13
3.4.2 Pengukuran penutupan tajuk
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan densiometer pada jarak 30 –
45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masing-masing kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan
pembobotan. Terbuka penuh memiliki bobot 4 100, bobot 3 75, bobot 2 50, bobot 1 25, bobot 0 tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat
Data pengukuran masing-masing titik selanjutnya dijumlahkan dan merupakan nilai pada titik. Bobot rata-rata pada masing-masing pola agroforestri
dihitung dengan rumus: Ti= T1+T2+T3+..Tn
N x 1,04
Ti : Keterbukaan tajuk Tn : Bobot pada masing-masing titik
pengukuran N : Jumlah titik pengukuran
1,04 : Faktor koreksi Persentase penutupan tajuk T pada masing-masing lokasi dihitung dengan
rumus: T = 100-Ti Supriyanto dan Irawan 2001.
3.4.3 Pengukuran suhu dan kelembaban
Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan pada setiap pola, sehingga ada tiga pengukuran pada plot yang diamati dengan pola yang berbeda. Alat yang
digunakan dalam pengukuran adalah termometer bola basah dan termometer bola kering. Termometer bola basah adalah termometer ukur biasa yang dibasahi
dengan menggunakan kain kasa pada bagian ujungnya. Kedua termometer ini di gantung pada ranting pohon dan terlindung oleh naungan. Selain itu, dilakukan
pula pengukuran terhadap suhu tanah dengan menggunakan termometer tanah. Termometer bola kering digunakan untuk perhitungan suhu, sedangkan
termometer basah
digunakan untuk
mengukur kelembaban
dengan membandingkan nisbah data pada termometer bola kering. Pengukuran dilakukan
pada pagi pukul 07.00 –08.00, siang 12.00–13.00, dan sore pukul 16.00–
17.00, setiap pengukuran dilakukan tiga kali pengulangan dan dilakukan tiap 10
14
menit sekali selama 30 menit. Pengukuran dilakukan selama tiga hari berturut- turut tanpa hari hujan. Jika turun hujan, maka pengukuran dianggap gagal
Handoko 1993.
3.4.4 Analisis Tanah