kondisi perekonomian secara umum. Namun pada tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi walaupun tetap tumbuh positif, namun mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya yaitu


(51)

sebesar 7,05 persen. Perlambatan laju pertumbuhan ini terjadi sebagai akumulasi adanya kebijakan ekonomi nasional yang berimplikasi langsung terhadap perekonomian daerah. Kebijakan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali di bulan Juli dan Oktober tahun 2005 memberikan dampak yang cukup beragam di sektor produksi, distribusi dan daya beli masyarakat.

Namun demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Pelalawan secara makro terus bergerak naik. Sektor-sektor produksi mampu menyediakan barang dan jasa, sektor distribusi memberikan jaminan kelancaran pasokan, dan konsumen sebagai pengguna akhir barang dan jasa memiliki daya beli yang mencukupi.

4.3.2. Pertumbuhan Investasi

Penetapan arah kebijakan umum di bidang penanaman modal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan penanaman modal yang cukup besar. Pertumbuhan investasi di Kabupaten Pelalawan selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Untuk lebih menarik minat investor maka ditetapkan arah kebijakan umum pembangunan di bidang penanaman modal, yaitu melaksanakan promosi di dalam maupun di luar negeri yang mempunyai peluang pasar terhadap produk-produk yang dihasilkan ataupun terhadap peluang investasi. Persetujuan penanaman modal di Kabupaten Pelalawan selama tahun 2006 tercatat senilai Rp 21.606.540.130,00 milyar untuk PMDN dan senilai Rp. 4.660.714.556.900,00 untuk PMA.

4.3.3. Potensi Unggulan Daerah

Di Kabupaten Pelalawan terdapat potensi investasi unggulan yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan terutama di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, dan pariwisata, yaitu sebagai berikut : 1) Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura

Bidang tanaman pangan dan hortikultura merupakan potensi unggulan dengan komoditi yang memiliki prospek sesuai tuntutan pasar dalam dan luar negeri yaitu jenis komoditi sayur-sayuran, rambutan, durian, jeruk dan nenas. Sesuai dengan


(52)

rencana tata ruang wilayah yang ada, potensi areal pertanian tanaman pangan seluas 169.871 hektar, dengan alokasi peruntukan terdiri dari:

- Sawah pasang surut : 25.600 hektar - Sawah Tadah Hujan : 33.310 hektar - Areal lahan kering : 20.520 hektar

- Areal budi daya pertanian : 20.520 hektar - Areal lebak : 69.921 hektar

2) Bidang Perikanan

Bidang perikanan yang dapat dimanfaatkan antara lain tambak udang, budidaya karamba, budidaya kolam ikan, dan penangkapan ikan. Kawasan pengembangan bidang perikanan menurut RT/RW seluas 10.618 hektar.

3) Bidang peternakan

Bidang Peternakan masih terbuka lebar berupa usaha penggemukan, pembibitan, ataupun produksi telur, ternak sapi, ayam dan kambing, dengan ketersediaan areal pengembangan seluas 11.658 hektar.

4) Bidang perkebunan

Bidang Perkebunan yang menawarkan peluang investasi komoditi yang memiliki prospek bagus yaitu kelapa sawit, kelapa, dan karet dengan areal rencana tata ruang wilayah seluas 743.624 hektar.

5) Perikanan dengan sistem keramba, kolam dan tambak tersedia 1.743,99 Ha untuk jenis ikan tawar, ikan sungai dan udang.

6) Pertambangan dengan cadangan 5.552.000 m2 bentonite, 16.109.000 m2 pasir kuarsa, dan 3.000.000 m2 koalin.

7) Pariwisata dengan obyek wisata pemancingan ikan, wisata budaya sejarah, tarian tradisional, panorama alam hutan lindung, wisata panorama alam dan perkampungan suku asli petalangan.


(53)

BAB V

GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN

5.1. PMUK dan Proses Bergulir PMUK 5.1.1. Latar Belakang PMUK

Pada tahun 1998 terjadi peralihan dari KUT ke KKP, dari peralihan tersebut maka terjadi kelangkaan modal. Untuk itu pemerintah membuat program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) melalui bantuan modal langsung kepada petani yang lebih dikenal dengan Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM).

Pola BPLM memberi kebebasan kepada petani (kelompok tani) yang hampir tidak terbatas dalam menggunakan bantuan dana usahatani yang produktif. Bantuan Pinjaman Langsung (BPLM) adalah memberikan pinjaman sejumlah dana penguatan modal kerja kelompok tani yang disalurkan langsung ke rekening kelompok tani, dana ini dikelola secara terorganisasi dengan azas kebersamaan untuk usaha produktivitas.

5.1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan PMUK

Adapun sebagai dasar pelaksanaan dari kegiatan Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) ini adalah :

1. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2004 Nomor : 107.0/18-04.1/IV/2005 tanggal 1 Januari 2004.

2. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja TA. 2004 Rincian Kegiatan dan Keluaran tanggal 5 April 2004.


(1)

Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan.

Petunjuk Pengisian :

1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dalam Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan.

2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor ancaman dan kelemahan dalam Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan, tabel berikut inidengan menggunakan (V) pada pilihan Bapak/Ibu.

3. Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut ;

Identitas Defenisi Nilai kepentingan

Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik/responden daerah sangat baik

4 *

3 * Jika faktor tersebut berpengaruh baik/responden daerah baik Jika faktor tersebut kurang berpengaruh sedang/responden daerah umum

2 **

Jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh bagi daerah/responden daerah buruk

1 *

Nilai faktor-faktor Kekuatan Nilai Faktor-faktor Kelemahan

Menurut Bapak/ibu bagaimana kondisi Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan, terhadap faktor-faktor berikut ini


(2)

Kekuatan Faktor Eksternal Strategi.

Peringkat (rating)

No Faktor Internal Strategis 4 3 2 1

1 Adanya program K2I

2 Pemasaran hasilcukup baik

3 Ketersediaan lahan cukup

Adanya kelompok tani yang bergerak pada komoditi sayur

4

5 Status petani masih penggarap

6 Luasl lahan garapan sempit

7 Infrastruktur wilayah kurang baik

8 Terjadinya alih fungsi lahan

9 Koordinasi lintassektoral masing kurang

IV. PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL (kekuatan dan kelemahan)

Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadao faktor-faktor internal mengenai kepentingan suatu faktor Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategis tersebut menentukan keberhasilan Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan.

Petunjuk pengisian:

a. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasanganantara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan.

b. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3.Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :


(3)

1. = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2. = Jika indikator horizontal kurang sama pentingnya dengan indikator

vertikal.

3. = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal.

Catatan : Matrik pembandingan berpasangan untuk faktor internal yang akan diisi oleh bapak/ibu responden berikut ini.

Matrik pembanding berpasangan untuk faktor internal

NILAI

KETERKAITAN

NO FAKTOR STRATEGI INTERNAL TOTAL BOBOT

1 Adanya dana PMUK

Adanya kelembagaan

Penyuluhan di Kabupaten dan kecamatan

2

3 Adanya Juklak dan Juknis

4 Jumlah petugas terbatas

5 Sarana mobilitas petugas terbatas Masing kurangnya kemampuan

petugas dalam alih teknologi

6

Keterangan :

1. = Jika indkator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2. = Jika indkator horizontal samapentingnya dari pada indikator vertikal 3. = Jika indkator horizontal lebihpenting dari pada indikator vertikal

Bobot = Total /∑ total

V. PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL (peluang dan ancaman)

Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadao faktor-faktor internal mengenai kepentingan suatu faktor Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategis tersebut menentukan


(4)

keberhasilan Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan.

Petunjuk pengisian:

a. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap Strategi Peningkatan Peranan PMUK dalam Pemberdayaan Kelompok Tani sayur di Kabupaten Pelalawan.

b. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3.Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1. = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal kurang sama pentingnya dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal.

Catatan : Matrik pembandingan berpasangan untuk faktor Eksternal yang akan diisi oleh bapak/ibu responden berikut ini.

Matrik pembanding berpasangan untuk faktor internal

FAKTOR STRATEGI

INTERNAL

NO NILAI KETERKAITAN TOTAL BOBOT

1 Adanya program K2I

2 Pemasaran hasilcukup baik 3 Ketersediaan lahan cukup

Adanya kelompok tani yang bergerak pada komoditi sayur

4

Status petani masih penggarap

5

6 Luasl lahan garapan sempit Infrastruktur wilayah kurang

baik

7

8 Terjadinya alih fungsi lahan Koordinasi lintassektoral

masing kurang

9


(5)

4. = Jika indkator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 5. = Jika indkator horizontal samapentingnya dari pada indikator vertikal 6. = Jika indkator horizontal lebihpenting dari pada indikator vertikal

Bobot = Total /∑ total

Lampiran : 5 Matrik IFE dan

EFE

PEMBOBOTAN IFE

Penentuan Tingkat Rating

No Faktor Strategi Eksternal Nilai Jumlah Rating Bobot Skor

1 2 3 4 Responden

Kekuatan 1 2 3 Kelemahan 1 2 3

PEMBOBOTAN EFE

Penentuan Tingkat Rating

No Faktor Strategi Eksternal Nilai Jumlah Rating Bobot Skor

1 2 3 4 Responden

Peluang 1 2 3 4 Ancaman 1 2 3 4 5


(6)

Dokumen yang terkait

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat

21 135 83

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER

0 13 7

Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat)

0 11 106

Pemberdayaan kelompok tani karet melalui penguatan modal usaha kelompok (kasus desa teluk sampudau, kecamatan karau kuala, kabupaten Barito Selatan)

0 13 111

Strategi Peningkatan Peran Program Penguatan Modal Kelompok (PMUK) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sayur di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

0 13 246

Pemberdayaan kelompok tani karet melalui penguatan modal usaha kelompok (kasus desa teluk sampudau, kecamatan karau kuala, kabupaten Barito Selatan)

0 40 101

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Petani Bawang Merah di Kabupaten Bantul

0 2 16

Keberhasilan Program Kredit Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) pada Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul

0 3 16

PELAKSANAAN PROGRAM PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) PADA KELOMPOK TANI SERBA USAHA DI KELURAHAN BATIPUAH PANJANG KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG.

0 0 10

Manfaat Program Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Penguatan Aksebilitas Petani (studi Kasus di Kelompok Tani Bina Harapan, Desa Karamatwangi, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut).

0 0 2