181
7.4. KESIMPULAN
1. Nilai TPI diperoleh lebih besar daripada nol yaitu sebesar 3,575. Hal
ini berarti investasi perusahaan telah kembali dan perusahaan mengalami keuntungan sebesar 357,5. Dengan demikian proyek
investasi asphalt mixing plant pada PT Perwita Karya dikatakan layak
atau menguntungkan.
2. Nilai TPMS perusahaan yang dihasilkan sampai dengan tahun 2002, yaitu sebesar positif 357,5. Hal ini menunjukkan bahwa modal
perusahaan sudah kembali dan mengalami keuntungan sebesar
357,5.
3. Break event point BEP terjadi pada tahun 1992 lebih 8 bulan, karena pada tahun tersebut dari perhitungan net cash flow perusahaan
mengalami titik impas. Perusahaan megnalami break event point
pada saat total pendapatan Rp 6.190.445.187,-
4. Net Present Value NPV yang didapatkan pada tahun 2002, yaitu sebesar positif Rp 7.144.013.903,-. Dengan hal ini perusahaan
mengalami keuntungan sebesar Rp 7.144.013.903,-.
7.5. DAFTAR PUSTAKA
Alur, Syarifuddin. 1997, Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan, Yogyakarta, Andi Offset
De Garmo, EP. 1999, Ekonomi Teknik, Jakarta : PT Prenhallindo. Prakarsa, W. 2000, Analisis Investasi Concrete Batching Plant Studi
Kasus PT. Jaya Mix Yogyakarta, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
182 Reilly, F.K., and Brown, K.G. 92003, Investment Analysis and Porttolio
Management, 2
nd
, Ed. Thomson South Western, Mason. Riyanto, B. 1996, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta :
BPFE UGM. Wibowo, A. 2008, Discount Rate Cashflow Proyek Infrastruktur yang
Melibatkan Pendanaan Swasta, Prosiding Seminar Nasional MKTI, Jurusan Teknik Sipil UNS
– ISBN 979-498-402-7.
183
BAB VIII
ANALISIS EKONOMI TEKNIK CONCRETE MIXER TRUCK
1.1. PENDAHULUAN
Setiap peralatan yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi memiliki keterbatasan umur atau masa pakai sehingga jika alat yang
serupa masih dibutuhkan pada akhir masa pakainya maka diperlukan proses penggantian dengan alat serupa yang baru. Kebijakan untuk
menentukan kapan suatu alat harus diganti tidak cukup hanya dilihat dari kondisi alat tersebut, namun yang lebih penting adalah
pertimbangan ekonomis
yang berkaitan
penggunaan atau
penggantiannya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perusahaan yang
bergerak di bidang jasa khususnya perusahaan yang bergerak di bidang pencampuran beton tentunya memerlukan suatu perencanaan
yang matang agar perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu memperoleh laba yang maksimal.
Untuk itu perusahaan perlu mengetahui faktor yang mempengaruhi yaitu, dari segi harga, kemampuan kendaraan seperti
kecepatan, daya angkut, kekuatan, kemampuan mendaki dan mengerem, merk kendaraan, tahun pembuatan, bahan bakar yang
digunakan. Hal tersebut dipertimbangkan karena menyangkut biaya opersional.
184 Faktor lain adalah biaya pemeliharaan meliputi biaya
perbaikan, penggantian onderdil, pelumas, peralatan servis, dan sebagainya.
Faktor tersebut
mempengaruhi jangka
waktu pemakaianumur kendaraan tersebut.
Biaya pemeliharaan yang diperlukan biasanya ditentukan dengan suatu penaksiran berdasarkan pengalaman penggunaan
kendaraan tersebut pada masa lalu. Taksiran biaya ini tidak akan selalu tepat dengan biaya pemeliharaan yang sebenarnya, bahkan seringkali
perbedaannya terlalu besar. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diusahakan suatu penentuan biaya pemeliharaan dan penentuan umur
ekonomis dari kendaraan mixer truck sebagai suatu contoh pembahasan dan perhitungan.
Bila suatu mesin atau peralatan bertambah waktu dan jumlah pemakaiannya, maka pola umum dari peralatan tersebut adalah
sebagai berikut di bawah ini : 1. Kebutuhan peralatan akan perbaikan dan perawatan meningkat.
2. Terjadi penurunan fungsi fisik peralatan sehingga berakibat menurunnya efisiensi operasi dari alat tersebut.
3. Menurunnya penerimaan dari produk atau layanan dan penambahan biaya karena menurunnya kualitas peralatan.
4. Terjadinya keusangan dari suatu peralatan. Dari pola umum di atas jelaslah bahwa biaya operasi
mempunyai kecenderungan
meningkat bersamaan
dengan bertambahnya umur peralatan tersebut, lain halnya dengan biaya
pengembalian modal capital recovery cost yang mempunyai kecenderungan menurun.
185
1.2. METODE PENELITIAN