25
dengan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilihat dibawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap daun
kembang bulan segar dan serbuk simplisia untuk melihat struktur anatomi
tumbuhan tersebut secara lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 56. 3.5.4 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi Destilasi Toluena. Alat meliputi labu alas 500 ml, alat penampung, tabung penerima 5
ml berskala 0,05 ml, pendingin, tabung penyambung, pemanas. Cara kerja: Kedalam labu alas bulat di masukkan 200 ml toluen dan 2 ml air
suling, destilasi selama 2 jam, biarkan menjadi dingin selama 30 menit dan volume air dalam tabung penampung dibaca. Selanjutnya ke dalam labu
dimasukkan 5 gram serbuk simplisia lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur yaitu 2 tetesan per detik
sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin
dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penampung dibiarkan dingin sampai sama dengan suhu kamar.
Setelah air dan toluena memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan
kandungan air di dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.
3.5.5 Penetapan kadar abu total
Sebanyak lebih kurang 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan
Universitas Sumatera Utara
26
ditara, kemudian diratakan. Krus dipijarkan pada suhu 600 C sampai arang
habis, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes,
1989. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.
3.5.6 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida 2N selama 5 menit, bagian yang larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijarkan pada suhu 600 C
sampai bobot tetap, didinginkan kemudian ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
Depkes, 1989. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.
3.5.7 Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan diudara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform 2,5 ml kloroform dalam
air suling 1000 ml, dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring, sejumlah 20 ml
filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105
C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut di dalam air dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara Depkes, 1989. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.
3.5.8 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat
Universitas Sumatera Utara
27
sambil dikocok sesekali 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat ditara. Sisanya dipanaskan dalam oven pada
105 C sampai diperoleh bobot konstan kadar sari yang larut didalam air
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Depkes, 1989. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.
3.6 Pembuatan Larutan Pereaksi