Shabiyy, ash-Shaghîr belum diperlakukan sebagai mukalaf yang telah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap diri dan
perbuatannya. Hanya saja, dalam penanganannya ada perbedaan, bagi pendidikan anak-anak yang belum mencapai
usia 10 tahun, tidak diperkenankan adanya sanksi berupa pukulan dan yang semisalnya, sedangkan jika telah berumur
10 tahun diperbolehkan. Artinya, di masa awal, pendekatan persuasif dan sanksi non-fisik yang diterapkan, sedangkan
pada masa berikutnya, diperkenankan sikap yang lebih keras. Tentu saja, pukulan yang diberikan tidak boleh menimbulkan
bahaya bagi peserta didik. Namun, Imam asy-Syafi’i lebih menyukai pendidikan pra balig agar tidak disertai pukulan.
25
2. Tingkat Pendidikan Balig
Pendidikan tingkat balig merupakan pendidikan bagi peserta didik yang telah dianggap dewasa, karena telah
berstatus mukalaf. Perjalanan intelektual Imam asy-Syafi’i dapat kembali dijadikan gambaran tingkat pendidikan balig
pada masa Khilafah Abbasiyyah. Imam Yaqut ar-Rumi meriwayatkan penuturan Imam asy-Syafi’i:
مث ينإ
تجراخ نع
ةكم تمزلف
ل ل يذه
يف ةيدابلا
ملعتأ اهملك
ذققاخآو اققهعبط
تناققكو حققصفأ
برققعلا لاققق
: تققيقبف
مققهيف عبققس
ةرققشع ،ةنققس
لققحرأ مهليحرب
لزنأو ،مقهلوزنب
اقملف تقعجر
ىقلإ ةقكم
تلعج دشنأ
راعشلا ركذأو
بادلا راققباخلاو
ماقيأو برعلا
Kemudian saya keluar dari Makkah, lalu tinggal bersama Bani Hudzail di pedesaan, mempelajari perbincangan
mereka dan mengambil kebiasaan mereka. Bani Hudzail saat itu merupakan bangsa Arab yang paling fasih. Asy-
Syafi’i berkata, Maka saya tinggal di tengah-tengah mereka selama 17 tahun, berjalan dengan perjalanan
mereka dan tinggal dengan tempat tinggal mereka. Ketika saya kembali ke Mekkah, saya mampu
menyenandungkan syair, menyebutkan adabsastra, berita, dan hari-hari penting bangsa Arab.
26
25
Imam Ibn Qudamah, al-Mughnî, juz XII hlm. 57 al-Maktabah asy-
Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî.
26
Imam Yaqut ar-Rumi, Mu’jam al-Udabâ`, juz II hlm. 342 al-Maktabah asy-
Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî.
Aktivitas ini dilakukan setelah beliau menyelesaikan studi di Kuttab. Kemudian setelah mencapai kepakaran dalam
bahasa dan sastra Arab, beliau disarankan untuk mempelajari secara mendalam fiqih dan hadits, sebagaimana dituturkan
oleh Imam an-Nawawi dalam
al-Majmû’:
نعو ىديمحلا
لاق لاق
يعفاشلا تجراخ
بققلطأ وققحنلا
بدلاو ىنيقلف
ملسم نب
دلااخ يجنزلا
لاقف ىتفاي
نققم نيأ
تنا تلق
نم لهأ
ةكم لاق
نيأ كلزنم
تلق بعش
فيخلاب لاق
نم يأ
ةليبق تنأ
تلق نم
دبع فانم
لاققق خب
خب دقققل
كفرققش هققللا
يققف ايندققلا
ةرققاخلاو لا
تققلعج كمهف
يف اذه
هقفلا ناكف
نسحا كب
Dari al-Humaidi berkata, Telah berkata asy-Syafi’i: Saya keluar untuk mempelajari nahwu dan sastra, lalu Muslim
ibn Khalid az-Zanji menemuiku dan berkata, Wahai pemuda, dari mana asalmu? Saya jawab, dari penduduk
Makkah. Dia berkata, di mana tempat tinggalmu? Saya jawab, lembah di al-Khaif. Dia berkata, dari kabilah mana
engkau? Saya jawab, dari Bani Abdi Manaf. Dia berkata, Bakh
, Bakh, sungguh Allah telah memuliakanmu di dunia dan akhirat. Ketahuilah, engkau jadikan pemahamanmu
dalam fiqih, maka tentu hal tersebut lebih baik bagimu.
27
Dan Imam Yaqut ar-Rumi dalam Mu’jam al-Udabâ`:
امأو هبلط
ملعلل ثدحف
ريبزلا نب
راكب نققع
هققمع بعصم
نب دققبع
هققللا نققب
رققيبزلا :
هققنأ جرققاخ
ىققلإ نققميلا
يقققلف دققمحم
نققب سققيردإ
يعفاققشلا وققهو
ضحتسم يف
بلط رعشلا
وحنلاو بققيرغلاو
لاققق تلقف
هل :
ىلإ مك
؟اذه ول
تبلط ثيدحلا
ه قفلاو ناك
لثمأ كب
Dan adapun aktivitas pencarian ilmunya, maka telah memberitakan az-Zubair ibn Bikar dari pamannya,
Mush’ab ibn Abdillah ibn az-Zubair bahwa dia pergi menuju Yaman maka dia bertemu Muhammad ibn Idris
asy-Syafi’i dan asy-Syafi’i sedang bersungguh-sungguh dalam mempelajari syair, sastra, dan lafad-lafad asing.
Dia berkata, saya berkata padanya, sampai kapan
27
Imam an-Nawawi, al-Majmû’, juz I hlm. 8 al-Maktabah asy-Syâmilah
Ishdâr ats-Tsânî.
pembelajaran ini? Andai engkau mempelajari hadits dan fiqih, tentu lebih baik bagimu.
28
Pencapaian beliau sangat luar biasa, yakni pada umur 15 tahun telah mencapai kemampuan berfatwa, dan
selanjutnya dikenal sebagai muhaddits, pakar fiqih, dan ahli ushul. Demikianlah penuturan oleh para ahli tarikh dan
biografi, semisal dalam
as-Siyar:
ةعامج :
انثدح ،عيبرلا
تعمققس ،يدققيمحلا
تعمققس ملسم
نب دلااخ
يجنزلا لوقي
يعفاققشلل :
تققفأ اققي
ابأ ،هللادبع
دقف هللاو
نآ كققل
نأ يتققفت
وققهو نققبا
سماخ ةرشع
ةنس
Berkata Jama’ah, telah memberitakan kepada kami ar- Rabi’, Saya mendengar al-Humaidi berkata, Saya
mendengar Muslim ibn Khalid az-Zanji berkata kepada asy-Syafi’i: Berfatwalah wahai Abu Abdillah, sungguh
demi Allah, sekarang sudah saatnya bagimu untuk berfatwa, dan dia berusia 15 tahun.
29
Begitupun sebagaimana yang diungkapkan Imam an-Nawawi dalam pendahuluan kitabnya,
al-Majmû’ Syarh al- Muhadzdzab:
ذاخأو يف
لاغتققشلا مولعلاققب
لققحرو ىققلإ
قارققعلا رظاققنو
دققمحم نققب
نققسحلا هرققيغو
رققشنو مققلع
ثيدحلا بهذمو
هلهأ رققصنو
ةنققسلا عاققشو
هرققكذ هلضفو
بلطو هنم
دبع نمحرلا
نققب ىدققهم
ماققمإ لققهأ
ثيدققحلا يققف
هرققصع نأ
فنققصي اققباتك
يققف لوصأ
هقفلا فنصف
باتك ةلاسرلا
وهو لوأ
باتك فنص
يف لوصأ
هقفلا
Dan asy-Syafi’i menyibukan diri dalam mengambil ilmu dan ber-rihlah menuju Irak, berdiskusi dengan
Muhammad ibn al-Hasan dan ulama lainnya, menyebarkan ilmu hadits dan madzhab ahlinya, serta
menolong as-Sunnah. Meluaslah perbincangan tentang pribadi dan keutamaanya. Abdurrahman ibn Mahdi, Imam
Ahli Hadist pada masanya, memintanya untuk menulis sebuah kitab tentang Ushul Fiqih, maka dia menulis Kitab
28
Imam Yaqut ar-Rumi, Mu’jam al-Udabâ`, juz II hlm. 339 al-Maktabah asy-
Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî.
29
Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lâm an-Nubalâ`, juz X hlm. 15 al-Maktabah
asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî.
ar-Risâlah , dan itu merupakan kitab yang pertama ditulis
tentang Ushul Fiqih.
30
Secara normatif para ulama pada masa Khilafah Abbasiyyah telah menjelaskan karakteristik balig dan
mengkaitkannya dengan status kedewasaan, yakni mukalaf. Kategorisasi balig
al-Bâligh, al-Kabîr, al-Kibâr dapat ditemukan dalam literatur yang membahas tentang ilmu dan
fatwa, serta dalam kajian fiqih dan ushul fiqih, terkait syarat taklif. Diantaranya ialah:
a. Imam Ibn Abdil Barr al-Andalusi
باب ىوتف
ريغصلا نيب
يدي ريبكلا
هنذإب
Bab pendemonstrasian fatwa anak-anak di hadapan orang dewasa berdasarkan izinnya.
31
b. Imam al-Khathib al-Baghdadi
لوأ فاققصوأ
يتققفملا يذققلا
مزققلي لوققبق
هاوققتف :
نأ نوكي
،اغلاب نل
يبصلا ل
مكح هلوقل
Sifat pertama bagi seorang mufti yang fatwanya lazim untuk diterima ialah hendaknya berusia balig, karena
anak-anak tidak diakui secara hukum pendapatnya.
32
c. Imam al-Mawardi
ن م مةول
ب ة ابلس
م أ ل
رةيص ة قمتصلا
اض ل يمأل
ن م أل
ل ل ققفرغميل
ن م ققع
ل م
ة ققللعلتصلا يفة
،رةغلص ج لا
م ص ثر
ل ل غةتلش
م يل هةبة
يفة رةققبلكةلما
يح ة تلققس
م يلفل ن
م أل ئ
ل دةتلبميل املبة
ئ ر دةتلبميل
رريغةص ص لا
Dan yang termasuk sebab-sebab penyepelean juga ialah meninggalkan pembelajaran saat anak-anak, kemudian
saat dewasa tersibukkan, maka dia malu untuk memulai dengan pembelajaran yang dimulai oleh anak-anak.
33
Demikianlah, dapat dipahami bahwa pendidikan tingkat balig merupakan jenjang pendidikan bagi peserta didik yang
bukan hanya diharapkan telah terbentuk kepribadiannya, namun juga diupayakan agar mencapai derajat kepakaran
30
Imam an-Nawawi, al-Majmû’, juz I hlm. 8 al-Maktabah asy-Syâmilah
Ishdâr ats-Tsânî.
31
Imam Ibn ‘Abdil Barr, Jâmi’ Bayân al-‘Ilm wa Fadhlih, juz II, hlm. 93 al-
Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî.
32
Imam al-Khathib al-Baghdadi, al-Faqîh wa al-Mutafaqqih, juz III, hlm. 163
al-Maktabah asy-Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî.
33
Imam al-Mawardi, Adab ad-Dunyâ wa ad-Dîn, hlm. 50 al-Maktabah asy-
Syâmilah Ishdâr ats-Tsânî.
pada satu atau beberapa disiplin ilmu. Bahkan terbukti melahirkan para mujtahid yang multidisipliner, semisal Imam
asy-Syafi’i yang telah banyak melahirkan karya semisal al-
Umm di bidang fiqih; ar-Risâlah, Ibthâl al-Istihsân, dan Jumâ’ al-‘Ilm di bidang Ushul Fiqih; Fiqh al-Akbar dan Tashhîh an-
Nubuwwah di bidang Ushuluddin; Ikhtilâf al-Hadiîs dan al- Musnad di bidang hadits; Diwân asy-Syâfi’î di bidang sastra;
serta karya di bidang tafsir Ahkâm al-Qur`an; dan
al-‘Allâmah al-Khawarizmi yang telah berkhidmat kepada umat melalui kajian ilmiah tentang astronomi, matematika
al-Jabr wa al-Muqabbalah, dan geografi Shûrah al-Ardh. Adapun ciri-ciri balig, pada umumnya disepakati para
ulama, namun beberapa masih ada perbedaan pendapat, semisal masalah batas umur maksimal, yang menurut
madzhab Syafi’iyyah adalah 15 tahun. Ciri-ciri yang dapat menjadi ukuran balig ialah mimpi basah, munculnya rambut
halus pada kemaluan, haid, dan hamil.
34
Oleh karenanya, penggolongan remaja dan pemuda usia SMP dan SMA
sebagai kelompok non-dewasa merupakan kesalahan fatal yang tidak sesuai Syariah Islam, sebagaimana dijelaskan para
ulama sejak masa Khilafah Abbasiyyah. Dengan demikian, penyimpangan pada usia tersebut seharusnya dikategorikan
sebagai kriminalitas
jarîmah, bukan ditoleransi dengan istilah “kenakalan remaja” atau “kejahatan di bawah umur”.
Tabel 2
Tingkat Pendidikan
Pra Balig Pembentukan kepribadian dan pembinaan dasar-
dasar pemikiran dan ketrampilan Pada usia 7 tahun bersifat persuasif murni,
sedangkan pada 10 tahun boleh disertai pukulan
Balig Merupakan batas awal kedewasaan dan taklif syar’i
Pembentukan derajat kepakaran pada satu atau lebih bidang pengetahuan
C. Materi Pengajaran pada Masa Khilafah Abbasiyyah