Panjang Perakaran Gmelina Searah Larikan Persen penutupan tajuk

22 Semakin besar kedalaman perakaran gmelina yang diperoleh, maka semakin baik untuk sistem agroforestri, karena semakin dalam suatu akar pohon, maka persaingan unsur hara dan air dengan tanaman pertanian tidak besar. Nilai kedalaman tertinggi terdapat pada agf 3 dan agf 1. Adanya perbedaan kedalaman dengan agf 2 disebabkan oleh sistem pengolahan lahan yang berbeda. Pengolahan lahan pada agf 1 dan agf 3 dengan lebih menggemburkan tanah, sehingga volume tanah terangkat dan mengakibatkan nilai kedalaman yang diperoleh lebih tinggi dari agf 2.

4.3 Panjang Perakaran Gmelina Searah Larikan

Selain kedalaman akar, parameter lain yang diukur adalah panjang akar gmelina searah larikan, dengan hasil rataan dan uji Duncan seperti tertera pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil uji Duncan panjang akar gmelina searah larikan Agroforestri N Pohon Rataan panjang akar gmelina cm Agf 1 gmelina+suren+mahoni+cabai+jagung+buncis 28 41.46 a Agf 2 gmelina+jagung+singkong 48 24.34 c Agf 3 gmelina+suren+kacang tanah+jagung+singkong 30 30.73 b Semakin kecil nilai panjang horisontal akar akar lateral, maka sistem perakaran gmelina semakin bagus untuk sistem agroforestri, karena persaingan unsur hara dengan tanaman pertanian tidak terlalu besar. Semakin pendek akar yang ditemui saat penggalian menunjukkan akar berkembang ke bagian tanah lebih dalam. Menurut Islami dan Utomo 1995, akar primer akar tunjang maupun akar skunder akar lateral yang terbentuk pertama kali memperlihatkan respon geotropi positif vertikal ke arah bawah. Adanya akar yang lebih pendek pada agf 2 dapat disebabkan oleh ketersediaan unsur hara yang kurang jika dibandingkan pada agf 1 dan agf 3. Faktor lain, dapat pula disebabkan populasi pohon pada agf 2 lebih besar sehingga akar cenderung tumbuh ke bagian lebih dalam, sehingga perlakuan agf 2 memberikan rataan panjang perakaran yang paling baik . 23

4.4 Persen penutupan tajuk

Penutupan tajuk memberi pengaruh terhadap kompetisi cahaya pada sistem agroforestri. Tidak semua tanaman pertanian tahan terhadap naungan. Adanya informasi penutupan tajuk, dapat digunakan sebagai pemilihan jenis tanaman pertanian yang tahan naungan. Hasil rekapitulasi persen penutupan tajuk disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Rekapitulasi persen penutupan tajuk gmelina No Arah Penutupan Tajuk Agf 1 Agf 2 Agf 3 1 Utara 6,40 64,90 20,96 2 Selatan 11,60 44,10 24,86 3 Barat 25,90 55,80 44,62 4 Timur 35,00 48,00 24,86 Rataan 16,51 51,33 25,98 Agf 1: gmelina+suren+mahoni+cabai+jagung+buncis; Agf 2: gmelina+jagung+singkong; Agf 3: gmelina+suren+kacang tanah+jagung+singkong Hasil yang diperoleh menunjukkan kondisi lokasi penelitian relatif terbuka, karena tanaman pokok baru berumur satu tahun dan sering dilakukan pemangkasan. Perbedaan persen penutupan tajuk tersebut disebabkan adanya populasi pohon yang berbeda. Pada agf 2, jumlah pohon lebih banyak dan banyak pohon besar yang sudah ditanam oleh pemilik lahan sejak lama seperti kelapa, mangga, dan sengon. Hal ini mengakibatkan tajuk pohon besar tersebut sudah mendominasi, sehingga cahaya matahari yang diterima pada agf 2 lebih sedikit. 4.5 Analisis Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah sangat diperlukan untuk mengetahui karakter tanah secara kimia yang selanjutnya dapat dijadikan parameter untuk pemilihan jenis dan perlakuan. Menurut Sutedjo 2000, analisis kimia tanah bertujuan untuk mendiagnosa dan menanggulangi tanah yang kekurangan atau kelebihan unsur hara tertentu. Hasil analisis sifat kimia tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB tertera pada Tabel 7. 24 Tabel 7 Hasil analisis sifat kimia tanah Agf 1: gmelina+suren+mahoni+cabai+jagung+buncis; Agf 2: gmelina+jagung+singkong; Agf 3: gmelina+suren+kacang tanah+jagung+singkong Menurut Kuswandi 1993 peranan beberapa unsur hara seperti 1 nitrogen N adalah sebagai bahan pembentuk klorofil, bahan tumbuh tanaman, bahan pembentuk enzim, mendorong pertumbuhan perakaran, 2 fosfor P yang berperan sebagai pembentuk inti sel dan dinding sel, dan mendorong pertumbuhan akar muda, 3 kalium K berfungsi dalam fotosintesis, pembelahan sel, dan pembentukan protein, dan memperkuat jaringan penyokong, 4 kapur Ca menjaga keseimbangan turgor, penyusunan dinding-dinding sel tanaman, dan pembelahan sel, 5 magnesium Mg berperan sebagai bahan pembentuk klorofil dan sistem enzim 6 tembaga Cu berperan mendorong metabolisme akar, penting dalam reaksi oksidasi dan reduksi, dan penyusunan protein. Berdasarkan literatur dan data yang diperoleh maka unsur hara yang terdapat pada tiap pola mempengaruhi pertumbuhan gmelina. Nilai nitrogen yang tertinggi terdapat pada Agf 1 dan memiliki nilai panjang akar yang tinggi, karena nitrogen berfungsi mendorong pertumbuhan perakaran. Tingginya nilai N pada agf 1 disebabkan oleh pemupukan NPK yang dilakukan lebih dari sekali. Akan tetapi, nilai N pada agf 2 yang tidak berbeda jauh dengan agf 1. Hal ini disebabkan oleh adanya tanaman sengon yang tajuknya hampir mendominasi agf Sifat Tanah Agroforestri Agf 1 Agf 2 Agf 3 Pasir Debu Liat pH C N Ca me100g Mg me100g K me100g P HCl 25 ppm P Bray 1 ppm H me100g Al me100g Fe ppm Cu ppm Zn ppm Mn ppm 11,08 7,62 4,54 27,21 18,53 14,58 61,71 73,85 80,85 5,60 5,40 5,60 2,07 0,21 2,00 0,20 1,67 0,17 6,64 3,01 1,56 123,10 14,60 0,16 tr 5,34 2,18 0,76 136,10 15,40 0,16 0,20 8,15 2,01 0,67 72,90 8,30 0,12 tr 5,76 3,09 1,75 64,21 4,10 2,42 4,39 50,50 303,60 0,18 3,54 29,46 KB 58,62 38,38 43,26 KTK me100g 20,25 22,46 25,76 25 2. Serasah daun sengon banyak mengandung N, karena akar sengon mampu bersimbiosis dengan Rhizobium yang merupakan bakteri penambat N di udara. Rendahnya nilai N pada agf 3 disebabkan oleh penutupan tajuk yang lebih rendah, meskipun pada agf 3 terdapat tanaman penambat N di udara yaitu kacang tanah. Rendahnya penutupan tajuk dapat meningkatkan surface run off yang lebih besar yang dapat membawa beberapa unsur hara, sedangkan pemupukan yang dilakukan tidak seintensif pada agf 1. Nilai kalium tertinggi terdapat pada Agf 1, sehingga akar lateral berkembang secara horisontal lebih panjang. Tingginya nilai K pada Agf 1 juga disebabkan karena pemupukan NPK pada tanaman cabai yang memudahkan akar lateral untuk mendapat unsur hara tersebut di dekat permukaan tanah. Nilai magnesium dan kalsium yang bervariasi mempengaruhi kondisi kemasaman tanah. Pada tanah masam dan pada daerah lembab, biasanya unsur hara ini hanya sedikit. Dari hasil analisis menunjukkan nilai Ca dan Mg yang kecil terdapat pada agf 2 dengan kondisi pH paling masam. Fungsi dari unsur hara ini dapat digunakan untuk mengurangi keasaman tanah. Secara umum, ketersediaan unsur hara terkecil terdapat pada agf 2, yang ditunjukkan pula oleh nilai kejenuhan basa KB. Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation basa unsur hara yang diperlukan tanaman dengan jumlah semua kation Hardjowigeno 2003. 4.6 Analisis Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang akan dianalisis di laboratorium terlebih dahulu diambil contoh di lapangan dengan menggunakan ring tanah. Seperti halnya sifat kimia tanah, sifat fisik tanah juga dapat digunakan sebagai parameter pemilihan jenis dan perlakuan lahan. Hasil analisis sifat fisik tanah seperti pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil analisis sifat fisika tanah Parameter Hasil Bulkdensity gcm 3 1,15 Porositas 56,49 Kadar air volume PF 2.54 PF 4.2 35,69 22,17 Air Tersedia 13,52 26 Bulk Density kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan nisbah antara berat kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density juga menunjukkan kepadatan tanah. makin padat suatu tanah, makin tinggi bulk density nya, yang berarti mekin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya, bulk density berkisar dari 1,1 –1,6 gcm 3 Hardjowigeno 2003. Sehingga nilai bulk density yang diperoleh di lapangan tergolong kecil, yang memudahkan akar untuk menembus tanah. Porositas adalah proporsi ruang pori total ruang kosong yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator drainase dan aerasi tanah. Penghilangan vegetasi penutup tanah biasanya mengakibatkan peningkatan kerataan tanah dan penurunan porositas tanah serta pengurangan tingkat infiltrasi Lahjie 2004. Nilai porositas yang diperoleh cukup tinggi. Menurut Islami dan Utomo 1995, pada tanah pertanian tanah berpasir memiliki porositas rendah 40 dan tanah lempung mempunyai porositas tingi, jika strukturnya baik dapat mempunyai porositas 60. Nilai air tersedia hanya 13,52. Air tersedia adalah air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kapasitas lapang dengan titik layu permanen. Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Sedangkan titik layu permanen adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehinga tanaman menjadi layu Hardjowigeno 2003.

4.7 Data Suhu Lingkungan, Suhu Tanah, dan Kelembaban