Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional

Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel 1979 dalam Effendi 2004, menggambarkan remitan masuk in remittances adalah barang, uang, dan ide yang dikirim atau dibawa migran ke daerah asalnya. Ditambahkan oleh Mantra 1995 dalam Wulan 2010 menjelaskan bahwa selain remitansi berupa uang dan barang yang bernilai ekonomis, remitansi dapat juga berupa gagasan atau ide-ide, pengetahuan, pengalaman baru yang diperoleh selama bekerja di kota. Berkaitan dengan hal tersebut, jika melihat bentuk remitan yang di Desa Pusakajaya, remitan tersebut masih dalam bentuk materi ekonomi. Hal ini terjadi karena remitansi tersebut merupakan sumber penghidupan atau penghasilan utama bagi keluarga pekerja migran. Remitan tersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi buruh migran yang perekonomiannya sangat sulit, bekerja menjadi fokus utama untuk membantu keluarga, ditambah lagi jika ia bekerja di negara Timur Tengah. Mereka harus menghabiskan waktu hampir seharian penuh untuk bekerja. Mereka juga tidak diberikan akses penuh untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Berikut penuturan salah seorang responden: “…Bekerja di negara Timur Tengah itu sangat melelahkan karena jumlah anggota keluarga yang sangat banyak dan rumah yang sangat luas. Bahkan terkadang kita tidak hanya bekerja di satu rumah saja. Terkadang dalam satu apartemen itu di atasnya juga keluarganya. Bukan tidak mungkin kita juga akan disuruh-suruh ikut membantu. Apalagi kalau bulan puasa Ramadhan, kita hampir tidak ada waktu untuk tidur. Malam harus menyiapkan makanan dan sebagainya. Kadang bekerja dalam keadaan mengantuk sekali. Kita juga tidak boleh berinteraksi dengan tetangga sekitar. Hanya sekedar mengobrol dengan pembantu di rumah lainpun tidak boleh...” MN, 31 tahun. Sebanyak 60,6 persen responden mengirimkan upahnya secara rutin dan sebanyak 39,4 persen responden mengirimkan upahnya ketika diminta saja Gambar 7. Gambar 7 Pengiriman Remitan Kepada Keluarga Migran di Desa Pusakajaya Berdasarkan Kerutinan Tahun 2011 Pengiriman remitan dalam 1 masa kontrak lebih banyak migran yang mengirimkan remitansi ke desa sebanyak 2-8 kali. Pada beberapa bulan pertama awal kontrak, sulit bagi mereka mengirimkan uang karena upah tersebut habis untuk potongan. Setiap kali kiriman, jumlah yang dikirimkan sangat bervariatif. Jumlah yang umum meraka kirimkan lewat bank setiap kali pengiriman adalah antara Rp 1.000.000-Rp 8.000.000. Hal ini karena ada migran yang langsung mengirimkan upahnya dalam 3-4 bulan kerja, tetapi ada juga yang menyimpannya terlebih dahulu 1-2 tahun. Pola pengiriman remitan yang dilakukan migran ini akan berpengaruh terhadap pemanfaatan remitan di daerah asal. Bagi TKW yang mengirimkan remitannya rutin setiap 3-4 bulan sekali, biasanya remitan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan investasi pendidikan. Hal ini berarti keluarga TKW memanfaatkan remitan sebagai sumber penghidupan utama keluarganya. Ada pula TKW yang mengirimkan remitan hanya ketika diminta oleh keluarganya, biasanya penggunanaannya bervariasi seperti untuk kredit motor, perbaikan rumah dan biaya kesehatan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa TKW yang menyimpan uangnya dulu baru ketika diminta oleh keluarga mengirimkan remitan juga ikut membantu keluarganya dalam hal konsumsi. Tingkat remitan Tenaga Kerja Wanita TKW dihitung dari besar kecilnya uang yang dikirimkan ke keluarga dari hasil upah TKW selama bekerja di luar negeri. Dikategorikan menjadi tiga yaitu; 1 Rendah, jika upah yang dikirimkan 0 – 25 persen dari upah menjadi TKW, 2 Sedang, jika upah yang dikirimkan 26 – 50 persen dari upah menjadi TKW, dan 3 Tinggi, jika upah yang dikirimkan 51 Rutin 61 Tidak Rutin 39 Rutin Tidak Rutin – 75 persen dari upah menjadi TKW. Penggolongan ini didasarkan penemuan di lapangan dan tidak ditemukannya migran yang mengirimkan upahnya lebih dari 75 persen. Berdasarkan penggolongan tersebut dapat dilihat variasi pengiriman remitan oleh migran dan digambarkan pada Tabel 14. Tabel 14 Tabel Pengiriman Remitan Berdasarkan Tingkat Remitan, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Tingkat Remitan Jumlah Persentase Rendah 0 – 25 7 21,2 Sedang 26 – 50 6 18,2 Tinggi 51 – 75 20 60,6 Total 33 100,0 Tabel 14 menggambarkan sebanyak 21,2 persen responden mengirim remitan sebanyak 0-25 persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran. Kemudian sebanyak 18,2 persen responden mengirim remitan sebanyak 26-50 persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran, dan sebanyak 60,6 persen responden mengirim remitan dengan jumlah yang besar atau sebanyak 51-75 persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran. Banyaknya respondenburuh migran yang mengirimkan upah 51-75 persen tinggi dari upah yang ia terima selama bekerja menjadi buruh migran, hal ini dikarenakan migran tersebut merupakan tulang punggung keluarganya yang mempunyai beban tanggungan di desanya. Hal lain yang ikut mempengaruhi pengiriman remitan tersebut yaitu permintaan khusus dari keluarganya di daerah asal. Seperti biaya untuk membangun rumah, biaya perawatan orang tua yang sakit, atau gadai sawah. Lain halnya dengan migran yang mengirimkan remitan sebesar 0-25 persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran. Mereka mempunyai alasan tersendiri tidak mengirimkan remitan dalam jumlah besar ke daerah asalnya. Mereka lebih memilih menabung sendiri atau menyimpan sendiri hasil upahnya baru kemudian setelah habis masa kontrak, pulang membawa hasil upah tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh buruh migran yang tidak mempunyai beban tanggungan yang besar di daerah asal atau bukan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Hugo 1983 dalam Effendi 2004 menyatakan remitan masuk cendrung semakin besar bila mobilitas pekerja berhubungan dengan strategi rumah tangga untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Hasil remitan yang mereka kirimkan ke daerah asal dialokasikan dalam berbagai bentuk, seperti konsumsi atau investasi. Menurut hasil studi yang dilakukan di Jawa Barat pada tahun 1970-an, pada tahap awal gejala mobilitas pekerja meningkat, sebagian besar remitan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan anak, untuk membeli barang-barang konsumsi lainnya dan perbaikan rumah Hugo 1981. Demikian juga, Jellinek 1978 menemukan remitan masuk pada tahap awal proses mobilitas masih sangat kecil digunakan untuk investasi pada kegiatan produktif. Hal ini sangat wajar karena mobilitas pekerja kebanyakan dilakukan karena tekanan kemiskinan dan kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasar hasil studi lapang di Desa Pusakajaya, penggunaan remitan selain untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi, sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi, baik investasi pendidikan formal maupun investasi ekonomi biaya yang dikeluarkan sebagai modal untuk memperoleh penghasilan kembali. Penggunaan utama remitan di Desa Pusakajaya ini adalah untuk keperluan konsumsi, baik meliputi konsumsi primer sandang, pangan, papan ataupun kebutuhan sekunder kebutuhan non pangan, seperti biaya pernikahan, hajatan, kesehatan, pembayaran hutang, dan lain-lain. Jika kebutuhan utama tersebut telah terpenuhi, mereka akan mulai berinvestasi yaitu dengan membeli emas, tanah, sawah, atau ternak. Investasi lainnya yang menjadi penting bagi migran adalah investasi pendidikan. Migran mengungkapkan bahwa alasan lain mereka menjadi TKW selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah mencari biaya untuk pendidikan anak-anaknya. Pengalokasian remitan yang dilakukan responden di Desa Pusakajaya tersebut membentuk beberapa cara pemanfaatan remitan. Tabel 15 menggambarkan 7 cara pemanfaatan remitan oleh keluarga migran. Tabel 15 Tabel Pemanfaatan Remitan di Rumah Tangga Migran, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Kode Cara Pemanfaatan Remitan Jumlah Persentase 1 Konsumsi 4 12,1 4 Konsumsi, produksi, investasi pendidikan, investasi ekonomi 4 12,1 6 Konsumsi, produksi, investasi ekonomi 2 6,1 9 Konsumsi, investasi pendidikan 9 27,3 10 Konsumsi, investasi pendidikan, investasi ekonomi 11 33,3 13 Konsumsi, investasi ekonomi 2 6,1 24 Investasi pendidikan 1 3,0 Total 33 100,0 Berdasarkan hasil penelitian di Desa Pusakajaya, sebanyak 33,3 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, investasi pendidikan, dan investasi ekonomi. Sebanyak 27,3 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan investasi pendidikan, sebanyak 12,1 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, sebanyak 12,1 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, produksi, investasi pendidikan, dan invesatsi ekonomi. Sebanyak 3,0 persen responden memanfaatkan remitan hanya untuk investasi pendidikan, hal ini dikarenakan kurangnya kepercayaan responden pada suaminya, sehingga ia menitipkan hasil upahnya pada saudaranya dan dipergunakan hanya untuk biaya pendidikan anaknya. Investasi pendidikan yang diberikan responden pada anaknya ialah pendidikan formal, sedangkan investasi ekonomi yang dilakukan responden yaitu seperti membeli tanahpekarangan, ternak, sawah, atau untuk memperluas dan membuka usaha. Responden yang memanfaatkan hasil upahnya untuk kebutuhan konsumsi saja sebanyak 12,1 persen. Hal ini dikarenakan responden tersebut merupakan tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama dalam keluarganya. Pemanfaatan remitan untuk kebutuhan konsumsi primer seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan seperti membeli atau memperbaiki rumah, sedangkan untuk kebutuhan konsumsi sekunder seperti pemenuhan kebutuhan non pangan yaitu biaya pernikahan, hajatan, kesehatan, pembayaran hutang, dan lain- lain. Responden yang memanfaatkan hasil upahnya tidak untuk investasi pendidikan, hal ini dikarenakan mereka memang tidak memiliki tanggungan biaya pendidikan untuk keluarga atau anaknya. Effendi 2004 mengungkapkan bahwa mobilitas pekerja dan remitan kurang mempunyai dampak pada pembangunan di daerah asal, karena banyaknya remitan masuk digunakan untuk konsumsi. Sesuai dengan sumbangan remitan migran pada daerah asal Desa Pusakajaya, seperti sumbangan untuk pembangunan sarana umum yang merupakan investasi sosial di Desa Pusakajaya, mungkin secara fisik dampak pada pembangunan desa kurang dapat dirasakan, tetapi perubahan sosial, seperti meningkatnya pendidikan keluarga migran, munculnya peluang kerja baru, dan gaya hidup menuju kehidupan yang lebih baik menjadi dampak adanya remitan.

6.2 Tingkat Remitan Berdasarkan Karakteristik Responden