16 itu pemikiran sistem lunak dihasilkan dan dijalankan dengan melibatkan sudut
pandang dan maksud orang-orang. Menurut Sinn 1998 keragaman metodologi dalam ilmu sistem sebetulnya
tidak saling berkompetisi, namun menempati relung kontekstual yang berbeda. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1, sistem metodologi-metodologi sistem
adalah berupa matriks 2 x 3 yang menggambarkan konteks masalah yang dibentuk oleh dimensi kompleksitas teknis dan keragaman sudut pandang
partisipan. Metode-metode pemecahan masalah dikategorikan ke dalam enam sel. Misalnya, Metodologi Sistem Lunak adalah paling cocok untuk menangani
masalah pada sistem kompleks dimana situasi masalah melibatkan banyak pihak. Sementara, apabila situasi masalah dianggap kompleks namun tidak
melibatkan interaksi manusia maka Teori Sistem Umum layak digunakan. Tabel 1 Tipologi metodologi pemecahan masalah berbasis sistem menurut Flood
dan Jackson 1991
Kompleksitas sistem
Keragaman perspektif diantara partisipan potensial
Seragam Jamak
Saling memaksakan Sederhana
Riset operasi Analisis sistem
Perekayasaan sistem Dinamika sistem
Desain sistem sosial Pengujian dan
Penyingkapan Asumsi strategis
Sistem kritis Heuristik
Kompleks
Model sistem aktif Teori sistem umum
Sistem sosioteknis Teori kontingensi
Perencanaan interaktif
Metodologi sistem lunak
?
Sumber : dalam Sinn 1998
Interaksi manusia dengan manusia jika memiliki sasaran yang sama akan membentuk sistem aktivitas manusia Human Activity System. Aktivitas manusia
yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam yang terbatas seringkali menciptakan situasi masalah yang kompleks. Pada saat keragaman
perspektif manusia dan kompleksitas situasi masalah menempati ruang yang sama maka Metodologi Sistem Lunak merupakan pilihan pendekatan analisis
berbasis sistem yang kini diakui dan digunakan secara luas.
2.3.2. Metodologi Sistem Lunak MSL
Metodologi Sistem Lunak dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Peter Checkland dan rekan-rekannya dari Universitas Lancaster. Pendekatan MSL
17 muncul sebagai hasil ―pergerakan sistem‖ yang dipandang oleh Checkland
sebagai usaha untuk memberi pendekatan yang holistik terhadap masalah, dimana
secara tradisional
pendekatan reduksionis
gagal untuk
menyelesaikannya. MSL dikembangkan dari program riset aksi yang bertujuan untuk mencari
cara mengatasi masalah dunia nyata yang tidak terstruktur. Riset aksi atau penelitian partisipatif adalah proses dimana anggota kelompok atau masyarakat
melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis informasi, dan melakukan tindakan atas masalah tersebut dengan maksud untuk menemukan
solusi dan mendukung transformasi sosial dan politik Selener 1997. Proses seperti tersebut akan mampu mengatasi kendala bounded rationality yang
dihadapi para pengelola ketika berhadapan masalah yang tidak terstruktur. Sebuah masalah yang tidak terstruktur atau situasi masalah kompleks adalah
situasi dimana orang-orang merasa dapat memperbaikinya, tetapi mereka tidak tahu apa masalah sebenarnya Checkland, 2000 dalam Holst dan Nidhall 2001.
Masalah yang tidak terstruktur dan sukar untuk didefinisikan dianalisis melalui metode kualitatif, yaitu dengan memodelkan perspektif para pihak, tanpa
mereka harus mencapai konsensus terhadap perbedaan pandangan tersebut. Semua asumsi yang mendasari pandangan orang-orang harus disampaikan
secara eksplisit agar analisis ini berguna. Asumsi-asumsi tersebut merupakan ―cara pandang‖ Dalam bahasa Jerman: Weltanschauung yang seringkali
diabaikan. Pendekatan holistik yang disokong oleh MSL berusaha untuk mendorong pencarian skenario masa depan melalui penyesuaian antara ―sistem
baru‖ dengan kebutuhan aktual. Checkland 1999 menegaskan tentang analisis sistem dalam MSL sebagai berikut:
So this takes the view that conflict deriving from different world views is endemic in human affair but these systems ideas based on the
concept of a purposeful activity system as a device for structuring debate, can lead you into learning process for finding the
accomodations which enable action to be taken to improve things. And that is the fundamental nature of the learning cycle which is SSM
Inti Metodologi Sistem Lunak adalah membangun model dari sistem-sistem yang berkaitan dengan situasi masalah. Model-model ini digunakan sebagai
18 media diskusi guna membawa perubahan situasi aktual. Proses diskusi
membolehkan partisipan untuk berdebat dan saling bertanya sedemikian rupa sehingga keragaman perspektif dapat terungkapkan. Metodologi Sistem Lunak
dilaksanakan secara klasik melalui 7 tujuh tahap, sebagai suatu proses Checkland 1981 dalam berbagai referensi yang relevan.
Tahap 1 Memahami situasi masalah dalam kerangka pikir faktual dan aktual
Ini adalah langkah untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan sejarah, budaya, struktur sosial, jenis dan jumlah para pihak,
pandangan dan asumsi para pihak. Tujuan tahap ini bukan untuk mendefinisikan masalah, tetapi untuk memperoleh sejumlah pemikiran yang sedang
berkembang, sehingga rentang pilihan-pilihan keputusan yang mungkin menjadi terbuka.
Tahap 2 Mengekspresikan situasi masalah
Hasil tahap sebelumnya digunakan untuk membangun gambar situasi rich picture masalah yang sedang diperiksa. Gambar ini harus dapat melukiskan
proses aktivitas dari setiap institusi yang terlibat dalam situasi masalah. Relasi antara aktivitas dan institusi seyogyanya mengilustrasikan masalah, peran-peran,
dan elemen lingkungan yang mudah dipahami. Ini adalah basis bagi diskusi lebih lanjut.
Tahap 3 Mendefinisikan akar sistem yang berkaitan dalam situasi masalah
Sistem aktivitas manusia diekspresikan dalam definisi akar, dalam bentuk kalimat kalimat terstruktur yang menyatakan tujuan mendasar setiap sistem
yang muncul dari perbedaan persepsi partisipan. Pada tahap ini kita meninggalkan situasi masalah sebenarnya. Ini merupakan proses yang paling
sulit. Definisi akar dari sistem sebaiknya dikonstruksi menggunakan mnemonic
CATWOE. C = costumer
: Siapa yang mendapat manfaat dari aktivitas bertujuan? A = actor
: Siapa yang melaksanakan aktivitas-aktivitas? T = tranformation
: Apa yang harus berubah agar input menjadi output W = World-view
: Cara pandang seperti apa yang membuat sistem berarti O = owner
: Siapa yang dapat menghentikan aktivitas-aktivitas E = environment
: Hambatan apa yang ada dalam lingkungan sistem
19 Inti dari definisi akar sistem ini adalah proses transformasi, yang mengubah
input menjadi output. Input-output sebaiknya menggunakan kata benda, bukan kata kerja. Sehingga perubahan akan diisi oleh aktivitas-aktivitas untuk
mengubah keadaan ―kebendaan‖ tersebut. Definisi akar ini semestinya merefleksikan keragaman cara pandang partisipan. Ide-ide aktivitas untuk
memperbaiki keadaan bersifat akomodatif. Jadi, meskipun satu pihak tidak sepakat dengan sistem yang diinginkan pihak lain tapi dia dimungkinkan untuk
menuangkan ide aktivitas sistem itu berdasarkan perspektif dirinya.
Tahap 4 Mengkonstruksi model-model konseptual
Setiap definisi akar yang dihasilkan dalam tahap 3 akan diwujudkan dalam model konseptual dalam tahap 4. Model konseptual secara sederhana
merupakan suatu kumpulan aktivitas yang terstruktur secara logis dalam sebuah sistem gagasan yang telah dibatasi oleh definisi akar. Model konseptual tidak
bermaksud menggambarkan situasi masalah, namun merupakan sebuah upaya untuk memahami aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan guna mencapai suatu
perubahan. Selain itu, model konseptual juga bermaksud merancang sebuah sistem yang merepresentasikan perspektif para pihak tentang sistem yang
diinginkan dalam aktivitas interaksi mereka. Tahap ini membantu partisipan untuk berdiskusi mengenai langkah apa yang dapat diambil dalam situasi masalah
sebenarnya. Model konseptual merupakan penyajian definisi akar sistem, dengan
memakai kata kerja verb sebagai bahasa pemodelan agar model merepresentasikan apa yang sistem harus lakukan, sebagaimana telah
terdefinisi dalam tahap sebelumnya. Model konseptual tidak melukiskan kejadian di dunia nyata fakta, namun berupa struktur beragam aktivitas untuk mencapai
transformasi yang dimodelkan dalam sekuen saling bergantung secara logis. Jadi, dalam sebuah model, sebuah panah dari aktivitas x ke aktivitas y
menunjukkan bahwa y tergantung kepada x. Tahap 5 Membanding model konseptual dengan situasi masalah
Model konseptual yang dirancang dalam tahap 4 menyediakan struktur untuk terjadinya perdebatan mengenai situasi masalah. Ini menyisakan sejumlah
pertanyaan. Ini juga menandai perbedaan antara situasi aktual dengan realitas yang dirasakan. Pembahasan mengenai model memberi kesempatan bagi
20 partisipan untuk memikirkan kembali asumsi-asumsi mereka. Ini membolehkan
mereka membahas perubahan yang dapat memperbaiki situasi masalah. Checkland menggambarkan perbandingan ini sebagai sebuah konfrontasi
antara ―apakah‖ dan ―bagaimana‖. Model sistem yang dihasilkan tahap 4 adalah deskripsi abstrak dan gambaran beragam aktivitas yang secara logis mesti
ditunjukkan dalam sistem apakah, sementara aktivitas dalam dunia nyata selalu menunjuk satu cara untuk melakukan sesuatu bagaimana. ―Bagaimana‖
biasanya disampaikan lebih implisit, dibanding ―apakah‖. Tujuan model-model tersebut adalah untuk mempertanyakan apakah beragam aktivitas dalam model
dalam diwujudkan dalam dunia nyata, bagaimana kinerjanya selama ini, atau cara alternatif apakah yang bisa diambil guna mewujudkan aktivitas tersebut.
Tahap 6 Menetapkan perubahan yang layak dan diinginkan
Tujuan langkah ini untuk mengidentifikasi dan mencari perubahan yang diinginkan secara sistemik dan layak menurut budaya. Perubahan ini dapat saja
terjadi dalam hal struktur, prosedur, atau sikap orang-orang. Struktur disini menyangkut organisasi kelompok pihak, atau struktur tanggungjawab fungsional.
Perubahan prosedur meliputi semua aktivitas yang dilakukan organisasi, seperti tindakan-tindakan operasional. Perubahan sikap mengacu kepada perubahan
dalam cara pandang mengenai sasaran dalam situasi masalah sehingga orang- orang akan memahami bagaimana seharusnya berperilaku dalam hubungan
antarmereka.
Tahap 7. Membuat perubahan untuk memperbaiki keadaan
Ini merupakan langkah implementasi. Siapa yang akan melaksanakan? Bentuk tindakan apa yang diambil? Dimana? Kapan? adalah penting dalam
tahap ini. Perubahan sikap dan perilaku sebaiknya dipertimbangkan sebagai dimensi untuk menggerakkan sistem baru. Perubahan yang menggoyakan
perubahan sebaiknya dihindari. Tahap ini membutuhkan komitmen dan tanggungjawab aktor
–aktor untuk mewujudkan rencana aksi. Metodologi Sistem Lunak merupakan proses berlanjut, namun menurut
Checkland 1981 dalam Simonsen 1994 tidak seharusnya pendekatan ini diperlakukan sebagai teknik atau metode, tetapi sebagai sebuah metodologi.
Karenanya, tahapan-tahapan ini tidak bersifat kaku sebagaimana metode, tetapi dapat disesuaikan dengan situasi khusus tertentu.
21
2.3.3. Beragam pengunaan Metodologi Sistem Lunak