V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pola pada penelitian terletak pada satu hamparan lahan yang sama dan terletak pada lahan datar. Tanaman kehutanan yang dibudidayakan di lokasi
penelitian berumur 14 bulan pada saat penelitian dilakukan. Tanaman kehutanan ini ditanam di lahan milik masyarakat yang terdiri dari beberapa masyarakat
pemilik lahan yang dikombinasi dengan beberapa tanaman pertanian berbeda oleh masing-masing pemilik lahan. Pola agroforestri di lokasi penelitian tertera pada
Gambar 6, 7, dan 8.
Gambar 6 Agf 1 gmelina+suren+mahoni Gambar 7 Agf 2 gmelina+jagung +cabai+jagung+buncis
+singkong
Gambar 8 Agf 3 gmelina+suren+kacang tanah+jagung+singkong Perakaran gmelina yang diperoleh melalui penggalian kedalaman akar
memiliki variasi kedalaman maupun panjang yang berbeda. Perbedaan tersebut terdapat pada pola agroforestri maupun pada tiap tanaman. Faktor yang
mempengaruhi perakaran dapat berupa sifat fisik dan kimia tanah, suhu dan kelembaban, maupun pengelolaan tanah. Hasil pengolahan data perakaran
21
gmelina pada tiga pola berbeda dengan variabel kedalaman dan panjang akar gmelina terlampir pada Lampiran 1. Rekapitulasi hasil sidik ragamnya tertera
pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil sidik ragam perakaran gmelina pada tiga pola yang berbeda Variabel
Perlakuan P-Value
Kedalaman akar searah larikan 0,0001
Panjang akar searah larikan 0,0001
berpengaruh nyata pada taraf 5,
Data tersebut menunjukkan perlakuan yang diberikan memberi pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, yaitu kedalaman dan panjang akar
gmelina. Karakter perakaran tanaman pokok merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam sistem agroforestri.
Akar lateral yang dijumpai saat pengukuran mudah terpotong. Hal ini sesuai dengan karakteristik pohon multi guna menurut Lahjie 2004. Selain perakaran,
gmelina juga merupakan jenis yang cukup tahan terhadap iklim lokal, mudah dilakukan pemangkasan dan mampu bertunas dengan cepat. Hasil pemangkasan
dapat digunakan sebagai pakan ternak, seperti yang terdapat di lokasi penelitian. Beberapa perusahaan furniture menggunakan kayu gmelina untuk bahan baku
industri.
4.2
Kedalaman Perakaran Gmelina Searah Larikan
Karakter perakaran gmelina yang diperoleh melalui penggalian kedalaman akar memiliki variasi kedalaman yang berbeda. Perbedaan tersebut terdapat pada
pola agroforestri maupun pada tiap tanaman. Pengukuran kedalaman akar tersebut dengan menggali menggunakan kored mengingat usia tanaman yang baru
berumur satu tahun. Hasil pengukuran ke dalaman akar searah larikan seperti tertera ada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji Duncan kedalaman akar gmelina searah larikan Agroforestri
N Pohon
Rataan
kedalaman akar gmelina cm
Agf 1 gmelina+suren+mahoni+cabai+jagung+buncis 28
17.393
a
Agf 2 gmelina+jagung+singkong 48
11.104
b
Agf 3 gmelina+suren+kacang tanah+jagung+singkong 30
17.400
a
22
Semakin besar kedalaman perakaran gmelina yang diperoleh, maka semakin baik untuk sistem agroforestri, karena semakin dalam suatu akar pohon, maka
persaingan unsur hara dan air dengan tanaman pertanian tidak besar. Nilai kedalaman tertinggi terdapat pada agf 3 dan agf 1. Adanya perbedaan kedalaman
dengan agf 2 disebabkan oleh sistem pengolahan lahan yang berbeda. Pengolahan lahan pada agf 1 dan agf 3 dengan lebih menggemburkan tanah, sehingga volume
tanah terangkat dan mengakibatkan nilai kedalaman yang diperoleh lebih tinggi dari agf 2.
4.3 Panjang Perakaran Gmelina Searah Larikan