Mengelola Konflik Memahami Konflik 1. Definisi, Penyebab dan Jenisnya

6 berbedai, sedangkan konflik horisontal terjadi antara masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya. Fisher 2000 menyebutkan bahwa konflik berubah setiap saat, melalui hubungan berbagai tahap aktivitas, intensitas, ketegangan dan kekerasan yang berbeda. Tahap-tahap ini penting sekali diketahui dan digunakan bersama alat bantu lain untuk menganalisis berbagai dinamika dan kejadian yang berkaitan dengan masing-masing tahap konflik, yaitu: 1. Prakonflik, ini merupakan periode dimana terdapat suatu ketidaksesuaian sasaran antara dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. 2. Konfrontasi, pada tahap ini konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya. 3. Krisis, ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan atau kekerasan terjadi paling hebat. Pernyataan umum cenderung menuduh dan menentang pihak lainnya. 4. Pasca konflik, akhirnya situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah ke lebih normal di antara kedua pihak.

2.1.2. Mengelola Konflik

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa konflik adalah sesuatu yang harus dihindari; bahwa konflik menandakan adanya kesalahan fungsi dalam kelompok. Pandangan tersebut disebut Robbins 2006 sebagai pandangan tradisional. Masih menurut Robbins, terdapat pandangan yang mengemukakan bahwa konflik adalah hasil yang wajar dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok dan bahwa itu tidak perlu dianggap buruk, melainkan sebaliknya berpotensi menjadi kekuatan positif dalam menetapkan kinerja kelompok. Pandangan ini disebut sebagai pandangan hubungan manusia. Perspektif ketiga, dan paling baru, mengemukakan bahwa konflik tidak hanya dapat menjadi kekuatan positif dalam kelompok tetapi juga mutlak diperlukan agar kelompok dapat berkinerja secara efektif. Aliran ketiga ini dinamakan pandangan interaksionis. Berbeda dengan pandangan tradisional, pandangan interaksionis menganggap tidak semua konflik itu buruk Robbins 2006. Konflik bila dihadapi secara bijaksana dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dan sistem yang ada Pickering 2001, serta dapat menghasilkan kesepakatan- 7 kesepakatan inovatif Daniels dan Walkers 1997. Di Uganda, konflik merupakan insentif bagi adopsi beragam teknologi pengelolaan sumberdaya alam oleh masyarakat dan mendorong terjadinya perubahan sosial Sanginga et al. 2006. Pandangan interaksionis tidak berpendapat bahwa semua konflik adalah baik Robbins 2006. Mereka menyatakan bahwa beberapa konflik mendukung sasaran kelompok dan memperbaiki kinerjanya; inilah ragam konflik fungsional yaitu bentuk konflik yang konstruktif. Di samping itu, ada konflik yang merintangi kinerja kelompok; ini adalah ragam konflik yang disfungsional atau destruktif. Konflik yang fungsional dapat tercipta apabila para pihak yang bertentangan dapat menghargai perbedaan pendapat Robbins 2006. Konflik bila dihadapi secara bijaksana dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dan juga bagi sistem yang ada Pickering 2001, misalnya mampu meningkatkan motivasi, identifikasi masalah meningkat, ikatan kelompok menguat, penyesuaian diri pada kenyataan, pengetahuan meningkat, kreativitas meningkat, membantu upaya mencapai tujuan, mendorong pertumbuhan. Semua manfaat ini tidak akan terwujud, jika konflik dibiarkan saja atau dicoba diatasi dengan cara-cara yang tidak tepat; karena konflik akan menjadi disfungsional. Penyelesaian konflik terbaik adalah pada saat konflik itu hanya melibatkan segmen kelompok yang paling kecil Hendricks 2004. Terdapat lima pendekatan pada manajemen konflik yang telah umum diterima Gambar 1 Pickering 2001; Hendricks 2004. Tidak ada satupun pendekatan yang efektif untuk semua situasi. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kemampuan menggunakan setiap gaya sesuai dengan situasi. Tinggi Kerelaan Kolaborasi membantu Peduli orang lain Menghindari Mendominasi Mementingkan diri sendiri Tinggi Gambar 1 Lima Gaya Manajemen Konflik Pickering 2001; Hendricks 2004 Kompromi 8 Kolaborasi Kerjasama adalah gaya menangani konflik sama-sama menang. Orang yang memilih gaya ini mencoba mengadakan pertukaran informasi. Ada keinginan untuk melihat sedalam mungkin semua perbedaan yang ada dan mencari pemecahan yang disepakati semua pihak. Gaya ini erat kaitannya dengan metode memecahkan persoalan dan paling efektif untuk persoalan yang kompleks Pickering 2001; Hendricks 2004. Gaya penyelesaian konflik dengan kerelaan untuk membantu obliging menempatkan nilai yang tinggi untuk orang lain sementara dirinya sendiri dinilai rendah. Strategi rela membantu berperan dalam menyempitkan perbedaan antarkelompok dan mendorong mereka untuk mencari kesamaan dasar. Gaya penyelesaian konflik dengan mendominasi meremehkan kepentingan orang lain. Gaya ini adalah strategi yang efektif bila suatu keputusan yang cepat dibutuhkan atau jika persoalan tersebut kurang penting. Gaya mendominasi sangat membantu jika kurang pengetahuan atau keahlian tentang isu yang menjadi konflik. Strategi ini paling baik dipakai bila dalam keadaan terpaksa. Gaya penyelesaian konflik dengan menghindar avoiding tidak menempatkan suatu nilai pada diri sendiri atau orang lain. Bila suatu isu tidak penting, tindakan menangguhkan dibolehkan untuk mendinginkan konflik. Inilah penggunaan gaya penyelesaian konflik menghindar yang paling efektif. Gaya ini juga efektif bila waktu memang dibutuhkan. Gaya penyelesaian konflik dengan kompromi compromising adalah orientasi jalan tengah. Dalam kompromi, setiap orang memiliki sesuatu untuk diberikan dan menerima sesuatu. Kompromi akan menjadi salah bila salah satu sisi salah. Kompromi adalah efektif sebagai alat bila isu itu kompleks atau bila ada keseimbangan kekuatan. Kompromi dapat menjadi pilihan bila metode lain gagal dan dua kelompok mencari penyelesaian jalan tengah.

2.1.3. Contoh Kasus: Konflik Kehutanan di Indonesia