Makrozoobentos Keterkaitan padang lamun sebagai pemerangkap dan penghasil bahan organik dengan struktur komunitas makrozoobentos di perairan pulau Barrang Lompo

terlarut DOM. Selanjutnya, 20 dari POM diubah bentuknya menjadi DOM selama proses dekomposisi. Bakteri menggunakan 70 POM dan 80 DOM, sedangkan sisanya 10 detritus digunakan oleh pemakan detritus. Lamun mengandung sejumlah besar detritus. Detritus tersebut membantu dalam mendekomposisi bahan organik. Laju dekomposisi serasah daun lamun berbeda-beda tergantung jenisnya. Di Pulau Barrang Lompo, dekomposisi serasah daun Enhalus acoroides lebih tinggi dibandingkan dengan Thalassia hemprichii Supriadi dan Arifin 2005. Daun lamun dapat menyumbang bahan organik melalui serasahnya. Daun lamun yang memanjang seperti pita terjuntai ke bawah dapat pula berperan sebagai jalan bagi makrozoobentos bermigrasi dari sedimen ke daun lamun.

2.3 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat menjadi faktor yang membatasi kehidupan lamun dan makrozoobentos. Faktor lingkungan tersebut antara lain, suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, nitrat, ortofosfat, total bahan organik, padatan tersuspensi, tekstur sedimen, pasang surut, kecepatan arus, kedalaman perairan.

2.3.1 Suhu

Suhu merupakan faktor fisik yang berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan dan dapat mempengaruhi sifat fisik-kimia perairan serta fisiologi organisme. Suhu dapat menjadi faktor pembatas bagi beberapa fungsi biologi organisme seperti migrasi, pemijahan, kecepatan proses perkembangan embrio serta kecepatan bergerak. Suhu air permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar antara 28-31 o C Nontji 2002. Kisaran ini merupakan kisaran yang optimum untuk pertumbuhan lamun dan kehidupan makrozoobentos. Lamun memiliki kisaran pertumbuhan berkisar 28-30 o C Zimmerman 1987 dan suhu yang kritis bagi makrozoobentos berkisar 35-40 o C Hawkes 1978, karena dapat menyebabkan kematian.

2.3.2 Salinitas

Perubahan salinitas akan mempengaruhi keseimbangan di dalam tubuh organisme melalui perubahan berat jenis air dan perubahan tekanan osmosis. Semakin tinggi salinitas, semakin besar tekanan osmosis, sehingga organisme harus memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan salinitas sampai batas tertentu melalui mekanisme osmoregulasi. Lamun memiliki tolerasi yang berbeda- beda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar terhadap salinitas antara 10-40 o . Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan fotosintesis lamun. Perubahan salinitas sangat berpengaruh terhadap perkembangan beberapa jenis makrozoobentos sejak larva sampai dewasa.

2.3.3 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut berperan dalam proses metabolisme makro dan mikroorganisme dengan memanfaatkan bahan organik yang berasal dari hasil fotosintesis. Sumber utama oksigen terlarut di perairan adalah berasal dari: 1 Aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air lamun dan fitoplankton; 2 Difusi oksigen secara langsung dari udara ke dalam air melalui lapisan permukaan, sehingga proses aerasi dapat berlangsung terus; 3 Agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya ombak atau gelombang; 4 Aliran airarus; dan 5 Melalui air hujan. Sementara, kandungan oksigen terlarut dapat berkurang disebabkan oleh: 1 Respirasi biota perairan; 2 Pemakaian dalam proses dekomposisi bahan organik secara biokimia; 3 Pemakaian dalam proses dekomposisi bahan anorganik secara kimia; 4 Kenaikan suhu dan salinitas terutama pada daerah pasang-surut.

2.3.4 pH

Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasahan. Nilai pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga buffer, yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang di kandungnya. Perairan dengan pH kurang dari 6 akan menyebabkan organisme bentik dan larva tidak dapat hidup dengan baik, bahkan jika mencapai pH 4 dapat mematikan organisme yang hidup di perairan normal. Menurut Odum 1993 bahwa perubahan pH pada perairan laut biasanya sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya turbulensi massa air yang selalu menstabilkan kondisi perairan.

2.3.5 Nitrat

Nitrat merupakan hara makro yang dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama nitrat berasal dari erosi tanah, limpasan dari daratan, buangan sampah Chester 1990. Selain itu, nitrat juga berasal dari permukaan air selama produktivitas primer, ketika tumbuhan mati dan terdekomposisi kemudian nitrat terdegenerasi ke kolom air Millero dan Sohn 1992.

2.3.6 Ortofosfat

Fosfat yang diserap oleh organisme atau jasad nabati dalam bentuk ortofosfat. Di laut, fosfat berasal dari hasil dekomposisi organisme yang sudah mati. Fosfat juga banyak terdapat di batu karang dan fosil yang terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Perairan yang mengandung fosfat tinggi melebihi kebutuhan normal organisme nabati yang ada dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Peranan fosfat yakni: 1 Berperan dalam transfer energi di dalam sel yang terdapat ATP dan ADP; 2 Fosfor dalam bentuk ortofosfat yang dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan air.

2.3.7 Total Bahan Organik

Bahan organik penting dalam sedimen, karena berpengaruh terhadap kehidupan di lingkungan sedimen. Senyawa organik sebagian besar terdapat dalam jaringan organisme. Bahan organik memainkan peranan yang sangat penting dalam fungsi ekosistem yaitu sebagai sumber makanan dan energi bagi organisme heterotrof, yang pada akhirnya akan berfungsi dalam resiklus nutrien dalam ekosistem. Bahan organik yang disuplai ke sedimen laut berasal dari dua sumber utama, yaitu berasal dari sistem sedimen itu sendiri autochthonous dan berasal dari luar sistem sedimen allochthonous yang disuplai dari ekosistem lain. Input