Persentase Penutupan Lamun Lamun .1 Persentase Komposisi Jenis Lamun

Tabel 10 menunjukkan pula bahwa nitrat dan ortofosfat yang terperangkap di sediment trap memiliki perbedaan yang tidak signifikan antara daerah lamun dan tanpa lamun. Namun terdapat perbedaan yang signifikan antara nitrat dan ortofosfat di kolom air dan di substrat baik di stasiun Tenggara maupun Timur Laut daerah lamun dan tanpa lamun. Nitrat dan ortofosfat yang terperangkap dalam sediment trap lebih tinggi dibandingkan dengan yang berada di kolom air dan di substrat. Nitrat dan ortofosfat yang berada di substrat dapat dilihat pada Tabel 6 dan yang berada di kolom air di Tabel 5. Hal ini diduga karena nitrat dan ortofosfat yang terperangkap di sediment trap belum banyak dimanfaatkan oleh organisme karena terlindung oleh tabung pemerangkap. Sementara yang berada di kolom air dan substrat telah banyak dimanfaatkan oleh organisme. Jadi laju partikel tersuspensi yang terperangkap dalam sediment trap di Pulau Barrang Lompo bagian Tenggara dan Timur Laut berkisar 1,87-4,57 mgcm 2 hari. Jumlah ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan data pengukuran tahun 2004 yang memperoleh laju partikel tersuspensi sekitar 0,5-3,0 mgcm 2 hari. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan laju pemerangkap partikel tersuspensi di Pulau Barrang Lompo. 4.5 Struktur Komunitas Makrozoobentos 4.5.1 Persentase Komposisi dan Kelimpahan Makrozoobentos Hasil identifikasi jenis makrozoobentos yang ditemukan di Pulau Barrang Lompo berjumlah 70 genera yang terdiri atas 53 famili, 7 kelas dan 4 filum. Dari ke-70 genera tersebut, 46 genera berasal dari kelas Gastropoda, 2 genera dari kelas Skaphopoda, 16 genera dari kelas Bivalvia, 1 genera dari kelas Polikhaeta, 2 genera dari kelas Asteroidea, 2 genera dari kelas Ekhinoidea serta 1 genera dari kelas Malakostraka. Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa di daerah lamun komposisi kelas Gastropoda paling sering ditemukan baik di stasiun Tenggara dan Timur Laut yakni sebesar 68 dan 74 . Disusul kelas Bivalvia sebesar 17 dan 19, kelas Skaphopoda sebesar 6 dan 7. Kelas makrozoobentos yang paling jarang ditemukan adalah kelas Asteroidea dan Polikhaeta untuk stasiun Tenggara sedangkan Timur Laut adalah kelas Ekhinoidea, Asteroidea dan Krustasea. Banyaknya kelas Gastropoda yang ditemukan di daerah lamun disebabkan oleh daerah lamun banyak memiliki bahan organik. Bahan organik berupa detritus berasal dari plankton dan tumbuhan lamun yang mati, bakteri, dan bahan organik lain yang terakumulasi dalam sedimen atau terkuburterjebak di sela-sela butiran pasir dan lumpur. Detritus tersebut dimanfaatkan oleh organisme detritus feeder sebagai bahan makanan utama. Gastropoda umumnya pemakan detritusdeposit detritivoresdeposit feeder. Bahan organik di daerah lamun lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tanpa lamun. Bahan organik yang ditemukan di lamun stasiun Tenggara dan Timur Laut sekitar 4,3-4,5. Tingginya Gastropoda di daerah lamun ditemukan pula oleh Klumpp et al. 1992. Ia menemukan sekitar 20-60 biomassa epifit di padang lamun Filipina dimanfaatkan oleh komunitas epifauna yang didominasi oleh Gastropoda. Lamun Stasiun Tenggara Tanpa Lamun Stasiun Tenggara Lamun Stasiun Timur Laut Tanpa Lamun Stasiun Timur Laut Gambar 8 Persentase komposisi kelas makrozoobentos Selain itu, di daerah lamun guguran daun-daunnya tidak seluruhnya menjadi detritus, tetapi ada juga yang menjadi bahan organik terlarut, yang kemudian dimanfaatkan oleh fitoplankton. Fitoplankton dimakan oleh zooplankton sebagai konsumen tingkat pertama, yang selanjutnya dimakan oleh ikan sedang, dan pada akhirnya transpor energi dan materi akan masuk ke dalam rantai makanan detritus. Daerah tanpa lamun banyak ditemukan kelas Bivalvia baik di stasiun Tenggara maupun Timur Laut yakni berkisar 35 dan 69. Hal ini disebabkan oleh bahan organik yang ditemukan di daerah lamun sangat rendah. Bahan organik di daerah tanpa lamun berkisar 0,8-1,04. Bahan organik di daerah tanpa lamun hanya berasal dari partikel tersuspensi di kolom air yang terbawa oleh arus atau ombak. Bivalvia termasuk filter feeder, yaitu menyaring makanan di kolom air. Komposisi terkecil makrozoobenthos adalah dari kelas Krustasea. Hal ini disebabkan oleh organisme dari kelas Krustasea yang mobile, menyebabkan organisme dari kelas ini berpindah-pindah untuk mencari makan, mengingat organisme dari kelas ini merupakan kelompok organisme pemakan bahan-bahan suspensi yang berasal dari plankton dan bahan organik lainnya yang terbawa oleh arus dan gelombang, sehingga membutuhkan pergerakan aktif dalam mencari makanan Nybakken 1992. Di daerah lamun dan daerah tanpa lamun ada beberapa spesies yang ditemukan paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan spesies lainnya. Spesies kelas Gastropoda yang paling banyak ditemukan di lamun stasiun Tenggara ada 5 spesies yaitu Viriola sp berjumlah 145 individu, Mitra pelliserpentis-pelliserpentis dan Turbo coomansis masing-masing berjumlah 102 individu, Siphonaria javanica berjumlah 94 individu, Atys cylindricus berjumlah 77 individu. Sementara yang berasal dari kelas Bivalvia ada 3 spesies yakni Placemen calophylum berjumlah 85 individu, Condakia tigerina dan Tellina radiata masing-masing berjumlah 60 individu. Kelas Skaphopoda ada 1 spesies yaitu Dentalium longitosum berjumlah 119 individu. Kelas Asteroidea ada 1 spesies yakni Linckia laevigata berjumlah 26 individu. Kelas Ekhinoidea ada 1 spesies yaitu Diadema sitosum berjumlah 68 individu.