116
21. BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN
Keanekaragaman sifat dan ciri yang dimiliki suatu makhluk hidup sesungguhnya menggambarkan keanekaragaman potensi dan manfaat yang dapat digali. Bila data
dan informasi ilmiah mengenai sumber daya hayati belum sepenuhnya dapat diungkap maka kepunahan suatu makhluk hidup sama artinya dengan kehilangan
kesempatan untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki makhluk hidup tersebut. Seperangkat gen yang ikut hilang bersama peristiwa kepunahan itu mungkin
memiliki potensi dan manfaat yang tidak akan dijumpai lagi pada makhluk hidup yang lain.
Kehidupan manusia sangat bergantung kepada sumber daya hayati sebagai sumber bahan pangan, sandang, papan dan bahan penunjang pengembangan
industri. Peningkatan jumlah, jenis maupun kualitas kebutuhan manusia mendorong upaya pemanfaatan sumber daya hayati secara terus menerus, oleh
karena itu kekayaan tersebut harus diamankan. Dalam pengamanannya dituntut perubahan sikap dari defensif yaitu melindungi alam dari pengaruh pembangunan
menjadi upaya ofensif untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya hayati sekaligus mempertahankannya untuk kehidupan di masa yang akan dating.
Pengelolaan sumber daya hayati termasuk sumber daya genetika yang ada didalamnya menjadi tanggung jawab yang berat terutama bagi pengambil
keputusan, lembaga riset, perguruan tinggi maupun para intelektual. Dalam kegiatan ini masyarakat perlu dilibatkan agar mereka menyadari ketergantungan
hidupnya kepada kekayaan biota tersebut. Dengan mengetahui potensi dan manfaatnya diharapkan penghargaan terhadap sumber daya hayati dan
keanekaragaman genetikanya semakin meningkat sehingga tingkat kerusakan yang terjadi dapat ditekan.
Kondisi Sumber Daya Tumbuhan Indonesia
Potensi kekayaan sumber daya hayati dan genetika tidak cukup berhenti hanya untuk dikagumi saja. Persoalan rawan pangan yang menimpa penduduk negara-negara
berkembang termasuk Indonesia perlu segera ditangani dan diantisipasi karena proyeksi penduduk pada tahun 2030 nanti ternyata memperlihatkan jumlah yang
117
cukup fantastis, naik kurang lebih 160 dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 1990. Keanekaragaman genetika merupakan bahan mentah terpenting untuk
mengembangkan bioteknologi modern terutama untuk perakitan tanaman transgenik yang
dipandang mampu
menyelesaikan problematika
pangan. Sumber daya genetika yang ada saat ini merupakan anugerah terakhir yang memberikan
harapan untuk mengubah nasib bangsa ini menuju kecukupan pangan, mengentaskan kemiskinan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
Wilayah Indonesia merupakan tempat tinggal berbagai macam suku bangsa dengan beranekaragam tradisi dan budaya, sehingga tidak mengherankan bila lebih
dari 6000 tumbuhan dari 28.000 jenis tumbuhan di dunia telah diketahui potensinya dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-
hari. Dalam memenuhi kebutuhan pangan seperti karbohidrat, protein dan vitamin telah dimanfaatkan tidak kurang dari 900 jenis tumbuhan. Indonesia juga dikenal
kaya dengan keanekaragaman jenis rotan, bambu, dan bahan baku obat-obatan. Lebih dari 122 jenis bambu dari 1200 bambu di dunia ada di Indonesia, 56 jenis di
antaranya memiliki nilai ekonomi penting. Di Kabupaten Sorong misalnya, dijumpai 16 jenis rotan, 15 jenis di antaranya dari marga Calamus dan 1 jenis dari
marga Korthalsia. Dari 15 jenis rotan marga Calamus, 8 jenis diantaranya belum diidentifikasi. Dari tumbuhan obat dapat ditemukan bermacam-macam jenis
anggota Piperaceae seperti Piper betle, P. nigrum, P. retrofractum, P. sarmentosum dan P. cubeba yang secara morfologi sangat mirip tetapi dalam
pemanfaatannya sangat berbeda. Dilihat dari jumlah jenis makhluk yang mendiami kawasan ini dunia
mengakui Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman jenis tumbuhan yang besar pada umumnya diiringi dengan
keanekaragaman genetika yang besar pula. Kawasan Malesia yang meliputi Indonesia, malaysia, Filipina dan Papua Nugini antara lain merupakan pusat
keanekaragaman genetika terpenting untuk Dipterocarpaceae, Zingiberaceae, Piperaceae, Myrtaceae, Sapindaceae dan Apocynaceae. Indonesia juga merupakan
tanah tumpah darah keluarga Musaceae sehingga keanekaragaman pisang di kawasan ini sangat melimpah, baik pisang yang dibudidayakan maupun pisang
118
liar. Sebagian besar kultivar pisang dari 500 kultivar pisang di dunia ada di Indonesia.
Kondisi sumber daya genetika sangat dipengaruhi proses pembangunan. Pembangunan di sektor pertanian seperti ”revolusi hijau” di kawasan Asia telah
berhasil melipat gandakan produksi padi, namun keuntungann dari kebijakan ini lebih banyak dikecap oleh orang-orang yang memiliki lahan, modal dan akses.
Sistem penanaman monokultur yang uniform lebih memberikan keuntungan bagi produsen benih, pupuk dan pestisida. Dampak lain dari kebijakan ini adalah
terjadinya erosi genetik terutama kultivar lokal tradisional yang terpinggirkan karena penanaman kultivar modern secara besar-besaran. Keadaan ini makin
buruk dengan kebijakan pemerintah untuk menfasilitasi eksploitasi dan ekstrasi sumber daya hayati hutan melalui HPH Hak pengusahaan hutan. Proses
penggundulan telah mengikis habis jutaan hektar lahan hutan. Kekayaan flora dan fauna yang ada didalamnya ikut hilang untuk selamanya. Kerusakan hutan di
Indonesia kini diperkirakan mencapai 1,6 juta hektar per tahun. Banyak sumber daya hayati khususnya sumber daya genetika Indonesia
yang semakin berkurang akibat eksploitasi yang berlebihan sehingga tidak mengherankan bila kita memiliki daftar kepunahan tumbuhan yang terpanjang di
dunia. Populasi ramin menipis, kayu gaharu dan kayu cendana terancam punah. Berkaitan dengan kekayaan keanekaragaman genetika tumbuhan asli
Indonesia kegiatan bioprospecting semakin meningkat, perlombaan pencarian bahan obat baru semakin intensif dan diperkirakan akan menjadi bisnis yang sangat
menguntungkan melebihi bisnis dotcom. Modal dasar pencarian bahan obat baru adalah sumber daya hayati dan genetika sehingga dengan kekayaan biota yang
tersisa, Indonesia masih mempunyai peluang memanfaatkannya dengan syarat segera menghentikan semua bentuk ekstraksi sumber daya yang berlebihan melalui
kegiatan pengelolaan sumber daya genetika yang terencana dengan baik.
Peran Taksonomi
Erosi genetika pada jenis-jenis yang dieksploitasi tanpa dasar ilmiah memberikan dampak yang memprihatinkan. Fragmentasi dan kerusakan habitat, pengurasan
populasi alaminya dan penanaman kultivar unggul yang terus menerus sehingga
119
mendesak kultivar lokal akan menyebabkan keanekaragaman genetika makin lama makin menipis dan akan berakhir dengan kepunahan gen-gen yang
berpotensi. Solusi yang paling realistis untuk menanggulangi erosi sumber daya genetik yang terus terjadi adalah dengan melakukan konservasi genetika. Kegiatan
ini berupa pengelolaan koleksi dan pemeliharaan pusat-pusat sumber daya daya genetik yang mewakili spektrum keanekaragaman genetik, termasuk didalamnya
koleksi kultivar lokal tradisional dan kerabat liarnya. Pengelolaan sumber daya genetika tumbuhan meliputi upaya untuk
melestarikan, mengamankan sekaligus memanfaatkan keanekaragaman genetika seoptimal mungkin sehingga berguna bagi generasi sekarang maupun yang akan
datang. Langkah-langkah operasioal dalam pengelolaan sumber daya genetika yang lengkap, meliputi: 1 kegiatan eksplorasi, inventarisasi, dan identifikasi
sumber daya genetika, 2 melakukan koleksi secara ex situ dan in situ, 3 pasporisasi dan dokumentasi, 4 evaluasi, karakterisasi, dan katalogisasi, 5
pemanfaatan, seleksi, hibridisasi, dan perakitan varietas, 6 konservasi dan rejuvinasi, serta 7 pertukaran materi, perlindungan, dan komersialisasi.
Dari kegiatan-kegiatan operasional di atas, pakar dan peminat taksonomi dapat terlibat dan berperan langsung dalam kegiatan eksplorasi, inventarisasi,
identifikasi sumber daya genetika, pasporisasi, dokumentasi, evaluasi, karakterisasi, dan katalogisasi. Ini bukan tugas yang mudah mengingat objek yang
dihadapi cukup besar meliputi sumber daya genetika yang terdapat dalam jutaan hektar hutan yang akan dikonservasi. Aktivitas floristik yang dilakukan di wilayah
tropis seperti di Indonesia masih jauh dari selesai. Kita sedang berpacu dengan ulah manusia yang menyebabkan kepunahan sumber daya genetika. Jutaan hektar
hutan punah akibat kegiatan illegal loging, pembukaan lahan baru dan penambangan yang merupakan pemicu utama kepunahan keanekaragaman
biota. Tidak lama lagi kita juga akan kehilangan sumber daya genetika yang terdapat di pulau Nipah yang segera akan tenggelam akibat kegiatan penambangan
pasir laut. Penyelesaian sensus keanekaragaman hayati seluruh wilayah Indonesia
tidak dapat ditunda lagi. Flora Melaesiana harus diselesaikan secara tuntas; meskipun demikian bukan berarti bidang penelitian taksonomi lain harus
120
menunggu eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi selesai. Pakar dan peminat taksonomi perlu mendukung dan melakukan penelitian yang sesuai dengan
kebutuhan para pengguna.. Penelitian-penelitian eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit diperkirakan 12 juta dollar per
tahun dan
hasilnya terkesan
tidak berdampak
langsung pada
proses pembangunan, sehingga jarang sekali pengambil keputusaan yang bersedia memberikan dana yang memadai. Keadaan ini menjadi kendala untuk penyelesaian
sensus keanekaragaman genetika di kawasan ini. Penelitian-penelitian yang terkait langsung dengan pengelolaan sumber
daya genetika seperti evaluasi, karakterisasi dan katalogisasi lebih banyak diperhatikan oleh pengambil keputusan. Dana yang disediakan cukup besar dan
memadai. Misalnya penelitian RUT Riset Unggulan Terpadu untuk Jakstra 2000-2004. Pada bidang pertanian penelitian difokuskan pada kegiatan
pemberdayaan sumber daya alam hayati Indonesia dalam rangka mencari terobosan ilmiah mendasar untuk memecahkan berbagai permasalahan di bidang
pertanian. Lingkup penelitian dibatasi untuk tema penelitian penanda molekuler dan analisis genom. Peluang-peluang yang diberikan melalui penawaran
pendanaan ini ataupun pendanaan lain seperti Hibah Tim perlu direspon positif oleh pakar dan peminat taksonomi. Disamping tetap melanjutkan sensus
keanekaragaman genetika, penelitian-penelitian biosistematika juga perlu digalakkan terutama untuk tumbuhan yang telah memiliki informasi flora cukup
lengkap seperti tumbuhan tinggi. Apabila tidak ingin dipandang sebelah mata oleh pakar-pakar bidang lain, taksonomi mau tidak mau harus dapat menyelesaikan
penanganan keanekaragaman hayati dan genetikanya selaras dengan kemajuan perkembangan ilmu dan teknologi. Teknologi yang telah ada harus dimanfaatkan.
Data dan informasi yang diperoleh dengan teknik-teknik konvensional tetap dan pasti sangat berguna namun pakar taksonomi juga harus menyadari bahwa saat
ini informasi dan data molekular sangat dibutuhkan oleh pengguna khususnya para pemulia tanaman. Evaluasi dan karakterisasi yang menghasilkan data
keanekaragaman genetika berdasarkan marka-marka molekuler seperti RFLP, RAPD dan mikrosatelit, pemetaan gen maupun sidik jari DNA ditunggu para
pemulia tanaman sebagai modal dasar dalam perakitan kultivar baru. Data dan
121
informasi yang telah terakumulasi kemudian disintesis untuk memata-matai proses evolusi dan hubungan kekerabatan dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan
dalam kegiatan rekayasa genetika.
Klasifikasi Biodiversitas Tumbuhan
Dalam golongan tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan yang disebut juga kingdom plantae atau kerajaan tumbuh-tumbuhan dapat kita bagi-bagi menjadi
beberapa divisi, antara lain adalah : 1 Divisi Thallophyta Thalopita Thalophita : Divisi thallophyta adalah
tumbukan yang memiliki thalus alga atau ganggang 2 Divisi Bryophyta Briopita Briophita : Divisi bryophyta meliputi golongan
lumut-lumutan 3 Divisi Pteridophyta Pteridopita Pteridophita : Divisi pteridophyta meliputi
golongan paku-pakuan 4 Divisi Spermatophyta Spermatopita Spermatophita : Divisi spermatophyta
meliputi golongan tumbuhan berbiji baik tumbuhan berbiji keping satu monokotil maupun dua dikotil
Berdasarkan morfologi atau susunan tubuh tumbuhan bisa dibedakan lagi atas dua jenis kelompok, yakni :
1 Thallophyta : tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas.
2 Cormophyta Kormopita Kormophita : tumbuhan yang batang, akar dan daun sudah jelas yang meliputi tiga divisi selain thalophita yaitu bryophita,
pteridophita dan spermatophita.
Cakupan Kajian Biosistematika
Dalam mengkaji keanekaragaman tumbuhan, tidak hanya terbatas dari aspek taksonomi semata yang terkonsentrasi kepada identitas taksa spesies, akan tetapi
cakupan biosistematika juga meliputi aspek evolusi, variasi-variasi intra dan interspesies, mekanisme spesiasi, dan fenomena-fenomena divergensi spesies
sebagai cikal bakal munculnya keanekaragaman. Dengan demikian, kajian taksonomi hanya merupakan salah satu dari aspek biosistematika yang kemudian
didukung oleh penjelasan-penjelasan kontekstual berkenaan dengan kekerabatan filogenetik dan fenetik dari kelompok tumbuhan.
122
22. BIOSISTEMATIK HEWAN