Isolasi Spora Mikoriza Inokulasi mikoriza dan inokulasi bakteri Pemeliharaan Rancangan Percobaan

dilakukan di dalam Laminar Air Flow Cabinet untuk menghindari kontaminasi. Media yang sudah diinokulasi bakteri kemudian diletakkan di atas shaker 80 rpm selama 48 jam. Pertumbuhan bakteri dapat diketahui dengan melihat keruhnya media Nutrient Broth pada Erlenmeyer.

3.3.2.5 Pembuatan larutan isolat bakteri

Media cair hasil perbanyakan bakteri yang sudah keruh dituangkan ke dalam tabung sentrifus. Sebelumnya, tabung sentrifus dibilas dengan aquades steril terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar tabung sentrifus dalam keadaan steril. Setelah dituang, media cair hasil perbanyakan diendapkan dengan cara disentrifugasi agar bakteri mengendap di dasar tabung selama 3 menit dengan kecepatan maksimal. Kemudian cairan perbanyakan bakteri dibuang dan bakteri yang mengendap di dasar tabung diambil dan dilarutkan dengan air yang steril.

3.3.3 Isolasi Spora Mikoriza

Untuk mendapatkan spora dilakukan isolasi melalui teknik penyaringan basah bertingkat. Spora yang tersaring dimasukan pada cawan Petri lalu diamati di bawah mikroskop stereo, kemudian dipisahkan dengan pinset spora dari kototan- kotoran yang ikut tersaring, sehingga dihasilkan spora murni dalam tabung film yang telah berisi aquades. Satu tabung film berisi minimal 50 spora untuk 1 tanaman.

3.3.4 Inokulasi mikoriza dan inokulasi bakteri

Spora mikoriza dan bakteri diinokulasikan Dengan membuat 4 lubang sekitar batang semai sampai terlihat akarnya, larutan isolat bakteri dimasukkan dengan menggunakan mikro pipet sebanyak 1 ml, begitu pula dengan anakan yang mendapat perlakuan mikoriza, 1 tabung yang berisi 50 spora Gigaspora sp. dimasukkan dalam lubang mengenai akar semai, kemudian lubang ditutup kembali dengan media sapih. Begitu pula dengan perlakuan kombinasi antara mikoriza dengan bakteri, penginokulasian isolat bakteri dan spora Gigaspora sp. dimasukkan dalam lubang yang sama.

3.3.5 Pemeliharaan

Untuk pemeliharaan dilakukan penyiraman dengan air biasa sebanyak dua kali dalam sehari pagi dan sore tergantung kondisi media. Jika media dalam kondisi basah atau lembab maka cukup disiram sekali saja pagi atau sore. Untuk pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mematikan hama.

3.3.6 Pengamatan parameter dan pengumpulan data

Dalam pengamatan, parameter yang diamati adalah : 1 tinggi tanaman 2 diameter tanaman 3 biomassa akar dan pucuk 4 perhitungan IMB Indeks Mutu Bibit 5 NPA 6 persentase infeksi akar.

3.3.6.1 Tinggi bibit

Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 2 bulan. Tinggi bibit diukur mulai dari titik bekas kotiledon sampai titik tumbuh tunas yang paling mudatitik tertinggi meristem apikal pada batang. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan centimeter cm.

3.3.6.2 Diameter batang

Pengukuran diameter dilakukan setiap 1 bulan sekali selama 2 bulan. Diameter diukur mulai dari 1,5 cm di atas permukaan media dengan menggunakan alat kaliper digital. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan milimeter mm.

3.3.6.3 Pengukuran biomassa akar dan pucuk

Biomassa akar dan pucuk dihitung dengan rumus biomassa yaitu : Biomassa = Berat basah - berat keringberat basat x 100

3.3.6.4 Nisbah Pucuk Akar NPA

Nilai ini menggambarkan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan bagian akar bibit.

3.3.6.5 Indeks Mutu Bibit IMB

Menurut Lackey dan Alm 1982 dalam Hendromono 1987, Indeks Mutu Bibit dapat dihitung dengan menggunakan rumus : IMB = A + B CD + AB Keterangan : IMB = Indeks Mutu Bibit A = Bobot kering pucuk g B = Bobot kering akar g . C = Tinggi tanaman cm D = Diameter tanaman mm Bibit baik dan mampu bertahan di lapangan jika memiliki nilai IMB Q 0.09 Dickson et al. 1960.

3.3.6.6 Persentase infeksi akar

Identifikasi persentase infeksi akar dilakukan dengan cara mengambil contoh akar yang muda serabut secara acak dari polibag kemudian dilakukan proses pembersihan dan pewarnaan akar. Infeksi akar ditandai dengan adanya hifa, arbuskula dan vesikel atau salah satu dari organ tersebut Menurut Setiadi et al.1992, pengukuran persen infeksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Akar diambil, dicuci dengan air biasa untuk melepaskan semua miselium luar. Bagian akar muda serabut diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau tabung film bekas dan direndam dalam larutan KOH 2,5, dibiarkan selama semalam atau akar sampai berwarna kuning bersih. Setelah akar berwarna kuning bersih, larutan KOH 2,5 dibuang dan akar dibilas dengan air. Setelah itu direndam dengan larutan H 2 O 2 2 selama 5 menit, lalu larutan H 2 O 2 2 dibuang dan akar dibilas dengan air, kemudian akar direndam dengan HCl 2 selama 10 menit, tanpa di oven. Setelah 10 menit akar tidak dicuci lagi dan langsung diganti dengan larutan staining gliserin dan aquades dengan perbandingan 7:3, ditambah dengan Trypan blue 0,05 0,2 g dalam 1 L, kemudian dibiarkan semalam. Larutan staining dibuang dan diganti dengan larutan distaining larutan staining tanpa Trypan blue yaitu gliserin dan aquades dengan perbandingan 1:1 selama semalam. Akar kemudian dipotong-potong sepanjang 1 cm, lalu disusun pada gelas objek 1 gelas objek untuk 10 potong akar. Untuk setiap tanaman sampel dibuat tiga preparat. Selanjutnya diamati dengan mikroskop stereo. Amati potongan akar pada kaca preparat untuk setiap bidang pandang. Bidang pandang yang terinfeksi ditunjukan dengan adanya tanda-tanda seperti hifa, arbuskula maupun vesikula. Persentase akar terinfeksi dihitung dengan rumus : ∑ bidang pandang yang terinfeksi Terinfeksi = x 100 ∑ keseluruhan bidang pandang

3.3.7 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan pola faktorial teridiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama adalah pemberian mikoriza M yang terdiri dari 2 taraf yaitu M0 = Tanpa mikoriza Gigaspora sp. M1 = pemberian mikoriza Gigaspora sp. Faktor kedua adalah pemberian bakteri B yang terdiri dari 3 taraf yaitu B0 = tanpa bakteri B1 = pemberian isolat bakteri B. subtilis B2 = pemberian isolat bakteri E. hormaechei Dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan 5 kali ulangan sehingga jumlah total tanaman seluruhnya adalah 30 tanaman. Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Y ijk = µ + α i + β j + αβ ij + ε ijk Keterangan : Y ijk = Nilai pengamatan pada faktor pemberian mikoriza ke-i dan faktor pemberian bakteri ke-j pada ulangan ke-k µ = Nilai rata-rata umum αi = Nilai pengaruh faktor pemberian mikoriza ke-i βj = Nilai pengaruh faktor pemberian bakteri ke-j εijkl = Nilai galat dari unit percobaan faktor pemberian mikoriza ke-i dan faktor pemberian bakteri ke-j pada ulangan ke-k Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang diamati, dilakukan analisis keragaman yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan prog SAS. Kemudian bila pengaruh yang diberikan menunjukan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Pengaruh Mikoriza, Bakteri dan Kombinasinya terhadap parameter pertumbuhan semai jabon Hasil analisis sidik ragam terhadap parameter pertumbuhan semai jabon pada Tabel 1, menunjukkan bahwa interaksi antara mikoriza dan bakteri memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan semai jabon. Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil analisis sidik ragam pengaruh inokulasi mikoriza, bakteri dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan semai jabon Parameter F Hitung FMA P Bakteri P Interaksi P Tinggi 0,26 tn 0,93 tn 5,79 Diameter 14,19 2,40 tn 20,39 Biomassa akar 6,54 7,60 1,46 tn Biomassa pucuk 38,91 14,96 7,33 NPA 38,68 6,14 5,36 IMB 2,73 tn 0,10 tn 3,44 infeksi 224,75 3,75 3,75 tn : tidak nyata; : nyata p0,05

4.1.1.1 Tinggi semai

Hasil uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter pertambahan tinggi semai jabon 2 bulan setelah tanam disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Uji lanjut Duncan interaksi mikoriza dan bakteri terhadap parameter pertambahan tinggi semai jabon 2 bulan setelah tanam Perlakuan Rata-rata cm Peningkatan terhadap kontrol M0B0 2,30 b 0,00 M0B1 3,22 a 40,00 M0B2 3,06 a 33,04 M1B0 3,18 a 38,26 M1B1 2,74 ab 19,13 M1B2 2,92 ab 26,96 Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95 Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pemberian bakteri B. subtilis M0B1 tanpa mikoriza memberikan nilai rata-rata pertambahan tinggi tertinggi sebesar