26 Fernández 2004; Martin dan Borges 2007 untuk memasuki situasi sistem sosial
kompleks. Peneliti menyebut tahapan awal ini sebagai pra-observasi.
3.2.1. Pra-observasi tahap 1a
Tahap ini berkaitan dengan upaya untuk mendorong para pihak bersedia bertemu dalam satu forum agar dialog tatap muka dapat dimulai. Menetapkan
masalah mensyaratkan identifikasi para pihak dan saling menyadari atas isu-isu bersama. Wawancara kelompok focus group interviews-FGIs Brits dan Plessis
2007; Mikkelsen 2005 yang dilakukan pada setiap kelompok para pihak merupakan alat utama dalam tahap ini.
Para pihak stakeholders didefinisikan oleh Freeman 1984 dalam Ramirez 1999; Elias dan Cavana tt sebagai setiap kelompok atau individu yang dapat
memengaruhi atau dipengaruhi pencapaian tujuan bersama. Namun, menurut Ramirez 1999, dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, definisi Rolling
dan Wagemakers 1998 lebih mengena, yakni kelompok atau individu yang menggunakan dan mengelola sumberdaya alam. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini para pihak utama adalah mereka yang berasal dari Balai Penelitian Kehutanan Palembang pengelola, Desa Benakat Minyak pemanfaat, dan
Desa Semangus pemanfaat. Wawancara kelompok fokus dilakukan pada tanggal 30 Juli 2007 terhadap
pihak Balai Penelitian kehutanan Palembang dihadiri 26 orang peserta, tanggal 2 Agustus 2007 terhadap pemanfaat lahan Blok Agroforestri dari Desa Benakat
Minyak dihadiri 19 orang peserta, dan tanggal 4 Agustus 2007 terhadap masyarakat Desa Semangus dihadiri 25 orang peserta. Masing-masing
kelompok diajukan pertanyaan yang sama, yaitu : 1 Apa yang anda cita-citakan, harapkan, impikan, atau inginkan dari kawasan Blok Agroforestri; 2 Apa yang
dapat menjadi penghambat pencapaian cita-cita, impian dan keinginan anda itu. Wawancara kelompok fokus dijalankan melalui strategi fasilitasi minimal
dimana peneliti bertindak sebagai fasilitator pertemuan agar masing-masing kelompok dapat merumuskan jawaban kelompoknya atas pertanyaan yang
diajukan, namun fasilitator tidak terlibat dalam proses menemukan jawaban tersebut. Selain itu, setiap kelompok diminta untuk memilih individu-individu
sebagai wakil kelompoknya dalam proses pelaksanaan penelitian lanjutan. Peneliti membantu
cara pemilihan wakil kelompok berdasarkan kriteria ―who really counts
‖ yang dikembangkan oleh Mitchell et al. 1997 dalam Magness 2007, yaitu kekuatan power, kepentingan urgency, dan keabsahan
27 legitimacy. Kekuatan mengacu kepada kemampuan dalam mengontrol
sumberdaya. Kepentingan berarti terdapat ―sesuatu‖ yang harus menjadi perhatian. Keabsahan merujuk kepada perilaku yang secara sosial diterima dan
diharapkan. Individu yang terpilih diharapkan paling tidak memiliki 2 dari 3 kriteria tersebut. Berdasarkan kerangka identifikasi
“who really counts” ini pula masing- masing kelompok menunjuk pihak lain di luar para pihak utama sebagai para
pihak sekunder. Individu yang terpilih disebut sebagai aktor who own the problems. Mereka adalah subjek utama dalam proses penelitian aksi ini.
Penetapan masalah dilengkapi dengan pengumpulan informasi mengenai sejarah dan situasi terkini pemanfaatan areal Blok Agroforestri, melalui
pengumpulan data sekunder, wawancara rumah tangga dan observasi lapangan partisipatif. Kegiatan wawancara rumah tangga dibantu aktor-aktor lokal guna
memudahkan penentuan responden dan proses wawancara. Pra-observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan cara tinggal di Desa Benakat Minyak dan
Semangus selama beberapa waktu.
3.2.2. Observasi, refleksi, perencanaan, aksi Tahap 1 s.d. 7 dalam MSL