31
4.1.2.4. Nitrat
Nitrat sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton. Hasil pengukuran kandungan nitrat di perairan Berau pada
penelitian I ini berkisar antara 0,14 - 4,98 µg –atl Gambar 11. Pada penelitian
ke-dua konsentrasi nitrat berkisar antara 0,15 – 1,22 µg –atl. Konsentrasi nutrien
yang diperoleh pada perairan ini masih berada pada kondisi yang memungkinkan bagi pertumbuhan produksi fitoplankton. Mackentum 1969 menyatakan bahwa
kadar nitrat yang dibutuhkan oleh fitoplankton laut adalah 0,203 – 0,790 µg –atl,
bila kurang dari nilai tersebut maka menyebabkan nitrat sebagai faktor pembatas di perairan tersebut.
Secara umum, kandungan nutrien di perairan Berau ini memperlihatkan nilai yang tinggi di daerah dekat muara. Hal ini bisa dimengerti karena lokasi
yang dekat dengan daratan memungkinkan adanya masukan nutrien dari darat dan karena perairannya dangkal menyebabkan sedimen dasar laut teraduk. Selain
itu, hal ini dapat disebabkan pula oleh kondisi sekitar muara yang banyak terdapat mangrove yang dapat menyumbangkan hara dari serasahnya yang
membusuk. Sesuai dengan pernyataan Wattayakorn 1988 bahwa kandungan nutrien di suatu daerah estuari selain berasal dari perairan itu sendiri juga
tergantung kepada keadaan sekelilingnya antara lain, sumbangan dari daratan melalui sungai yang bermuara ke perairan tersebut, juga tergantung kepada hutan
mangrove yang serasahnya membusuk, karena adanya bakteri, terurai menjadi zat hara.
117.7 117.8
117.9 118.0
118.1 118.2
118.3
1.8 1.9
2.0 2.1
2.2 2.3
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
Lunsuranaga Guntung
Lalawan Sodang Besar
Talasau Tanjung Batu
Ulingan
Sukan
Tg. Binkar Nakal
Tg. Birai S. Beribik
Tanjung Redep
Rantaupanjang Muara Guntung
Derawan
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9 1
1.1 1.2
1.3 1.4
1.5 1.6
1.7 1.8
1.9 2
2.1
Gambar 11 Sebaran nitrat di perairan Berau
32
4.1.2.5. Silikat
Kandungan silikat di perairan Berau pada saat penelitian dilakukan berkisar antara 5,21 - 64,53
µg –atl. Sama halnya dengan sebaran nutrien sebelumnya, konsentrasi silikat di perairan Berau ini secara umum tinggi di
daerah dekat muara dan semakin rendah ke arah laut Gambar 12. Tingginya kadar silikat di daerah dekat muara ini diduga karena mendapat masukan silikat
dari darat melalui run off ke sungai. Menurut Cushing dan Walsh 1976 salah satu sumber silikat adalah buangan dari darat melalui run off. Lebih lanjut
Millero dan Sohn 1991 menerangkan bahwa pada dasarnya sumber silikat di laut sebagian besar merupakan hasil pelapukan yang terbawa oleh aliran sungai.
Selain itu, hal ini diduga juga karena di perairan muara sungai, silikat mengalami akumulasi sebelum jauh menyebar ke laut lepas. Koesoebiono 1980
menyatakan bahwa arus dari sungai akan membawa zat-zat nutrien yang kemudian akan terakumulasi di perairan muara sungai sebelum jauh menyebar ke
arah laut.
Gambar 12 Sebaran silikat di perairan Berau
117.7 117.8
117.9 118.0
118.1 118.2
118.3
1.8 1.9
2.0 2.1
2.2 2.3
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
Lunsuranaga Guntung
Lalawan Sodang Besar
Talasau Tanjung Batu
Ulingan
Sukan
Tg. Binkar Nakal
Tg. Birai S. Beribik
Tanjung Redep
Rantaupanjang
Muara Guntung
Derawan
4 8
12 16
20 24
28 32
36 40
44 48
33 Nilai parameter fisika-kimia lingkungan di perairan Berau, secara umum
masih layak untuk pertumbuhan fitoplankton. Berdasarkan uji t, nilai parameter fisika-kimia yang diukur di perairan Berau menunjukkan nilai yang tidak berbeda
nyata pada tahun 2005 dan 2006 Tabel 3, hal ini disebabkan penelitian dilakukan pada musim yang sama.
Tabel 3 Hasil uji t nilai parameter fisika-kimia lingkungan di Perairan Berau
No Parameter
Uji t P-Value
1 Suhu
o
C 0.936 2 Salinitas
PSU 0.160
3 Turbiditas 0.851
4 Fosfat
µg –at Pl 0.741
5 Nitrat
µg –at Nl 0.362
6 Silikat
µg –at Sil -
7 Arus cmdetik
- tidak mempunyai nilai karena data hanya diperoleh pada tahun 2005
tidak ada nilai pembanding Secara umum kondisi lingkungan di perairan Berau masih mendukung
bagi pertumbuhan dan sebaran fitoplankton. Suhu di perairan Berau masih dalam kisaran yang layak bagi pertumbuhan fitoplankton. Salinitas sangat berkaitan
dengan sebaran fitoplankton, pada umumnya fitoplankton jenis tertentu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada perairan yang memiliki salinitas 0
perairan tawar, dan jenis yang lain hanya dapat tumbuh dengan baik pada perairan yang bersalinitas tinggi. Hal ini tergantung dari daya toleransi masing-
masing jenis terhadap salinitas itu sendiri. Chaetoceros dapat tumbuh pada kisaran salinitas yang cukup luas, sedangkan Trichodesmium umumnya
menyukai perairan bersalinitas tinggi Praseno dan Sugestiningsih, 2000. Setiap jenis fitoplankton membutuhkan kadar nutrien fosfat, nitrat, silikat yang
berbeda pula untuk pertumbuhannya. Ault, dkk 2000 dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa pengkayaan silicon dapat memberikan pengaruh yang
nyata pada komposisi dan kelimpahan fitoplankton. Sastranegara 1994, menyatakan bahwa ada hubungan yang nyata antara Chaetoceros densum dengan
NH
3
-N di hutan bakau Segara Anakan, Cilacap, dimana kadar NH
3
-N optimum sebesar 0,002 ppm diperlukan oleh Chaetoceros densum.
34
4.1.3. Faktor Biologi 4.1.3.1. Kelimpahan Fitoplankton