Metode dan Teknik Pembelajaran

yakni metode dan teknik pembelajaran, format pendidikan, serta sarana penunjang.

1. Metode dan Teknik Pembelajaran

Imam Ibn Abdil Barr telah menggambarkan proses pembelajaran melalui sebuah riwayat: انرباخأ دبع ثراولا نب نايفس ، ان مساق نب غبصأ ، ان دمحأ نب ريهز لاق : تعمققس ديعققس نققب دققيزي لوقققي : تعمققس يققلع نققب نققسحلا نققب قيقققش لوقي : تعمققس نققبا ْكراققبملا لوقققي : لوأ مققلعلا ةينلا مث عامتسلا مث مهفلا مث ظفحلا مققث لققمعلا مث رشنلا Abdul Warits ibn Sufyan telah mengabarkan kepada kami, Qasim ibn Ashbagh telah memberi berita kepada kami, Ahmad ibn Zahir telah memberi berita kepada kami, saya mendengar Sa’id ibn Yazid berkata, Saya mendengar Ali ibn al-Hasan ibn Syaqiq berkata, saya mendengar Ibn al- Mubarak berkata: Awalnya ilmu adalah niat, kemudian mendengar, kemudian paham, kemudian hafal, kemudian berkaryaberamal, kemudian penyebaran. 49 Adapun secara terperinci beliau menyampaikan riwayat-riwayat lain yang berkaitan dengan metode dan teknik pembelajaran. Diantara hal-hal yang disebutkan beliau ialah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, mengajar disertai prinsip memudahkan dan kasih sayang, melaksanakan pembelajaran dalam rangka pembentukan kepribadian sehingga meniscayakan keteladanan, menyampaikan sesuai kadar pemahaman peserta didiknya, menekankan pentingnya pengamalanpembelajaran yang bersifat praktis, tidak segan untuk pengulangan materi, dan menghindari sikap ujub dan mengedepankan sikap tawadhu, memfasilitasi peserta didik yang lebih muda untuk mendemontrasikan kegiatan berfatwa dihadapan yang lebih tua, membiasakan peserta didik agar memiliki adab yang baik terhadap orang-orang berilmu semisal penghormatan dan tidak berdebat untuk sekedar menentang. Beliau membahasnya dalam beberapa bab, yaitu Manâzil al-‘Ulamâ`, Tharh al-‘Âlim al-Mas`alah ‘ala al-Muta’allim, 49 Imam Ibn ‘Abdil Barr, Jâmi’ Bayân al-‘Ilm wa Fadhlih, juz II hlm. 82 al- Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. Fatwa ash-Shaghîr baina yadai al-Kabîr bi Idznih, Jâmi’ li Nasyr al-‘Ilm, dan Jâmi’ fi Âdâb al-‘Âlim wa al-Muta’allim. 50 Sedangkan Imam al-Khathib al-Baghdadi menyampaikan beberapa panduan, yakni memperhatikan kondisi fisik dan psikologis, menentukan skala prioritas dalam melayani peserta didik yang lebih dulu hadir-lebih tua-lebih cerdas, menghidupkan suasana ruhiyyah semisal memulai proses belajar-mengajar dengan basmalah, hamdalah dan doa, menyampaikan penjelasan dengan sederhana-tidak bertele-tele, menggunakan teknik perbandingan dan perincian contoh jika dibutuhkan, mengulang-ulang materi, menyertai pembahasan ilmufiqih dengan tilawah al-Qur`an, mendorong agar peserta didik melakukan murâja’ah diantara sesamanya, termasuk disertai menghapal dan menulisnya, memotivasi peserta didik agar melakukan mudzâkarah mengingat kembali terutama saat malam “waktu tahajud”. 51 Imam an-Nawawi telah menghimpun metodologi pembelajaran secara ringkas dalam pendahuluan al-Majmû’ Syarh al-Muhadzdzab. 52 Setidaknya deskripsi beliau dapat dibagi menjadi 3 kategori: 1 Pola pelayanan guru, yaitu: a Menanamkan kepada para pelajar tentang adab dan akhlak yang berlandaskan kepada as-Sunnah b Menaruh perhatian dalam mengajari peserta didik, sehingga membentuk kedekatan secara personal c Bersungguh-sungguh dalam memahamkan dan menunjukan hidayah kepada para peserta didik sesuai kadar kemampuan dan potensi mereka d Bersikap jujur dalam keilmuan, sehingga jika saat ditanya peserta didik dan kebetulan tidak tahu jawabannya, maka hendaknya menjawab “tidak tahu” e Proporsional dalam menilai, sehingga selayaknya untuk memuji yang bagus dan bersikap keras jika memang diperlukan bagi yang layak dikenai sanksi f Tidak segan untuk menguji peserta didik, termasuk dalam bentuk ujian hafalan 2 Pola kemandirian dan inisiatif peserta didik, yaitu: a Peserta didik diuji dengan pertanyaan berbentuk studi kasus sebuah permasalahan tertentu 50 Imam Ibn ‘Abdil Barr, Jâmi’ Bayân al-‘Ilm wa Fadhlih, juz II hlm. 81-193 al- Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. 51 Imam al-Khathib al-Baghdadi, al-Faqîh wa al-Mutafaqqih, juz III hlm. 31-63 al-Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. 52 Imam an-Nawawi, al-Majmû’, juz I hlm. 30-35 al-Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. b Jika peserta didik telah selesai melaksanakan KBM, maka diminta untuk mengulang-ulangnya “ murâja’ah” c Jika ada materi pembelajaran yang sulit dimengerti, peserta didik didorong agar kembali kepada syaikh untuk meminta penjelasan di luar waktu pembelajaran rutin d Hendaknya para peserta didik didorong agar senantiasa menyibukkan diri dengan pembelajaran pada setiap waktu yang memungkinkan e Peserta didik diminta mereka untuk senantiasa mengulang hafalan mereka 3 Mekanisme proses KBM yang bersifat teknis, yaitu: a Dalam hal prioritas, maka didahulukan pembelajaran bagi pesereta didik yang lebih dulu datang, kecuali peserta didik yang lain merelakan kesempatannya b Pendidik hendaknya memilih tempat duduk ditempat yang tepat, yang dapat memberikan kemudahan semua peserta didik yang hadir agar dapat berinteraksi dengannya secara nyaman c Tempat penyelenggaraan pembelajaran termasuk majlis yang luas d Pendidik diharapkan agar menjaga tangan dan matanya dari perbuatan yang tidak perlu e Pendidik memperhatikan suasana fisik dan psikologis peserta didik saat menyampaikan pembelajaran f Penyampaian pembelajaran agar tidak bertele-tele sehingga terjaga dari hal yang membosankan g Pendidik agar menyampaikan materi pengajaran dengan suara yang pas h Proses kegiatan belajar-mengajar harus diatur agar diliputi suasana ruhiyyah i Hendaknya memulai pembelajaran dari yang penting dan sederhana semisal urutannya: dimulai dari tafsir, hadits, ushul, madzhab, khilaf, kemudian terakhir perdebatan j Pendidik menjaga agar tidak ada perilaku yang muncul dari akhlak yang tercela selama pelaksanaan belajar-mengajar Untuk kesekian kalinya, kehidupan ilmiah Imam asy- Syafi’i dapat menjadi rujukan deskriptif-historis, termasuk terkait metodologi pembelajaran, diantaranya: لاق عيبرلا : تعمس يعفاشلا لوقي : تنك اققنأ يققف باتكلا عمسأ ملعملا نقلي يبصلا ةققيلا اققهظفحأف ،انأ دقلو تقنك - نوقبتكيو مقهتمئأ ىلإقف نأ غرقفي ملعملا نم اءلملا مهيلع - دققق تققظفح عققيمج اققم يلمأ Telah berkata ar-Rabi’, Saya mendengar asy-Syafi’i berkata: Saya berada di Kuttab mendengarkan guru sedang men-talqin-kan ayat kepada anak-anak, maka sayapun menghapalnya, Sungguh saat anak-anak lain menulis, maka setelah guru selesai mendiktekan kepada mereka, saya telah telah menghafal semua yang didiktekan. 53 لاق نققبا دققبع مققكحلا : تعمققس يعفاققشلا لوقققي : تأرققق نآرقققلا ىققلع ليعامققسإ نققب ،نيطنطققسق لاقو : تأرق ىلع ،لبش رباخأو لبش هنأ أرق ىلع هللادبع نب ،ريثك أرقو ىلع ،دهاجم رباخأو دققهاجم هنأ أرق ىلع نبا سابع Ibn Abdil Hakam berkata, Saya mendengar asy-Syafi’i berkata: Saya membaca al-Qur`an kepada Isma’il ibn Qusthanthin, dia berkata, Saya membaca kepada Syibl, dan Syibl memberitakan bahwa dia membaca kepada Abdullah ibn Katsir, dan kepada Mujahid, serta Mujahid memberitakan bahwa dia membaca kepada Ibn Abbas. 54 مث ينإ تجراخ نع ةكم تمزلف ل ل يذه يف ةيدابلا ملعتأ اهملك ذاخآو اققهعبط تناققكو حققصفأ برققعلا . لاققق : تققيقبف مققهيف عبققس ةرققشع ،ةنققس لققحرأ مهليحرب لزنأو ،مقهلوزنب اقملف تقعجر ىقلإ ةقكم تلعج دشنأ راعشلا ركذأو بادلا راققباخلاو ماقيأو برعلا Kemudian saya keluar dari Makkah, saya tinggal bersama Bani Hudzail di pedesaan, mempelajari perbincangan mereka dan mengambil kebiasaan mereka. Bani Hudzail saat itu merupakan bangsa Arab yang paling fasih. Asy- Syafi’i berkata, Maka saya tinggal di tengah-tengah mereka selama 17 tahun, berjalan dengan perjalanan mereka dan tinggal dengan tempat tinggal mereka. 53 Imam Yaqut ar-Rumi, Mu’jam al-Udabâ`, juz II hlm. 342 al-Maktabah asy- Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. 54 Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lâm an-Nubalâ`, juz X hlm. 13 al-Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. Ketika saya kembali ke Mekkah, saya mampu menyenandungkan syair, menyebutkan adabsastra, berita, dan hari-hari penting bangsa Arab. 55 مققصلا نققباو يققبأ متاققح : انثدققح عققيبرلا : تعمققس يعفاشلا لوقي : تمدق ىلع ،كلام دقو تظفح أطوملا ،ارهاظ تلقف : ديرأ هعامس Al-Asham dan Ibn Abi Hatim berkata, ar-Rabi’ memberitakan, saya mendengar asy-Syafi’i berkata: Saya menemui Malik, sedangkan saya telah hafal al- Muwaththa` secara zhahir. Maka saya berkata, saya hendak mendengar al-Muwaththa`. 56 املف مدق هيلع أرق هيلع أققطوملا اققظفح هتبجعأققف هتاءارق همزلو لاقو هققل كققلام قققتا هققللا بققنتجاو يققصاعملا هناققف نوكيققس كققل نأققش : يققفو ةققياور ىراخأ هنأ لاق هل نا هللا لجوزع دققق ىقققلا ىققلع كبلق ارون لف هفطت ىصاعملاب Maka saat asy-Syafi’i mendatangi Malik, maka dia membacakan al-Muwaththa` berdasarkan hafalan. Maka Malik merasa kagum atas bacaannya. asy-Syafi’i melazimi Malik, dan Malik berkata kepadanya, Bertakwalah kepada Allah dan jauhilah maksiyat, karena sesungguhnya maksiyat akan menjadi masalah bagimu. Dalam riwayat lain, Malik berkata, Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla sungguh telah memberikan pada hatimu cahaya, maka janganlah engkau memadamkannya dengan maksiyat. 57 Dalam deskripsi-deskripsi tersebut terdapat beberapa mekanisme pembelajaran, yakni syaikh mendiktekan ayat sedangkan pelajar menulis dan menghafalnya; pelajar membacakan dihadapan syaikh yang memiliki sanad bersambung; mendengarkan pembacaan teks dan penjelasan dari syaikh; serta pembelajaran observasi langsung. Berdasarkan penjelasan para ulama pada masa Khilafah Abbasiyyah, maka dapat disimpulkan bahwa memang benar metode pembelajaran Islami bersifat tetap 55 Imam Yaqut ar-Rumi, Mu’jam al-Udabâ`, juz II hlm. 342 al-Maktabah asy- Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. 56 Imam adz-Dzahabi, Siyâr A’lâm an-Nubalâ`, juz X hlm. 14 al-Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. 57 Imam an-Nawawi, al-Majmû’, juz I hlm. 8 al-Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. dan berlaku untuk materi tsaqâfiyyah maupun ‘ilmiyyah, namun dalam pelaksanaannya memiliki beberapa perbedaan sesuai karakteristik pengetahuan yang diajarkan. Metode pembelajaran tsaqâfiyyah bersifat talaqqiyyan fikriyyan penerimaan yang membangkitkan pemikiran, membentuk keyakinan, dan mendorong pengamalan. Pendalaman tentang berpikir dan ruh, wajib diperhatikan, dengan pendefinisian : لقعلا وه لقن عقاولا ىلإ غامدلا ةطساوب ساسحلا تامولعمو ةقباس رسفت اذه عقاولا Akalberpikir adalah proses pemindahan fakta ke dalam otak melalui penginderaan dan pengetahuan sebelumnya yang menginterpretasi fakta tersebut. 58 ْحورلاو وه ْكاردإ ةلصلا هللاب Ruh adalah kesadaran terhadap hubungan dengan Allah. 59 Materi tsaqafah asing dipelajari dalam rangka Dakwah Islam, baik sebagai penjagaan umat, maupun penyampaian kepada kaum kafir. Sedangkan teknik pembelajaran, disesuaikan dengan situasi dan kondisi, dengan syarat tidak bertentangan dengan metode, bukan terkait teknik ‘ilmiyyah, dan memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat. Metode pembelajaran ‘ilmiyyah diarahkan agar terbentuk tingkat atau jenis berpikir mendalam, namun tidak diperkenankan melepaskan suasana ruhiyyah pada proses belajar-mengajar dalam tema penciptaan, khashiyyah karakteristik benda dan potensi hidup, dan pemanfaatan sesuai hukum syara’ “aspek aksiologis”. Hal tersebut sebagaimana telah dijelaskan oleh Hujjah al-Islâm Imam Abu Hamid al-Ghazzali dalam bahasan kategorisasi ilmu 60 . Mengenai tekniknya, wajib memperbanyak suasana berpikir dan pengkaitan dengan fakta, semisal praktek-praktek langsung dan eksperimen laboratorium. Tabel 4 Metodologi Pembelajaran 58 ‘Allâmah asy-Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani, Mafâhim Hizb at-Tahrîr Mu’tamadah Min Mansyurât Hizb at-Tahrîr; hlm. 20. 59 Allâmah asy-Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani, Mafâhim Hizb at-Tahrîr Mu’tamadah Min Mansyurât Hizb at-Tahrîr; hlm. 22. 60 Imam Abu Hamid al-Ghazzali, Ihyâ` ‘Ulûm ad-Dîn, juz I hlm. 31-32 al- Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî. Tsaqafiyy ah Membangkitkan pemikiran Membentuk keyakinan Mendorong pengamalan ‘Ilmiyyah Membentuk tingkat atau jenis berpikir mendalam Tidak melepaskan suasana ruhiyyah pada proses belajar-mengajar dan pemanfaatan ilmu

2. Format Pendidikan