Tinggi bibit Diameter batang Pengukuran biomassa akar dan pucuk Nisbah Pucuk Akar NPA Indeks Mutu Bibit IMB Persentase infeksi akar

3.3.5 Pemeliharaan

Untuk pemeliharaan dilakukan penyiraman dengan air biasa sebanyak dua kali dalam sehari pagi dan sore tergantung kondisi media. Jika media dalam kondisi basah atau lembab maka cukup disiram sekali saja pagi atau sore. Untuk pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mematikan hama.

3.3.6 Pengamatan parameter dan pengumpulan data

Dalam pengamatan, parameter yang diamati adalah : 1 tinggi tanaman 2 diameter tanaman 3 biomassa akar dan pucuk 4 perhitungan IMB Indeks Mutu Bibit 5 NPA 6 persentase infeksi akar.

3.3.6.1 Tinggi bibit

Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 2 bulan. Tinggi bibit diukur mulai dari titik bekas kotiledon sampai titik tumbuh tunas yang paling mudatitik tertinggi meristem apikal pada batang. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan centimeter cm.

3.3.6.2 Diameter batang

Pengukuran diameter dilakukan setiap 1 bulan sekali selama 2 bulan. Diameter diukur mulai dari 1,5 cm di atas permukaan media dengan menggunakan alat kaliper digital. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan milimeter mm.

3.3.6.3 Pengukuran biomassa akar dan pucuk

Biomassa akar dan pucuk dihitung dengan rumus biomassa yaitu : Biomassa = Berat basah - berat keringberat basat x 100

3.3.6.4 Nisbah Pucuk Akar NPA

Nilai ini menggambarkan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan bagian akar bibit.

3.3.6.5 Indeks Mutu Bibit IMB

Menurut Lackey dan Alm 1982 dalam Hendromono 1987, Indeks Mutu Bibit dapat dihitung dengan menggunakan rumus : IMB = A + B CD + AB Keterangan : IMB = Indeks Mutu Bibit A = Bobot kering pucuk g B = Bobot kering akar g . C = Tinggi tanaman cm D = Diameter tanaman mm Bibit baik dan mampu bertahan di lapangan jika memiliki nilai IMB Q 0.09 Dickson et al. 1960.

3.3.6.6 Persentase infeksi akar

Identifikasi persentase infeksi akar dilakukan dengan cara mengambil contoh akar yang muda serabut secara acak dari polibag kemudian dilakukan proses pembersihan dan pewarnaan akar. Infeksi akar ditandai dengan adanya hifa, arbuskula dan vesikel atau salah satu dari organ tersebut Menurut Setiadi et al.1992, pengukuran persen infeksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Akar diambil, dicuci dengan air biasa untuk melepaskan semua miselium luar. Bagian akar muda serabut diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau tabung film bekas dan direndam dalam larutan KOH 2,5, dibiarkan selama semalam atau akar sampai berwarna kuning bersih. Setelah akar berwarna kuning bersih, larutan KOH 2,5 dibuang dan akar dibilas dengan air. Setelah itu direndam dengan larutan H 2 O 2 2 selama 5 menit, lalu larutan H 2 O 2 2 dibuang dan akar dibilas dengan air, kemudian akar direndam dengan HCl 2 selama 10 menit, tanpa di oven. Setelah 10 menit akar tidak dicuci lagi dan langsung diganti dengan larutan staining gliserin dan aquades dengan perbandingan 7:3, ditambah dengan Trypan blue 0,05 0,2 g dalam 1 L, kemudian dibiarkan semalam. Larutan staining dibuang dan diganti dengan larutan distaining larutan staining tanpa Trypan blue yaitu gliserin dan aquades dengan perbandingan 1:1 selama semalam. Akar kemudian dipotong-potong sepanjang 1 cm, lalu disusun pada gelas objek 1 gelas objek untuk 10 potong akar. Untuk setiap tanaman sampel dibuat tiga preparat. Selanjutnya diamati dengan mikroskop stereo. Amati potongan akar pada kaca preparat untuk setiap bidang pandang. Bidang pandang yang terinfeksi ditunjukan dengan adanya tanda-tanda seperti hifa, arbuskula maupun vesikula. Persentase akar terinfeksi dihitung dengan rumus : ∑ bidang pandang yang terinfeksi Terinfeksi = x 100 ∑ keseluruhan bidang pandang

3.3.7 Rancangan Percobaan